NovelToon NovelToon
Cinta Annisa

Cinta Annisa

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:101.9k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Fia

Cerita ini hanya khayalan Author semata ya...

Menerima kritik dan saran ya namun yang membangun bukan menjatuhkan.

Bercerita tentang Cinta Annisa (36 tahun) harus menikah dengan Rafael Ibrahim (27 tahun) karena sebuah keadaan.

Keadaan seperti apa yang mengharuskan mereka menikah?.

Apa saja yang harus mereka lalui untuk bisa hidup bahagia bersama?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Fia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 19 Episode 19

Sore nanti Nesha sudah diperbolehkan pulang setelah Faisal melakukan pemeriksaan kesehatan terhadap Nesha dan Nesha dinyatakan sembuh. Nesha sudah bersiap pulang, ia ingin segera bertemu dengan kedua anaknya.

Pagi ini Rafael harus kembali bekerja, selain itu ia masih memiliki urusan yang belum selesai dengan Evan. Membuat wajah cantik Nesha sedikit murung.

"Nanti, Mama Nur dan Annisa serta anak-anak ke sini. Kalau pekerjaanku sudah selesai, aku akan ke sini menjemput." Rafael merapikan jasnya.

"Kamu tidak bisa di sini saja menemaniku?."

Rafael segera menggeleng.

"Tidak bisa, sekarang aku harus berangkat. Indra sudah menunggu di luar." Rafael mengecup pucuk kepala Nesha lalu berjalan keluar

Untuk saat ini tidak ada yang lebih penting selain bertemu dengan pria itu. Makanya ia segera menuju apartemen diantar Indra.

Indra menunggu di area parkir, membiarkan Rafael mendatangi unit apartemen Evan. Sepertinya pagi ini masih bukan milik Rafael, sebab setengah jam lalu Evan baru keluar dari gedung apartemen. Itu informasi yang didapatkan Rafael dari security yang berjaga di sana.

"Sekarang kita kemana, Pak Rafael?." Indra melihat wajah kusut Rafael yang sepertinya tidak siap untuk datang ke kantor.

Rafael melepas jas kemudian melemparnya ke bangku belakang. Mengacak rambutnya yang sudah rapi. Lalu untuk sesaat ia terdiam sebelum akhirnya ia meminta Indra untuk mengantarnya ke rumah kedua orang tuanya.

Mobil yang dikendarai Indra melaju dengan kencang. Meninggalkan gedung apartemen. Sepanjang perjalanan, Rafael hanya diam, pikirannya kini bercabang pada Annisa yang harus dicerai sebelum Nesha pulang ke rumah.

Orang yang ada di dalam pikirannya kini memanggilnya melalui telepon. Rafael sedikit menarik sudut bibirnya lalu menjawab panggilan Annisa. Ruang hatinya merasa hangat.

"Assalamualaikum, Nis."

"Waalaikumsalam. Ini Mama, Rafael."

Seketika senyum tipis dari wajah Rafael menghilang saat tahu Mama Nur yang bicara.

"Iya, Ma. Ada apa?."

"Tadinya Mama tidak mau bicara, tapi takutnya kamu lupa jadi Mama ingat kan lagi. Sebelum Nesha pulang, lebih baik kamu selesaikan urusan kamu dengan Annisa. Mama tunggu di rumah."

Rafael memejamkan matanya sejenak, hatinya menjadi sangat kacau dan sudut matanya sudah berair. Dengan terpaksa ia pun menjanjikan untuk segera datang ke rumah Mama Nur.

"Iya, nanti aku ke rumah."

"Terima kasih, Rafael. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Sama-sama, Ma."

Setelahnya Rafael membanting handphonenya sampai mengenai dashboard. Ia menutup wajah dengan kedua tangannya.

Setelah melewati perjalanan hampir satu jam lamanya, kini Indra sudah memarkir mobilnya di depan rumah kedua orang tua Rafael.

Rafael menurunkan tangannya lalu mengusap wajahnya yang basah karena air mata.

"Kamu kembali saja ke kantor." Kata Rafael sebelum turun dari mobil.

"Baik, Pak Rafael." Indra menyahut lalu kembali membawa mobilnya menuju kantor.

