Menikah Karena Skandal

Hati dan pikiran Rhea kacau, rasa sesak di dalam dadanya semakin terasa dan menyakitkan. Dia berlari menuju jembatan yang biasa dilewati adiknya sambil mengingat kembali penjelasan para guru biadab yang menyebut diri mereka sebagai tenaga pendidik.

" Kami tidak tahu di mana Ahin, belakangan ini dia semakin nakal dan tidak masuk sekolah selama seminggu, katanya kakaknya tidak mampu membayar uang pembangunan dan uang sekolah karena prestasinya menurun," ucap pihak sekolah yang tunduk di bawah kekuasaan keluarga Riko.

Hati Rhea semakin kacau, dia didampingi oleh Edgar berlari menuju lokasi di mana anak buah Edgar berada.

Di depan mata Rhea, seorang anak lelaki sedang dilepas ikatannya dari tiang kayu yang menempel ke sisi pilar jembatan.

Air mata Rhea lolos begitu saja, matanya terbelalak menatap sosok Ahin yang babak belur dalam kondisi setengah telanjang, dengan darah yang berceceran di sekujur tubuhnya.

"AHIIINNN!!!" Pekiknya histeris sambil menangis tersedu-sedu. Kedua kakinya berlari menuju Ahin yang menutup matanya akibat rasa sakit dan kelelahan atas semua perundungan yang dia dapatkan selama ini.

Ahin diletakkan di atas tandu, dokter Red ada di sana dan langsung memeriksa tanda vital anak itu. Wajahnya panik, menandakan kondisi Ahin lebih buruk dari yang mereka pikirkan.

"Kita harus segera membawanya ke rumah sakit!" Ucap Red dengan panik.

Rhea terdiam membeku, "bagaimana keadaannya? " Tanya Rhea, dia tampak tenang tapi di dalam dadanya rasa marah sudah berkecamuk hebat.

"Fatal, harus segera mendapatkan tindakan!" Ucap Red yang tak basa-basi dengan ucapannya.

Rhea menenggak salivanya dengan kasar, dia harus bisa berkepala dingin dalam kondisi ini, adiknya satu-satunya, keluarga satu-satunya yang sangat dia sayangi butuh dukungannya.

"Tunggu apa lagi, bawa dia sekarang!!" Pekik Rhea sambil menangis.

"Cepat bawa dia!!" Pekiknya lagi pada orang-orang itu.

Rhea tidak menghampiri adiknya, dia hanya menatap Ahin dari tempat dia berdiri, sebagai mantan mahasiswa keperawatan, dia tahu betul betapa fatal bagi seorang pasien jika tubuhnya tiba-tiba disentuh sembarangan.

Edgar menatap sosok Rhea yang begitu tegar, berulang kali kedua kakinya ingin berlari memeluk Ahin, tetapi Rhea menahan dirinya untuk kebaikan Ahin.

Edgar menghampiri Rhea dan menariknya dalam pelukannya," kita ikuti mereka, ayo," Ucapnya sambil terus merangkul gadis yang sedang berduka itu.

Rhea mengusap air matanya dengan kasar, dia menatap semua orang yang sedang menjelajahi tempat itu, "apa mereka orangmu?" Tanya Rhea.

"Iya, mereka orangku, mereka akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Ahin," ucap Edgar.

Rhea menangis sesenggukan, sejujurnya dia tak kuasa menahan rasa sakit dan sedih di hatinya, berpura-pura kuat juga ada batasnya.

"Tolong adikku, kumohon.... Hiks hiks hiks... Aku merasa kamu orang yang berkuasa, memiliki banyak bawahan rahasia yang terus menjagamu dari kejauhan, aku sudah mengetahuinya sejak bertemu pria bernama Abel itu, " ucap Rhea yang tiba-tiba berlutut di hadapan Edgar.

"Aku tidak punya apa-apa, uang pun aku hanya ada beberapa lembar recehan, aku yakin biaya berobat Ahin akan sangat besar, jika boleh... " Rhea menengadah dan menatap Edgar penuh harap.

Dia tidak pernah memohon pada orang lain sampai menurunkan harga dirinya, dia tidak pernah mengemis seperti ini, tetapi demi adiknya, jalan satu-satunya adalah mengemis memohon belas kasih orang yang berkuasa.

"Jika boleh, tookng bantu adikku... Hiks hiks hiks... Kumohon tuan... Kumohon.... Siapapun dirimu, apapun jabatan atau kuasamu, bantu kami... Kumohon... Akhhh.... Rasanya sakit sekali... Kumohon bantu kami..." Rhea meraung-raung sambil memukuli dadanya yang terasa sesak, dia memohon-mohon sambil mengusap kedua tangannya pada Edgar.

"Akan kulakukan segalanya, bahkan jika kau minta tubuhku sebagai bayarannya akan ku berikan, hanya tolong jangan minta nyawaku sebagai gantinya, aku masih ingin melihat adikku lebih lama," ucap Rhea dengan penuh kesungguhan.

Hati seorang kakak yang sedang hancur diuji begitu keras.

