NovelToon NovelToon
TRUE LOVE For MAYA

TRUE LOVE For MAYA

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Fantasi / Tamat
Popularitas:1.7M
Nilai: 4.9
Nama Author: non esee

Mohon bijak dalam membaca.

Maya Mawanda harus menerima kenyataan bahwa suaminya tak mampu lagi menafkahinya lahir dan batin. Menjadi menantu yang pertama dengan ekonomi terendah di banding menantu yang lainnya.

Kesetiaan, di remehkan, perselingkuhan, dan hubungan terlarang akan mewarnai perjalanannya hidupnya.

Pertemuannya dengan seorang pria. Membuatnya sadar akan cinta yang sesungguhnya. Akankah berahir bahagia??

Ikuti kisahnya yaaa..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SILAHKAN PERGI

Sesampainya keluar Gang.. Maya mendapatkan ojek sesuai pesanan-nya. Menunggu beberapa menit, ahirnya driver berjaket hijau itu tiba di hadapannya dengan menggunakan motor sportnya.

"Dengan Mbak Maya?" membuka kaca helmnya, sesosok pria, yang masih terlihat muda bertanya.

"Ya, Mas.." menggunakan helm yang di berikan, Maya segera naik duduk di jok yang sedikit tinggi membuat Maya harus berpegangan di pundak.

"Mas, tolong lebih cepat ya.." Maya meminta sang Driver menambah kecepatan laju motornya.

"Siap Mbak.. lagi terburu-buru ya?"

"Ya, Mas.."

"Pegangan Mbak.. Biar aman."

Maya memilih memegang jaketnya, ketika motor itu melaju dengan kencang. Menembus jalanan yang padat dengan banyaknya kendaraan di siang hari ini. Teriknya matahari tak Maya hiraukan, ia hanya ingin cepat sampai ke tujuan. Ia berharap, suaminya berada di rumah besar dan dalam keadaan baik-baik saja.

©©©©©

Butuh 20 menit untuk sampai, dan saat decitan suara ban berhenti di depan rumah dua tingkat. Bersamaan pula dengan dua mobil beriringan keluar dari dalam rumah melewati pintu gerbang yang terbuka. Mobil yang Maya kenal milik Papa Azhar dan mobil milik Herman.

Ia dapat melihat Haris berada di dalam mobil milik Papa mertuanya, karena kaca mobil yang tidak terlalu gelap dan masih bisa di lihat dari luar.

Tak sempat membuka helm di kepalanya, Maya segera turun dari jok motor dan mengejarnya.. "Maaas...!! Maasssss.....!! Mas Haris...!!" Maya berteriak berharap mobil itu berhenti.

Tetapi sayang, kedua mobil itu terus melaju menambah kecepatannya dan menjauh dari pandangannya. Tak mungkin menyusulnya dengan berlari, Maya berbalik ke arah motor yang berhenti. Maya meminta driver itu membantunya untuk mengejar dan mengikuti kemana mobil itu pergi.

"Mas, tolong saya. Ikuti mobil itu.." Maya menunjuk dua mobil yang mulai menghilang saat ada belokan.

"Naik Mbak.." seakan mengerti dengan situasi dan keadaan, pria muda itu siap untuk mengejar dengan kokohnya motor sport yang di kendarainya.

"Mas, saya pegang pinggangnya ya.. Saya takut jatuh." saat di rasakan motor itu mulai melaju kencang menyalip beberapa kendaraan.

Masih dalam kebingungan, Maya belum bisa mencerna apa yang terjadi hari ini. Mau kemana mereka? Mereka akan membawa Haris kemana? kenapa tidak mengabariku? Ada apa? Pertanyaan demi pertanyaan berputar-putar di otak Maya.

Rasa bingung dengan situasi, membuat kedua kelopak matanya memerah menahan air mata. Jantungnya berdetak kencang karena rasa takut terjadi sesuatu yang buruk terhadap Haris? "Apa mereka akan membawa Haris kerumah sakit?"

Maya tak berhenti bertanya.

Satu persatu kendaran mulai di salip, dari mulai motor hingga angkutan, dan mobil pribadi lainnya. Pria muda itu cukup pintar dan gesit dalam mengendarai motor sportnya. Maya semakin merapatkan pegangan saat pria itu memintanya menguatkan pegangan.

Pria itu dengan jeli memperhatikan kemana arah mobil itu bergerak. Saat di rasa mobil di depannya mulai mengarah ke jalan tol, pria muda berstatus driver online itu semakin menambah kecepatannya kilometer motornya. Ia akan kehilangan jejak kalau mobil itu sampai masuk tol panjang.

"Mbak pegangan yang kencang.." pria itu berteriak dari dalam helm full face-nya. Dengan tangan satu memegang stir motor, tangan satunya ia gunakan untuk melambai-lambai agar mobil itu mau berhenti. Ia menggiring mobil itu ke sisi jalan, dan secepat kilat menyalipnya.

Decitan suara ban yang terdengar melengking itu berhenti di depan mobil bersamaan dengan suara ban mobil yang juga sama-sama berhenti, mengerem mendadak. Beberapa centi lagi, kap mobil itu hampir saja menyentuh, menabrak motor sport miliknya, di susul suara decitan lagi dari mobil belakang.

Membuka helm, Maya segera turun dari motor dengan di sambut bentakan Mama Hani dari dalam mobil.

"Kamu sudah gila ya, May..!! Kalau terjadi tabrakan bagaimana?" Hani bicara dengan suara keras setelah menurunkan kaca pintu depan.