Melayang, itu yang dirasakan Rafael saat berjalan memasuki rumah. Berulang kali ia menarik nafas, ingin membuang rasa sesak pada dadanya.

Di ruang tengah Rafael di sambut Yulia yang memang setiap pagi sudah berada di sana, menunggu kesempatan bertemu Rafael seperti sekarang ini.

"Raf, kemana saja baru pulang?." Yulia yang hendak menghampiri Rafael diam ditempatnya ketika Rafael mengangkat tangannya ke arah Yulia. Perempuan itu melihat sisi lain seorang Rafael. Pria yang sangat dicintainya namun tidak bisa dimilikinya.

"Kamu kenapa?" Yulia masih berdiri ditempatnya, menatap Rafael yang melintas dihadapannya. Rafael berjalan menuju anak tangga dan melewatinya untuk sampai ke dalam kamarnya.

Mama datang dari arah dapur sambil membawa segelas teh hangat lalu bertanya pada Yulia.

"Tadi Tante dengar kamu menyebut Rafael, mana?."

"Itu" Yulia menunjuk punggung Rafael yang kemudian menghilang di balik dinding.

Mama langsung mengejar Rafael dan di sini mereka saat ini. Di dalam kamar Rafael meringkuk, hidupnya benar-benar seperti menuju kehancuran. Dan Rafael sendiri tidak bisa mencegahnya.

"Katanya Nesha pulang sore ini? Pulang ke sini atau ke rumah Mama nya?." Mama membuka tirai yang masih tertutup lalu duduk di sebelah Rafael.

Mama memandangi putranya sangat dekat, ia memastikan kalau putranya tidak menangis seperti yang dilihatnya. Namun sayangnya, putranya memang menangis.

"Terakhir Mama melihatmu menangis saat nenek meninggal yang kemudian selang tiga hari kakek menyusul. Karena mereka berdua adalah orang terdekatmu." Mama mengusap rambut kepala sang putra dengan begitu sayang.

Mama mengusap punggung Rafael yang naik turun, anak laki-lakinya sedang menangis sedih. Namun Mama belum tahu untuk kesedihan yang seperti apa.

"Kamu tidak ingin berbagi cerita sedih dengan Mama?." Mama bertanya saat Rafael cukup tenang dan beringsut duduk di sebelah Mama.

Rafael menghapus sisa-sisa air matanya.

"Apa yang akan Mama lakukan kalau Mama mengetahui Papa memiliki perempuan lain selain Mama?." Rafael bertanya dengan suara pelan.

Seketika Mama memasang galak penuh emosi.

"Tentu saja tanpa pikir panjang Mama akan menendang Papa dari hidup Mama." Mama menjawabnya dengan berapi-api.

Sejurus kemudian Mama menatap lekat pada Rafael.

"Memang Papa mu memiliki perempuan lain?."

Rafael segera menggeleng, ia tidak ingin membuat Mama nya marah-marah tidak jelas pada sang Papa.

"Itu hanya pertanyaanku saja, Ma. Tenang saja, hanya Mama perempuan yang Papa miliki." Barulah senyum bahagia terbit dari wajah cantik sang Mama.

"Terus ngomong-ngomong kenapa kamu bersedih?."

Rafael segera menggeleng.

"Tidak ada, itu hanya masalah pekerjaan."

"Apa ada hubungannya dengan Annisa?. Kamu harus segera menjatuhkan talak padanya."

Rafael diam sejenak, memikirkan bagaimana nasibnya ke depan setelah ditinggal Annisa?. Apa iya, ia bisa tanpa Annisa? Si kembar juga bagaimana yang sudah terbiasa dengan bau tangan Annisa?.

Rafael mengangguk. "Aku harus mandi dulu sebelum ke sana. Aku belum bilang sama Papa kalau aku tidak ke kantor."

"Udah Mama yang bilang, sekarang Papa lagi mimpin meeting."

Rafael mengangguk, lalu ia mengambil handuk dan berjalan gontai masuk ke kamar mandi. Mama masih duduk ditempatnya, masih mencari tahu apa yang kira-kira yang menjadi kesedihan Rafael?. Apa ada hubungannya dengan perselingkuhan atau perpisahannya bersama Annisa?.

