Dua Garis Biru

Sesampainya di rumah .

Dengan susah payah Zea membawa Davin pulang ke rumah , dalam keadaan pengaruh obat laknat .

Davin masih belum sadar dengan ucapan ucapan yang racau dan tangan yang tidak bisa diam .

Sambil di papah oleh Zea menuju kamarnya, Davin terus saja merengek minta dibolehkan menyentuh tubuh Zea yang membuat Zea geram " Davin ! Apa apaan sih kamu , awas berani menyentuhku lagi!"

"kamu cantik sekali Zea , plis Zea tolong aku , peluk aku Zea " rengek Davin seperti anak kecil yang meminta lolipop.

Zea melotot tajam dan mendorong tubuh Davin hingga terlentang di ranjangnya.

" ih menjijikan ,untung aku berhasil membawanya pulang , kalau tidak dia bisa ke kost Helena dan ach tidak tidak tidak itu tidak boleh terjadi , bagaimanapun juga aku tidak akan membiarkan Davin kembali ke pelukan Helena " gumamnya sambil melepaskan sepatu Davin kemudian membuka kancing kemejanya dan melepaskannya agar tidak merasakan kepanasan lagi .

Setelah semua selesai Zea berniat untuk mandi tapi saat Zea hendak melangkah masuk ke kamar mandi , tiba tiba Davin mendorongnya hingga keduanya masuk ke kamar mandi.

" au, Davin ! Apa apaan sih " ucap Zea.

Davin hanya tersenyum kecil menatap wajah cantik istrinya itu.

Zea pun terdiam , sejenak pandangan mereka saling bertautan .

Davin mendekatkan wajahnya ke wajah Zea , Zea hanya diam mematung dengan jantung yang berdetak kencang.

"A-apa yang kamu lakukan Davin " ucap Zea lirih dengan pandangan yang masih terkunci .

Davin tak menjawab malah semakin mendekat dan meraih pinggang Zea .

" A-apa yang terjadi dengan dirimu D-davin"

Cup

Belum sempat Zea menyelesaikan ucapannya, bibir Davin sudah lebih dulu mendarat di bibir merah Zea yang membuatnya diam seketika .

Davin terus mengeksplor ciumannya dan lama kelamaan Zea pun mulai membalasnya dengan lembut .

Tangan Davin pun tidak tinggal diam , terus saja mencari cari sesuatu yang membuatnya panas dingin selama ini .

Davin mulai menyentuh dada Zea tanpa melepaskan pagutannya, dan perlahan membuka resleting gaun Zea serta melepaskan pengait bra yang tadi dia kaitkan .

Zea belum menyadarinya dan masih terbawa suasana panas yang penuh gairah dan mulai menguasai akal sehat mereka.

Zea memejamkan matanya dengan nafas yang memburu .Dan desahan desahan kecil pun tanpa sadar lolos begitu saja membuat Davin tersenyum dan terus memberikan sentuhan sentuhan yang membuat Zea semakin melayang tinggi.

Davin mulai menurunkan ciumannya ke leher jenjang Zea dan meninggalkan jejak kepemilikan di sana bukan hanya satu tapi ada beberapa yang membekas di sana.

Zea merasakan sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya, dan tanpa sadar tangannya menyentuh kran shower yang membuat airnya turun dan mengejutkan mereka.

Seketika Zea sadar dan menatap Davin yang tersenyum menatapnya.

Zea melihat gaunnya sudah terlepas dari tubuhnya, serta bra yang tidak lagi ada di tempatnya.

Matanya melotot tajam dan berteriak dengan keras .

Achhhhhhhh!

"Davin ! Apa yang kamu lakukan ! Apa yang terjadi , oh tidak ! " Zea histeris melihat keadaan dirinya yang polos di depan Davin yang sebenarnya halal baginya , dengan cepat Zea menyambar handuk dan segera memakainya untuk menutupi dada dan bagian bawahnya.

Davin pun yang hanya mengenakan celana boxer itu nampak tersenyum sambil mengusap wajahnya yang basah terkena guyuran air.

" Zea , maafkan aku , tapi aku mau minta penjelasan darimu , tadi kamu mengatakan , tidak akan membiarkanku ke kost Helena , kalau boleh tau kenapa ? Apa kamu tidak rela kalau aku bercinta dengan Helena ?'' ucap Davin sambil terus menyeringai.

Zea menggeleng dan gugup harus menjawab apa " aku aku tadi itu , aku ach lupakan saja " ucap Zea kemudian melangkah keluar dari kamar mandi .

Tapi tangan Davin lebih dulu menyambarnya dan membuat Zea berhenti sambil memegangi handuknya agar tidak terjatuh .

"katakan Zea, aku minta jawabannya sekarang juga " ucap Davin .

Zea hanya terdiam dengan tatapan matanya yang tajam.

