NovelToon NovelToon
Suami Absurd

Suami Absurd

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / dosen / spiritual / Lari Saat Hamil / Berbaikan / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Teti Kurniawati

"Entahlah...aku harus berbuat apa dengan pernikahanku? Katanya cinta setengah mati, tapi kenyataannya cinta kita seolah akan mati. Aku tidak merasakan kehangatan yang semestinya. Aku lelah mengemis suamiku. Aku lelah..."

"Bantu aku untuk meraih jawaban untuk masa depan yang mesti kita lakukan. Aku tidak meminta banyak. Hanya ingin dibelai sayang sebagaimana sewajarnya seorang suami pada istri. Aku hanya butuh kamu sebagai teman berbicara ketika aku berkeluh kesah. Dan satu hal lagi yang membuatku jatuh sebagai martabat seorang istri, aku jarang disentuh." Seorang perempuan dengan kulit bersih kini memerah karena sejak sujud dia tergugu menangis. Dia hanya mampu berkeluh kesah pada sang Khalik di setiap sujudnya atas kondisi pernikahan yang sedang dijalaninya sekarang. Ya... sebagai manusia biasa dia pun kini merasa di titik terlemahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Teti Kurniawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menjenguk

"Lah.. kenapa kamu ikut turun Rey?" Mata Zahira heran melihat Reymon ikut turun dari mobil. Padahal dia tadi berjanji hanya akan mengantarkannya sampai depan rumah sakit.

"Tanggung Ra. Kamu nanti kalau ada apa-apa masa mau melambaikan tangan?" Reymon membuat alasan agar dia bisa mengikuti gadis bercadar itu.

"Ih.. kamu tuh gimana sih! Jangan salahin aku kalau tugas kamu nanti terbengkalai." Zahira tak mau hanya karena menemaninya Reymon malah melalaikan tugasnya.

"Iya.. iya.. komandan. Kaya dirinya sudah aja!" Reymon cuek saja berjalan berdampingan dengan Zahira menuju tempat administrasi.

"Dasar!" Umpat Zahira pelan. Tak habis pikir dengan sifat Reymon yang baru tahu kalau dia keras kepala juga.

Zahira menuju tempat administrasi lalu dia menanyakan nama salah satu orang tuanya yang kemungkinan menjadi pasien di rumah sakit itu.

"Maaf Pak.. saya mau bertanya, kalau disini ada pasien yang bernama Anwar Abdurrahim? Atau Aisyah Nur?" Tanya Zahira pada bagian piket bagian administrasi.

"Sebentar saya cari dulu ya mbak? Tolong alamatnya juga mbak!" Bagian piket di bagian administrasi mengetikkan nama yang disebut Zahira barusan. Lalu menyuruh Zahira menyebutkan alamatnya.

Bersamaan itu Arsel pun melangkah kakinya hendak mendatangi bagian administrasi.

Mereka sedang apa?

Arsel menghentikan langkahnya. Dia malah memperhatikan dua orang mahasiswanya itu dengan sorot mata yang aneh.

Tak lama kemudian setelah Zahira mendapatkan jawaban Zahira diantar Reymon pun pergi dari tempat administrasi menuju ruangan yang ditunjukkan petugas piket.

Setelah melihat keduanya pergi. Arsel pun lalu melanjutkan langkahnya mendekati bagian administrasi untuk menanyakan hal yang sama.

"Maaf kalau pasien bernama pak Anwar Abdurrahim di ruangan mana ya?" Tanya Arsel pada petugas.

"Maaf.. anda ikuti saja perempuan bercadar itu! Barusan dia juga menanyakan pasien yang sama." Petugas itu masih bisa melihat punggung Zahira yang sedang berjalan berdampingan dengan Reymon.

"Oh.. iy iya.. Terima kasih." Ucap Arsel terbata.

Lah.. Ada apa mereka datang kesini? Jangan-jangan?

Arsel menghentikan terkaannya. Dia menebak Zahira ada hubungannya dengan pasien yang sedang ingin dikunjunginya.

