Seorang pemuda yang bekerja sebagai petarung bayaran untuk menjadi jawara bagi kliennya dan seorang gadis yang bekerja sebagai pembunuh bayaran yang keduanya sama sama tidak memiliki ingatan sebelum sma, menemukan ingatan mereka yang hilang, namun ingatan mereka adalah ingatan sebagai monster raksasa (kaiju) yang terbunuh oleh manusia setelah menolong mereka. Selain itu, mereka bisa menggunakan kemampuan kaiju di mimpi mereka dan bisa mengubah diri mereka menjadi kaiju.
Keduanya berniat mencari jati diri mereka yang sebenarnya karena tidak percaya ingatan mereka. Petunjuk mereka hanyalah alunan sebuah tembang yang pernah mereka dengar di masa lalu. Selagi mereka mencari masa lalu mereka, keanehan demi keanehan yang mengerikan muncul ke permukaan. Benarkah mereka adalah reinkarnasi dari monster raksasa atau ada hal lain di balik ingatan mereka ?
Mohon kritik dan sarannya ya, maaf kalau masih banyak kekurangan, kalau sekiranya suka mohon di beri like, terima kasih sudah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Raido dan Reina masih terdiam di depan Toyoshi yang terlihat rileks dengan wajah tersenyum di depan mereka,
“Jadi gimana ? ok kan kalian bersekolah dan tinggal di sini ? lagipula kalian sudah di keluarkan dari sekolah lama kalian,” ujar Toyoshi.
“Kami sudah di keluarkan ?” tanya Reina.
“Ya...atau mungkin lebih tepatnya, kami yang minta kalian di keluarkan, tidak usah khawatir, kami menjamin kalian di sini seperti yang kusampaikan tadi,” jawab Toyoshi.
Keduanya saling menoleh dan melihat satu sama lain, karena memang sudah tidak ada pilihan lagi, akhirnya keduanya menerima tawaran Toyoshi,
“Nah sekarang ijinkan aku secara resmi memperkenalkan diriku dan pulau ini, namaku Higarashi Toyoshi, pulau ini adalah pulau milik keluarga Higarashi yang bernama Edoshima dan kota ini bernama Edopolis, kami adalah cabang organisasi internasional penjaga planet ini yang bernama EDO, keberadaan kami tidak di ketahui oleh siapapun termasuk pemerintah pemerintah di planet ini, sebagai penghuni baru, aku minta kalian jaga identitas kami dan kalian,” ujar Toyoshi memperkenalkan diri.
“Aku mengerti,” balas Raido.
“Ya, aku juga,” tambah Reina.
“Sekarang istirahatlah, nanti ada orang kami yang mengantar kalian ke apartemen kalian, besok kalian sudah bisa mulai masuk ke sekolah, oh satu hal, sekolah kami yang ada di sini adalah sekolah militer, di samping belajar kurikulum umum, kami ada juga kurikulum militer dan pelatihannya, aku harap kalian siap. Mengenai kemampuan kalian, aku yakin kalian berdua bisa mencapai prestasi gemilang di bidang militer,” ujar Toyoshi.
“Jadi maksud Toyoshi-san, kita harus menjadi tentara nanti begitu ?” tanya Raido.
“Yah...kita tidak tahu kapan bumi akan di serang oleh ancaman dari luar, tidak ada salahnya bersiap siap, kalian tidak harus jadi tentara, tapi paling tidak bisa menjadi tentara ketika di butuhkan, seluruh penduduk kota ini sama,” jawab Toyoshi.
“Ancaman dari luar ? maksud anda dari luar angkasa ?” tanya Reina.
“Salah satunya ya, tapi masih banyak ancaman yang lain, contoh Kiko, yang minggu kemarin muncul,” jawab Toyoshi.
Raido dan Reina terdiam, mereka baru mengetahui kalau banyak ancaman yang mengincar bumi walau mereka masih setengah percaya dengan ucapan Toyoshi.
“Hei hei, kalian tidak perlu memikirkanya. Baiklah.....”