Maya tak memperdulikan sama sekali teriakan Mama Hani.. Yang ia inginkan hanya bertemu dengan Haris dan bicara.

"Mas, keluar dulu.. Kita harus bicara." Maya mengetuk pintu kaca tengah dimana Haris duduk. "Mas, keluar.. Aku mohon." Maya semakin mengencangkan ketukannya.

Tak lama ahirnya pintu mobil terbuka, Maya segera menarik handle pintu mobil.

"Mas, ada apa ini? Tolong jelaskan kepadaku?" dengan posisi Maya berdiri di luar pintu dan Haris duduk di samping papa Azhar. Maya bertanya dengan suara bergetar menahan tangis.

"Maafkan aku May, aku harus pergi." Pria yang berstatus suaminya itu tertunduk tak mampu menatap Maya.

"Pergi? Maksudnya bagaimana? Pergi kemana?" Maya berulang-ulang bertanya.

"Aku harus pergi ke Guangzhou, tiongkok. Paru-paruku sudah berada di level kanker. Aku menginginkan kesembuhan tanpa operasi May, seminggu yang lalu aku melakukan Medical Check Up dengan di antar Mama dan aku di vonis kanker.."

"Kanker paru-paruku sudah stadium 4. Sebelum memutuskan pergi ke Guangzhou, Dokter Agung memberikan pilihan agar aku berobat di Mount Elizabeth Hospital Singapura. Tapi aku menolaknya, kerena proses yang aku jalani akan melalui pembedahan."

Maya sudah tidak bisa membendung lagi air mata yang di tahannya. Memberanikan diri Maya mengungkapkan kekecewaannya.

"Apa harus dengan cara seperti ini Mas? Tidak bisakah Mas bicarakan baik-baik denganku? kenapa? Apa aku sudah tidak ada harganya lagi di mata Mas dan keluarga? Apa karena aku wanita miskin yang tidak di perlukan lagi? Walau hanya sekedar bertanya untuk meminta pendapatnya?" Maya bicara dengan berurai air mata.. Hatinya sungguh sakit.

"Aku tidak pernah melarang Mas untuk pergi berobat sejauh apapun kalau memang demi kebaikan Mas. Demi kesembuhan Mas. Dan aku pun tidak akan menuntut untuk ikut. Tapi bisakah sedikit saja menghargaiku sebagai istri?"

"Apa karena aku tak ikut andil dalam membiayai pengobatan Mas? Sehingga Mas sama sekali tidak melibatkanku? Apa mas sudah tidak menganggapku ada?"

"Maaf, May.. Aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya tidak tega bicara langsung untuk menyampaikannya kepadamu. Dan Mama yang akan menyampaikan-nya langsung kepadamu May."

"Apa Mama akan benar-benar menyampaikan-nya kepadaku?"

"Seandainya aku tidak segera menyusul sampai kesini, siapa yang akan memberitahukanku? Apa keluargamu masih perduli? Aku juga yakin Mas melihatku sampai di pintu gerbang depan rumah tadi. Kenapa tidak mau berhenti?"

"Maaf, May.." pria itu tertunduk seakan tak berdaya.

"Kami harus segera mengejar pesawat May. Kamu jangan menyalahkan Haris." Hani menyela pembicaraan Maya dan putranya.

"Silahkan Mas, silahkan Pergi." Maya bicara tanpa memperdulikan ucapan Hani yang berada di kursi depan. Mengeluarkan kartu ATM milik Haris, Maya menyerahkan ke tangannya. "Mas lebih membutuhkan dari pada aku. Uangnya sudah ku ambil untuk menebus obat."

"Semoga Mas segera pulih.." Maya berbalik menuju motor yang membawanya. Air mata Maya semakin deras membasahi pipinya. Ia sudah tidak sanggup berkata-kata. Ia merasa sangat tidak di hargai keberadaannya sebagai istri. Berpegang kuat di besi jok belakang, Maya meminta pria itu membawanya pergi.

Sebelum pria muda itu menghidupkan mesin motornya, dua mobil itu sudah melaju pergi masuk ke arah gerbang tol yang akan membawa Haris ke Bandara Soekarno Hatta.

Tak sanggup melihat, Maya berjongkok di sisi ban. Maya menangis kencang sesegukan, hingga mengundang banyak mata yang memperhatikannya.

****

Bersambung ❤️

Terimakasih dukungannya buat Maya

1
tri Wijayanti
ya udah mah,mamah ambil tuh anaknya biar cepet Maya bisa terlepas dr beban hidupnya
Dewi Purbowati
Lumayan
Dewi Purbowati
Kecewa
Ani Ani
cerita yang habis
Ani Ani
mejung pusara Anak nya
Ani Ani
ada yang sedeh nak ditingal kan
Ani Ani
semoga hidup kamu bahagia
Ani Ani
mukin ada yang tak betul kot
Ani Ani
kena Kotor habis
Ani Ani
DIA ingin jumpa kawan Baik nya
Ani Ani
ada yang marah ni
Ani Ani
kena Macan baru nak makan
Ani Ani
kawan lama nya
Ani Ani
rasia lagi
Eka Yuliana
God kak,bukan good...
terus lauk pauk dan obat buat haris di kemanain tuh
Ani Ani
akhir nya bersatu
Ani Ani
ayah kamu
Ani Ani
kedua2 sama naik
Ani Ani
kacau penatin aja
Ani Ani
dah Baik lah tu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!