.

.

.

.

"Jangan lupa kamu siapkan barang-barang Hasan dan Husein?" Mama Nur mengingatkan kembali apa yang harus dilakukan Annisa.

"Sudah, Ma." Annisa sudah mengumpulkan semua barang-barang si kembar di ruang tengah.

Annisa menatap si kembar dengan mata berkaca-kaca, ia tidak menyangka kalau hari ini hari terakhir bersama si lucu Hasan dan Husein.

Annisa segera menyeka air matanya, ia menyayangi si kembar seperti anaknya sendiri.

"Mama sudah bilang pada Nesha untuk pulang ke rumah orang tua Rafael. Oh iya, kamu sudah mengeluarkan baju-baju Rafael dari kamarmu?."

Annisa mengangguk, "Sudah, Ma."

Mama Nur dan Annisa langsung melayangkan pandangnya ke arah pintu, dimana Rafael datang dengan mengucapkan salam terlebih dahulu.

"Assalamualaikum, Ma, Nis."

"Waalaikumsalam"

Rafael masuk dan mendekati Annisa, "Tolong beri waktu pada saya untuk bicara pada Annisa, Ma."

Mama Nur mengangguk menyetujui.

"Kalian bisa bicara di sini."

Rafael segera menggeleng, "Tidak, Ma. Saya ingin bicara di kamar Annisa. Saya janji setelah itu akan mengabulkan apa yang kalian inginkan."

Mama Nur mengangguk pelan.

Annisa berjalan di belakang Rafael. Kini mereka ada di dalam kamar Annisa dan Rafael sudah mengunci pintunya.

Rafael berjalan mendekati Annisa, berdiri tepat di depan Annisa.

"Izinkan saya melihat wajahmu untuk yang terakhir kali."

Annisa segera melepas cadar dan tampak lah wajah cantik Annisa.

Rafael semakin mendekat, tanpa Annisa sangka pria itu semakin mengikis jarak dan menempelkan bibirnya pada keningnya.

Bersambung

1
Maz Andy'ne Yulixah
Biang nya Yulia sama Papa nya🙄🙄🙄
Maz Andy'ne Yulixah
Yo jangan teriak2 sama kenceng2 goncang badan Salsabila Raf kasihan,ya takut to si Salsa🙄🙄
Maz Andy'ne Yulixah
Ternyata Ulah Faisal dan Yulia Hadeh🙄🙄🙄
Maz Andy'ne Yulixah
Haduh Rafael bisa terkecoh🙄🙄
Maz Andy'ne Yulixah
Semoga Papa Harris dan Indra gak kenapa2,q kok Deg2😥😥😥
Maz Andy'ne Yulixah
Faizal sama saja gak punya malu🙄🙄
Maz Andy'ne Yulixah
Curiga bukan Faisal malah Yulia,yang ngitai rumah Rafael🙄🙄
Maz Andy'ne Yulixah
Pasti si Faisal🙄🙄
Maz Andy'ne Yulixah
Apakah Nesha akan kembali kepada Evan apa kecantol sama Kakak nya Darwin,,kalau masih jomblo ya🤣🤣
Retno Harningsih
lanjut
Khairunnisa Zf india best of the best
semoga Allah SWT segera datang
Watinih
semoga saja pertolongan datang...
mahira
oo si Mak lampir rupanya
Watinih
semogasegera ada pertolongan untuk Nisa dan sikembar
Retno Harningsih
lanjut
Kim
pasti Yulia sama papa nya
Watinih
waduh ko supirnya jahat y...Anisa dan si kembar diculik
Sheva↑
nesha ini kek nya gk pantes jadi seorang ibu deh
Maz Andy'ne Yulixah
Harus mulai percaya sama Nesha Raf,kasihan Nesha dia sudah berusaha Iklas menerima pernikahanmu bersama Annisa kamu juga hrus Iklas..
Nury Al biru
kenapa mama nur egois ya .inilah definisi ibu yang pilih kasih .apa mungkin anisa bukan anak kandungnya ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!