Toyoshi menekan tombol di meja, tak lama kemudian seorang prajurit wanita berpakaian seragam tentara berwarna hitam masuk ke dalam ruangan dan memberi hormat kepada Toyoshi, setelah membalas hormat sang prajurit,
“Tolong antar mereka ke apartemen mereka,” ujar Toyoshi.
“Siap komandan,” balas prajurit.
“Ok, silahkan, seragam dan barang barang kalian sudah ada di dalam apartemen, selamat beristirahat ya,” ujar Toyoshi sambil menoleh melihat Raido dan Reina.
“Terima kasih Toyoshi-san,” balas Raido dan Reina bersamaan sambil menunduk.
Keduanya berdiri dan berjalan keluar bersama dengan prajurit yang berada di dalam, ketika mereka menutup pintu, Toyoshi berdiri dan berjalan kembali ke belakang mejanya, dia melihat keluar melalui jendela. “Blaak,” pintu di buka, Eito masuk ke dalam dan menutup pintunya, dia langsung menghampiri Toyoshi,
“Toyoshi-san, mereka....”
“Ya, Eito-san, mereka adalah Raigan dan Reidan, mereka secara tidak langsung mengakuinya dan rupanya mereka bisa menggunakan kekuatan kedua monster itu,” ujar Toyoshi.
“Apa tidak berbahaya membiarkan mereka tinggal bersama kita ?” tanya Eito.
“Justru sebaliknya, mereka bisa bekerja untuk kita dan kita bisa mengontrol mereka, awasi terus mereka, jangan sampai mereka malah berbalik menyerang kita, tapi walau hal itu terjadi, kita sudah siap menangani mereka,” jawab Toyoshi.
“Baik, aku akan awasi mereka di sekolah,” balas Eito.
“Kuserahkan padamu Eito-san,” balas Toyoshi.
*****
Sementara itu, Raido dan Reina yang berjalan di dalam kota melihat suasana kota yang cukup ramai dan nampak seperti kota kota biasa, hanya saja ada sebuah robot raksasa yang berdiri di tengah kota dan sedikit mengganggu mereka.
“Sepertinya kita tidak bisa kabur dari sini Reina,” ujar Raido.
“Tapi apa tidak apa apa kita di sini ? mereka menembaki kita kan ?” tanya Reina.
“Selama tidak ketahuan, kurasa tidak apa apa,” jawab Raido.
“Aku percaya kamu, tapi ku mohon, jangan tinggalkan aku,” balas Reina.
“Uh...aku belum ada rencana berpisah denganmu, tenang saja,” balas Raido.
“Terima kasih Raido,” balas Reina sambil merangkul lengan Raido yang menoleh ke arah lain dengan wajah merah.
Prajurit yang berjalan di depan mereka, melirik keduanya dan tersenyum, kemudian dia memperlambat sedikit jalannya dan berdiri di sebelah keduanya,
“Namaku Karen, kalau kalian perlu sesuatu, beritahu aku saja ya,” ujarnya memperkenalkan diri.
“Baik Karen-san, namaku Raido dan dia Reina,” balas Raido.
“Aku sudah tahu, ayo apartemen kalian sudah di depan,” balas Karen sambil menunjuk sebuah gedung tinggi berderet di depan.
Setelah berjalan beberapa saat, mereka memasuki gerbang komplek apartemen, Raido dan Reina sedikit tertegun karena komplek itu sangat rapi dan terlihat sangat bersih, di kanan ada sebuah lapangan bermain untuk anak anak dan di sebelah kiri ada sebuah taman dengan beberapa gazebo untuk para penghuni atau tamu duduk. Mereka berjalan lebih kedalam melewati gedung gedung apartemen yang terlihat tinggi, akhirnya mereka sampai di gedung paling belakang.
Karen berdiri di depan pintu masuk, dia mengeluarkan sebuah kartu dari sakunya dan menempelkannya ke alat pemindai di sebelah daun pintu. “Cklek,” terdengar bunyi kunci terbuka setelah lampu hijau menyala. Mereka masuk ke dalam dan berjalan di koridor dimana kanan kiri mereka banyak pintu lift. Mereka masuk lift yang ketiga dari depan, ketika pintu lift tertutup, Karen sekali lagi menempelkan kartunya ke panel dan menekan tombol nomor lantai yang di tuju. Setelah itu, dia melihat ke arah Raido dan Reina,
“Nah ini kartu untuk keluar masuk apartemen dan memakai lift, lalu ini kartu kunci unit kalian, unit kalian berada di lantai 20 no 17 ya, ini silahkan,” Karen menyerahkan kartunya.