Edgar tak kuasa menahan rasa sedihnya, tanpa basa-basi dia menghampiri Rhea dan memeluk gadis itu dengan erat," tenanglah, semua akan baik-baik saja, aku akan membantumu, jangan begini Rhea, ini tidak seperti dirimu, kau harus tertawa dan bahagia, jangan seperti ini," ucap Edgar yang berusaha menenangkan gadis itu.

Rhea tak menjawab, hingga Edgar menyadari, gadis itu kehilangan kesadarannya karena syok berat.

"Rhea!!!"

"Kamu pasti sangat terpukul Rhea, tenanglah, semua akan baik-baik saja, adikmu akan hidup Rhea, dia punya kakak yang hebat, kau harus kuat Rhea!" Ucapnya sambil mengangkat tubuh Rhea dan membawanya masuk ke dalam mobil.

Mereka segera menyusul Abel dan Red yang membawa Ahin menuju rumah sakit, sedangkan Victor dan Lan anak buah Edgar mengejar pelaku perundungan itu secara massal.

Wajah para pelaku telah diketahui, video perundungan Ahin kini telah dipublikasikan ke muka publik, menampakan wajah para pembully dan menutupi identitas korban.

SMA di mana Ahin bersekolah kini telah disegel, setiap siswa dan pengajar serta seluruh warga sekolah itu ditahan di sekolah untuk dimintai keterangan terkait kasus perundungan yang melibatkan Riko Darmawangsa, putra salah satu direktur PT. Aksa yang sangat dikenal masyarakat.

Belum lagi, PT. Aksa memiliki hubungan erat dengan bisnis milik Edgar.

" Lan, siapa mereka? Kenapa bisa sampai memerintahkan anak buah terlatih untuk menyelesaikan masalah ini!?" Tanya Victor dengan wajah kesal sebab dia tidak tahu apa-apa.

Lan dan Kay si komandan pasukan elit Black Dragon saling menatap sambil geleng-geleng kepala.

"Kalau diberitahu padamu, mulutmu akan bocor dan rencana penangkapan akan sangat menghebohkan," ucap Kay sambil mengetuk kepala Victor.

"Mereka hanya masyarakat kalangan rendah yang mendapatkan belas kasih tuan Edgar, tidak perlu berpikir berlebihan," lanjut Kay.

Tetapi Lan tidak berpikir hal yang sama, melihat reaksi tuannya yang selama ini dikenal sebagai monster buas tidak punya perasaan, kedua orang yang mereka lihat tadi pasti sangat penting bagi Edgar.

"Ku rasa kita akan mendapatkan tuan yang baru," ucap Lan dengan wajah serius sambil menatap jalanan.

"Apa bos serius ingin meratakan grup Aksa? Bukankah yang salah hanya anak direktur divisi Investasi itu saja?" Tanya Victor heran.

"Bos terlalu berlebihan menanggapi masalah ini, hanya dua manusia kalangan rendah, untuk apa dia repot-repot seperti itu?" Ucap Kay dengan kesal. Dia adalah komandan yang sangat sombong dan angkuh, bahkan menganggap sistem kasta adalah cara untuk membedakan posisi manusia di muka bumi ini.

Plakk!!!

Satu pukulan melayang di kepala pria itu, Lan menatapnya jengkel," kalau tuan mendengar ucapan bodoh mu ini, aku yakin besok kau tidak akan melihat dunia ini lagi Kay!" Senggak Lan dengan wajah kesal.

"Ck!"

"Aku mengatakan hal yang sudah sepantasnya dikatakan, mereka berdua pasti memanfaatkan bos yang terlalu polos, dengan wajah liciknya itu dia pasti menggoda bos bahkan menyerahkan tubuh.. hempkkkk...

"Arkrhhh... LHAANNN..."

"Diam kau keparat!" Lan menyumpal mulut tajam Kay dengan sepatu karet milik dokter Red yang tertinggal di mobil itu. Dia menutup wajah Kay dengan kain dan memukuli punggung Kay sampai Kay berteriak kesakitan.

"Arrkhh bangsat, kau mau melawanku hah!! Dasar pria sinting, aku mengatakan kebenaran!!" Pekik Kay.

"Diam kau! Orang yang berhubungan dengan tuan memang patut dicurigai, tetapi mereka berdua hanya anak korban broken home yang tidak punya niat jahat, melainkan sudah menyelamatkan nyawa tuan dari masalah yang lebih besar!!" Tegas Lan sambil menatap Kay dengan tatapan beringas.

Victor menarik Kay kala menatap kengerian pada wajah Lan, yang artinya semua ucapan Lan bisa dibuktikan kebenarannya.

"Sudah Kay, nanti kita minta penjelasan bos, masalah kecelakaan yang dialami bos pasti berhubungan dengan kehidupan asli si bos, kita dengar saja kejelasannya nanti!" Bujuk Victor .

"Sial, kedua binatang buas ini bisa menghancurkan kendaraan ini jika dibiarkan berdebat," batin Victor seraya menghela nafas.

Black Dragon memiliki anggota yang sangat setia pada bos mereka, Edgar. Saking loyalnya, mereka semua berubah menjadi binatang buas yang juga saling menyerang demi mencari perhatian sang ketua kelompok.

"Hah... Bos, kapan kau akan bebas dari para bajingan itu, kau terlalu baik membiarkan mereka berkeliaran di rumah mu," ucap Victor di dalam hatinya.