"Ra.. sebelah sini!" Reymon yang lebih jeli mengingatkan Zahira untuk berbelok ke kiri. Karena ruangan ICU ada di sebelah kiri lorong.

"Mmm.. iya." Zahira yang nampak bingung pun mengikuti langkah Reymon.

Tuh kan.. apa jadinya kalau aku tidak ikut. Perempuan tuh suka kaya gitu.. gak fokus kalau jalan.

Umpat Reymon melihat Zahira seperti kebingungan.

Duh... kenapa abi ada di ruang ICU. Dan kenapa umi tidak mengabariku?

Zahira merasa tidak tenang setelah mendengar bahwa ayahnya kini ada di ruang ICU.

"Umi.. " Panggil Zahira setelah melihat ibunya sedang duduk di ruang tunggu pasien.

"Zahira... " Ucap ibunya terhenyak kaget. Dia tidak menyangka bahwa putri semata wayangnya bisa mengetahui keberadaannya saat ini.

"Umi... " Zahira langsung memeluk ibunya erat. Zahira sudah merasakan hal tidak mengenakkan begitu melihat bola mata ibunya yang terlihat habis menangis.

Reymon yang mengantar Zahira hanya berdiri terpaku begitu melihat Dua perempuan itu saling berpelukan erat. Saling menumpahkan rasa sedihnya satu sama lainnya.

Tak lama kemudian keduanya pun meleraikan pelukannya.

"Jangan menangis sayang!" Ibunya Zahira menghapus air mata Zahira yang menetes dari kedua kelopak matanya.

"Umi.. kenapa umi tega tidak memberitahu Zahira?" Zahira sangat bersedih kenapa ibunya sampai tega tidak memberi tahu kabar tentang ayahnya yang sedang sakit.

"Maafkan umi Zahira. Umi tidak mau kamu cemas. Apalagi ini hari pertama kamu kuliah." Ucap ibunya Zahira tidak mau putrinya itu merasakan cemas.

"Justru kalau umi tidak memberitahu Zahira, Zahira akan menyesal umi." Zahira kembali mengusap sudut matanya untuk menghapus air matanya.

"Iya.. maafkan umi ya!" Ibunya Zahira mengusap bahu anaknya sebagai rasa permintaan maafnya.

Zahira mengangguk.

"Maafin Zahira juga umi. Zahira jadi menyusul kesini. Tadi Baim yang ngasih tahu Zahira. Katanya dia bertemu umi disini sewaktu dia membawa kontrol ayahnya." Zahira pun meminta maaf pada ibunya karena telah menyusul ke rumah sakit.

"Oh.. begitu? Kok umi tidak tahu ya? Dan ini.. teman kamu Zahira?" Ibunya Zahira agak mengerutkan dahi meski tertutup kain cadarnya melirik ke arah Reymon yang dari tadi berdiri di samping Zahira.

"Maaf.. tante. Perkenalkan saya Reymon. Teman kuliah Zahira di kampus." Ucap Reymon tidak berani mengulurkan tangannya. Dia tahu adab pada perempuan yang berada di depannya.

"Oh... " Ucap ibunya Zahira agak heran.

Baru dua hari Zahira kuliah. Kok. sudah bawa-bawa non muhrim?

Gumam ibunya Zahira agak khawatir. Pasalnya pergaulan anak perempuannya sebelum berjilbab memang suka bareng dengan laki-laki terutama Baim. Dan hal itu membuat ibu dan ayahnya Zahira sering cemas. Tapi setelah menutup auratnya pun Zahira belum bisa lepas dari kebiasaan lamanya itu.

Zahira sepertinya menangkap ketidaksetujuan ibunya melihat Reymon bersama dirinya.

"Maaf umi.. Tadi Reymon sama Rahma bermaksud mengantarkan Zahira kemari. Tapi Zahira sudah menolaknya. Karena mereka sedang ada tugas. Tapi karena arah pulang Reymon searah, Reymon berbaik hati mengantarkan Zahira kesini. Kami tidak ada hubungan apapun." Zahira tak ingin salah paham sehingga menerangkan dengan jujur.