“Nanti Karen-san turun pakai apa ?” tanya Reina.
“Aku ada kartu khusus militer, tidak usah khawatir,” jawab Karen tersenyum.
“Ting,” pintu lift terbuka dan mereka sampai di lantai 20, Karen mengantar keduanya ke depan unit mereka, tapi keduanya langsung menoleh kepada Karen,
“Anoo Karen-san, kita berdua satu kamar ?” tanya Reina.
“Nah pertanyaanku sama Karen-san,” tambah Raido.
“Oh tenang saja, di dalam ada dua kamar, kalian satu unit,” balas Karen.
Raido menempelkan kartu kunci di alat pemindai yang berad di sebelah pintu, “cklek,” kunci terbuka, Raido langsung memegang handle pintu dan membukanya, mereka masuk ke dalam, ternyata benar seperti yang di katakan Karen, unit mereka terlihat luas dengan dapur di sebelah kiri, pintu kamar mandi di sebelah kanan, ruang makan dan ruang tengah yang menjadi satu dan ada dua pintu kamar di sebelah kiri ruang tengah. Karen berjalan masuk ke ruang tengah dan membuka tirainya, mereka bisa melihat suasana kota dari jendela dan bisa keluar ke balkon setelah membuka jendelanya.
“Wow,” ujar Raido dan Reina yang melihat perabot, tata ruang dan kondisi apartemen itu.
Bagi mereka, apartemen itu sangat mewah karena mereka belum pernah masuk ke dalam apartemen seperti itu apalagi tinggal di dalamnya. Tanpa sadar wajah keduanya sedikit tersenyum, Karen yang melihatnya langsung berjalan ke arah pintu sambil tersenyum,
“Baiklah, aku pergi ya, selamat beristirahat,” ujar Karen sambil melangkah keluar dan mengangkat tangannya.
Setelah pintu di tutup, Raido dan Reina duduk bersama di sofa dan tertegun melihat sekeliling di dalam ruangan.
“Ini benar unit apartemen kita ?” tanya Raido tidak percaya.
“Aw....benar, soalnya pipiku sakit,” jawab Reina yang baru saja mencubit pipinya sendiri.
Keduanya berdiri dan berjalan menuju ke kamar mereka masing masing, Raido membuka pintu kamarnya, dia melihat sebuah ranjang yang terlihat nyaman, sebuah lemari dan sebuah meja belajar, di meja belajarnya ada sebuah amplop, dia mendekatinya dan mengambilnya, ternyata isi amplop itu adalah sebuah buku tabungan, kartu atm, kartu pelajar dan sepucuk surat pengantar masuk sekolah. Raido membuka buku tabungannya dan “tluk,” buku itu terjatuh karena Raido kaget melihat jumlah di dalam buku itu, dia mengambil sekali lagi dan memeriksa nama yang tertera di buku itu adalah namanya. Raido menoleh ke arah pintu dan melihat seragam sekolahnya tergantung di balik pintu, dia melihat sekali lagi bukunya,
“Ini....apa ?” tanya Raido.
Tiba tiba Reina masuk ke dalam kamar Raido dan langsung melompat memeluk Raido, dia memperlihatkan buku tabungan yang jumlahnya sama atas namanya.
“Aku punya uang Raido hehehehe,” ujar Reina.
“Ini....aku tidak tahu harus senang atau tidak...semua terlihat mencurigakan,” balas Raido.
“Sudahlah, tidak usah banyak pikir,” balas Reina.
Keduanya keluar dari kamar Raido membawa buku tabungan mereka dan duduk di sofa ruang tengah. Raido terdiam sambil memandangi jumlah yang tertera di buku tabungan miliknya, baginya semua ini terlalu bagus dan sedikit mencurigakan, tapi karena dia melihat Reina senang, akhirnya dia diam tidak berkata apa apa.