" berarti tadi kamu dalam keadaan sadar , sialan kamu menjebakku Davin " gumam Zea .

Davin tersenyum dan mengeryitkan keningnya.

Zea pun tidak bisa lama lama dalam keadaan seperti ini , dia pun melepaskan paksa pegangan tangan Davin.

" Davin , lepaskan! Aku ngantuk aku mau tidur !" ucap Zea kemudian keluar dari kamar mandi.

" oke oke, tapi kamu masih tetap punya hutang penjelasan padaku " ucap Davin kemudian melanjutkan kegiatan mandinya.

Zea melangkah dari kamar mandi dan lagi lagi dikejutkan oleh Anggita dan Aditya yang ternyata sudah berada di kamar mereka.

Tentu saja Anggita dan Aditya terkejut melihat Zea keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang dililitkan di tubuhnya dengan rambut basah .

" o sayang , syukurlah kamu sudah pulang , mama dan papa khawatir kamu kenapa kenapa, o iya di mana Davin ?" tanya Anggita dengan senyum manisnya kemudian mendekati menantunya itu.

Zea pun nampak bingung harus menjawab apa " A-aku , mama , ta -tadi itu , Da-Davin"

Aditya dan Anggita saling berpandangan

" Zea sayang , Davin tidak pulang bersamamu ?"

"aduh bagaimana ini " batin Zea.

Kemudian mereka mendengar suara gebyuran air dari kamar mandi membuat Anggita dan Aditya kembali saling berpandangan.

ceklekkk.

Davin keluar dari kamar mandi dengan rambut basah dan handuk yang dililitkan di pinggangnya.

"ada apa ini, ma,pa kalian berada di sini ?" tanya Davin dengan santainya sambil mengusap rambutnya.

" pa, sepertinya kita masuk di waktu yang kurang tepat " bisik Anggita .

Zea hanya menunduk dengan wajah yang merah merona karena malu.

" emm, sepertinya mama dan papa ada urusan , kalian lanjutkan saja ya " ucap Anggita kemudian menyeret tangan suaminya untuk keluar dari kamar putranya.

Davin tersenyum dan mendekati Zea yang masih mematung dengan tertunduk " nona Zea, bagaimana apa bisa dilanjutkan?"

Zea pun tersentak" ih , apaan sih "

Zea segera berlari ke arah lemari untuk mencari baju gantinya.

###

Di rumah sakit .

Ayu masih terbaring lemah dibatas dipan , terlihat Reno setia menemani di sisinya.

Perlahan Ayu membuka matanya " di mana ini ?"

Reno tersenyum dan menggenggam tangan Ayu " Ayu, kamu ada di rumah sakit , mulai sekarang kamu tidak boleh terlalu capek ya , aku akan selalu menjagamu "

Ayu mengeryitkan keningnya" maksud kamu ?"

"Ayu kabar berita ini merubah hidupmu dan hidupku " ucap Reno dengan tatapan mata yang sulit untuk diartikan.

Ayu mencoba untuk memahaminya tapi tetap saja masih tidak bisa dimengerti " aku sungguh tidak mengerti Reno "

Reno memegangi perut Ayu " Ayu , sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ibu "

Ayu pun tersenyum dan mulai menitikkan air mata.

" aku tidak mengerti Reno apa aku harus sedih ataukah bahagia mendengar kabar ini " ucap Ayu di sela sela tangisannya.

Reno beranjak dan memeluk Ayu dengan lembut " kamu jangan khawatir Ayu aku akan menikahimu secepatnya kita akan membina rumah tangga dengan anak anak yang cantik dan tampan "

"tapi Reno, apa kamu yakin ini darah daging kamu " ucap Ayu sambil menatap nanar yang ada di depannya.

Reno mengangguk dan tersenyum kemudian mencium lembut pucuk kepala Ayu.

Seketika Ayu berhambur ke pelukan Reno, dan menangis di dalam dekapan pemuda tampan yang pernah membuatnya hancur satu tahun silam.

" apa aku akan tetap menjalankan rencanaku untuk menjebak Davin agar mau menikahiku ataukah aku harus melupakan Davin dan menikah dengan Reno" batin Ayu yang sesenggukan i dalam dekapan Reno.

Reno mengedarkan pelukannya dan mengusap perlahan pipi mulus Ayu " sudahlah Ayu, kamu jangan menangis lagi , mulai sekarang aku minta kamu lupakan pemuda itu , kamu harus tahu kalau cinta itu tidak bisa dipaksakan dan kalaupun kamu nekat melakukannya bukan kebahagiaan yang kau dapat tapi kepedihan karena terikat dengan orang yang tidak mencintai kita "

Ayu semakin menangis mendengarkan nasihat bijak dari Reno, hatinya seketika luluh dan berubah menjadi gadis yang baik.