"Iya tante. Saya hanya mengantarkan Zahira saja. Tidak ada maksud lain." Reymon pun ikut membela Zahira. Padahal hati Reymon entah kenapa ingin lebih dekat dengan Zahira.

"Iya. Umi ucapkan terimakasih atas kebaikan nak Reymon. Tapi lain kali jangan terlalu sering ya! Kalian kan bukan muhrim. Jadi harus lebih berhati-hati dalam bergaul. Nanti banyak fitnahnya." Ucap umi Aisyah menasehati Zahira dan Reymon.

"Baik umi." Zahira dan Reymon mengangguk menuruti perkataan umi Aisyah.

Dan tanpa mereka ketahui sepasang mata dari tadi sedang memperhatikan keduanya.

Bukannya mengerjakan tugas malah masih disini!

Umpat Arsel pada Reymon.

Arsel pun terpaksa mendekati mereka.

"Ehem.. permisi." Ucap. Arsel mengagetkan ketiganya.

"Eh.. pak.. pak. Arsel." Ucap Zahira kaget melihat dosennya berada di rumah sakit.

"Kamu.. tidak mengerjakan tugas?" Ucap Arsel sambil melirik ke arah Reymon.

Yang dilirik hanya santai. Tidak terlihat raut muka takut sedikitpun.

"Iya.. sebentar lagi pulang kok!" Kebiasaan manja Reymon menjadi pusat perhatian Zahira juga ibunya.

Lah.. Reymon.. bukannya hormat malah santai gitu? Gak ada takut-takutnya dia!

Zahira melihat ke arah Reymon yang nampak santai.

Untuk membela Reymon agar tidak kena semprot dosen killernya itu Zahira buru-buru berbicara.

"Rey.. pulanglah! Terima kasih ya sudah mengantarkan aku kesini!" Ucap Zahira secara halus menyuruh Reymon segera pulang agar dosen killernya itu tidak terus melihatnya tajam.

"Mmm.. baiklah. Sampai besok ya! Aku pulang dulu." Reymon untungnya mengerti dia langsung berpamitan.

"Umi.. saya pamit pulang." Pamit Reymon pada umi Aisyah.

"Oh iya. Terima kasih ya sudah mengantarkan Zahira kesini. Hati-hati pulangnya!" Ucap umi Aisyah.

"Aku.. pulang dulu!" Ketus Reymon langsung merubah raut mukanya dari ramah ke mode jutek.

"Mmm" Arsel menjawab singkat padat seperti biasanya.

Reymon pun pergi dari rumah sakit menuju apartemen nya. Karena selama di Indonesia dia tidak mau repot harus tinggal di rumah kediaman peninggalan Raisya waktu itu.

Ngapain sih dia ada disana? Jangan-jangan Zahira memberitahu dia. Pantesan saja tidak mau diantar!

Kesal Reymon melihat Arsel tiba-tiba ada di sana.

"Maaf.. keluarga pasien bapak Anwar." Suara panggilan dari seorang perawat terdengar memanggil.

"Saya dokter." Umi Aisyah langsung menghampiri perawat itu.

"Sebaiknya masuk! Apakah ada keluarganya yang lain?" Tanyanya kembali.

"Mmm... saya." Zahira segera menghampiri perawat itu.

"Masuklah! Pak Anwar ingin bicara juga dokter." Ucap perawat itu menambahkan.

"Apakah saya boleh masuk?" Arsel ikut mendekat.

"Anda siapa?" Tanya perawat dibarengi dengan tatapan heran dari umi Aisyah dan juga Zahira.

1
Dody Arif
sdh mampir ya kakak..salam kenal kakak🙏
teti kurniawati: Terima kasih👍🙏
total 1 replies
budi artwork
semangat thor
budi artwork
lanjut thor...
budi artwork
jadi inget zaman kuli
budi artwork
seru
budi artwork
awal yang mengesankan
Selviana
Aku sudah mampir nih.Jangan lupa mampir juga di karya aku yang berjudul (Terpaksa Menikah Dengan Kakak Ipar)
teti kurniawati: oke...
total 1 replies
teti kurniawati
topp markotop
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!