Khumaira, sosok istri ideal, namun ia memiliki suami yang hatinya bukan untuknya. Khumaira dengan cinta di hatinya tak pernah menyerah untuk memenangkan hati sang suami, ia terus berjuang sampai pada akhirnya hati suaminya mulai meleleh dan memiliki perasaan padanya. Namun siapa sangka wanita yang sangat di cintai suaminya kembali hadir di hidup mereka, dan itu membuat hati Khumaira kembali tersakiti karena kedatangan wanita yang dulu di anggap telah tiada, ternyata dia masih hidup, dan kedatangannya itu membuat sikap suami Khumaira kembali berubah padanya.
"Akankah Khumaira mampu mempertahankan pernikahannya?, atau memilih untuk menyerah?"
Temukan semua itu hanya di noveltoon "SUAMIKU BUKAN UNTUKKU."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SA.J, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Singa kelaparan.
"Ngapain ngeliatin aku seperti itu?" tanya Arhand datar.
Maira menundukkan kepalanya saat kepergok pada pemilik wajah yang selalu ia kagumi saat sedang tenang. "Maaf, Mas ..." ujarnya lirih.
"Makan," ujar Arhand lagi dengan datar.
Maira tanpa menjawab memakan makanannya, kesunyian pun tercipta, yang ada hanya suara sendok dan piring yang saling mengadu. Di tengah ke sunyian mereka Aditya datang menghampiri mereka memecah ke sunyian di antara mereka.
"Tuan," ujar Aditya sedikit menundukkan kepalanya.
Arhand melirik dengan mata tajamnya pada Aditya minta agar Aditya segera berbicara.
"Saya akan kembali ke jakarta," ujar Aditya cepat.
"Huem," dehem Arhand dan kembali melanjutkan makannya.
Aditya datang ke bali untuk mengantar sesuatu dari Nyonya besar Blanco.
"Permisi Nyonya," pamit Aditya pada istri Tuannya, Maira tersenyum dan mengangukkan kepalnya saja, karena di dalam mulutnya masih ada makanan.
Aditya berbalik dan ingin melangkah, namun terhenti kala Nyonyanya memanggil namanya.
"Aditya .." panggil Maira setelah menelan semua makanannya.
Aditya berbalik. "Iya, Nya," ujarnya menundukkan kepalanya sedikit.
Tunggu sebenta ..." ujarnya Maira berdiri dari duduknya dan pergi ke dapur.
Maira kembali ke meja makan dengan menenteng sesuatu di tangannya. "Ini," ujarnya memberikan hal itu pada Aditya.
Aditya melirik Arhand sebelum mengambil paper bag itu, namun Arhand tak bergeming, jadi Aditya menerima paper bag itu. "Apa ini?" tanya Aditya.
"Makanan," ujar Maira, sontak membuat Aditya menatap Arhand, dan benar saja Arhand sudah menatap dirinya seperti singa kelaparan.
"Ini tidak perlu, Nyonya ( ujarnya ingin mengembalikan paper bag-nya ), saya akan- " ucap terpotong kala dengan cepat Maira menyerga ucapannya.
"Maaf, Aditya, tapi itu bukan untukmu, tapi itu untuk Qesya. Tolong bawakan itu ke Villa nya," ujar Maira cepat, dan terlihat tersenyum canggung, tidak enak hati pada Aditya, namun Aditya memiliki perasaan berbeda yaitu perasaan lega. Lega karena tak jadi di makan oleh singa.
"Tapi saya tidak tau, Nya, Villa Nona Qesya," ujar Aditya yang memang tidak mengetahui lokasi Villa Qesya.
"Villanya ada di depan jalan tak jauh dari tanjakan, Villanya berdinding transparan kaca," ujar Maira menjelaskan lokasi Villa Qesya.
"Baik, Nya, kalau gitu saya permisi. Permisi Tuan," ujar Aditya cepat karena mata tajam Arhand tak berhenti menatapnya.
"Huem," dehem Arhand cepat, merasakan hawa-hawa berbahaya Aditya dengan cepat berbalik dan pergi dari sana.
"Aditya," panggil Maira lagi.
Aditya menghentikan langkahnya, dan berbalik. "Iya, Nya."
"Minta maaflah padanya soal pertiwa itu, dia pasti akan jauh lebih baik," ujar Maira, Aditya dengan cepat menganggukan kepalanya.
"Baik, Nya, saya akan meminta maaf padanya. Apa masih ada lagi, Nya?"
Maira mengelengkan kepalanya. "Tidak ada. Pergilah," ujarnya dan memberikan senyum manisnya yang mana langsung membuat alarm bahaya berbunyi semakin keras.
"Permisi Nya, Tuan," pamit Aditya lagi, Arhand hanya menjawab dengan berdehem keras.
Dengan cepat Aditya berbalik dan berjalan keluar dari Villa itu.
......................
"Selesai mandi Qesya keluar dari kamar mandi sembari terus bersenandung riang."
Tok.
Tok.
Tok.
"Ada apa?" tanya Qesya tanpa membuka pintu, karena dia tau itu sahabtanya, Anis.
"Cari makan yuk," teriak Anis dari balik pintu.
"Tunggu sebentar aku pakai baju dulu," sahut Qesya dengan berteriak.
"Huem, baiklah. Aku tunggu di bawah," ujar Anis.
"Ok."
Anis turun ke bawah menunggu Qesya yang sedang bersiap-siap. Tak lama setelah itu Qesya berjalan mendekati sahabtanya yang duduk di sopa dekat pinyu. "Let's go," ujarnya
Qesya membuka pintu dan langsung di kagetkan dengan ke munculan seseorang.
"Kamu."
"Ngapain kamu kesini?" ujar Qesya kesal menatap Aditya yang berdiri tepat di depannya.
"Nyonya Khumaira menitipkan ini," ujar Aditya datar menyodorkan paper bag yang di berikan oleh Maira tadi.
Qesya mengerutkan keningnya. "Apa ini?" tanyanya sembari membuka paper bag itu.
"Wauuh, makanan," ujarnya senang melihat apa yang di kirim oleh Khumaira untuknya.
"Maaf," ujar Aditya datar.
Qesya mengangkat kepalanya, mantap orang di depannya ini dengan alis terangkat satu. "Maaf?"
"Iya. Saya ingin minta maaf atas ke jadian waktu itu," ujar Aditya meminta maaf namun ekspresi wajah sangat datar.
"Baru sekarang?, Maaf mu sudah basi tau gak?, lagi pula siapa yang minta maaf dengan wajah datar seperti itu. Sudah-sudah sana-san pergi, emosiku naik saat meljhat wajah datarmu itu," ujar Qesya jutek.
"Aku juga tidak ingin minta maaf, tapi karena Nyonya saya yang minta jadi saya lakukan," ujar Aditya tak kala jutek di tambah wajah datar mengenalkannya itu.
Qesya yang memang sudah di buat bad mood semakin di buat kesal saat mendengar ucapan Aditya barusan. "Oh, jadi kalau bukan Khumaira kamu tidak akan pernah mau minta maaf gitu?"
"Tidak akan. Permisi," ujar Aditya datar dan langsung berlalu dari sana tanpa mendengar jawaban Qesya lagi.
Qesya mengertakkan giginya, kedua tangannya mengepal. "Huuuu ... dasar cowok dingin, tidak bertanggung jawab," umpatnya menatap kesal Aditya.
"Sudah, Qes, sabar. Tidak usah di pikirkan," ujar Anis menangkan sahabtanya itu.
"Kamu benar, aku tidak usah mikirin pria tidak bertanggung jawab itu," ujarnya mengontrol emosinya.
"Oiya, sekarang katakan padaku siapa Nyonya Khumaira?, kenapa dia mengirimkan makanan untukmu" tanya Anis pada Qesya
"Teman baru aku," ujar Qesya singkat.
"Teman baru?" tanya Anis.
"Iya."
"Oh, jadi sekarang kamu punya teman baru, dan mungkin saja aku akan di lupakan," ujar Anis jealous.
Qesya yang mendengar ucapan sabahatanya, merasa sakit. "Anis, apa yang kamu katakan itu tidak benar. Kamu itu sahabat aku dari kecil, jadi tidak mungkin aku akan melupakanmu walau aku punya teman yang banyak," jelas Qesya.
Anis tersenyum. "Iya, iya, aku tau. Aku hanya bercanda," ujarnya tersenyum karena berhasil nge-prank sahabatanya
"Oiya, apa kamu jadi ikut cari makan gak?" tanya Anis.
"Bagaimana kalau kita makan di sini saja?" tanya Qesya.
"Tapi itu kan cuma untukmu."
"Tidak kok ini ada banyak," ujar Qesya membuka paper bag itu memperlihatkan makanan yang di kirim oleh Maira.
"Waahh ... temanmu itu ternyata baik juga," ujar Anis saat melihat makannya sangat banyak.
"Yah, jelaslah dia kan temanku," ujar Qesya.
"Iya, iya, dia hanya temanmu," ujar Anis dengan nada seperti jealous.
......................
"Pa ..." panggil Ny. Arsy.
"Heum," sahut suaminya dengan memejamkan matanya ia merasa lelah setelah mengurus pekerjaan putranya yang sangat banyak apa lagi tadi Aditya tidak ada.
"Kira-kira Maira sudah membuka hadiah dari Mama, gak yah?" tanya Ny. Arsy pada suaminya namun tak mendapat respon membuat Ny. Arsy mendongakkan wajahnya.
"Pa ..."
"Papa!, Kok tidur sih, Mama lagi ngomong ini," ujar Ny. Arsy sedikit kesal, bisa-bisanya dirinya di tinggal tidur saat berbicara.
Tuan Blanco mengeratkan pelukannya. "Sudah, sudah, Ma, Maira pasti akan membuka hadiah Mama. Mama tidur aja, Papa capek," ujar Tuan Blanco mengecup kening istrinya.
"Oh iya?" tanya Ny. Arsy mengangkat satu alisnya, dari wajahnya terlihat merencanakan sesuatu.
"Ma, jangan mancing Papa. Kalau tidak Mama harus menanggung sendiri akibatnya," ujar Tuan Blanco saat merasakan tangan nakal istrinya memainkan jangkungnya.
Bukannya berhenti tangan Ny. Arsy semakin liar dan turun ke dada suaminya, ia bahkan sengaja mengembuskan napasnya di tengkuk leher suaminya.
"Huem, Pa," kaget Ny. Arsy kala Tuan Blanco menindihnya.
"Mama, harus bertanggung jawab karena dia sudah bangun," ujar Tuan Blanco dengan suara beratnya.
"Mama, mau tidur Pa, sudah yah," ujarnya ingin memalingkan wajahnya.
"Oh tidak boleh, Mama sayang ( menahan dagu istrinya ), Mama harus tanggung jawab dulu," ujarnya tersenyum smrik.
"Uemmm," ujar Ny. Arsy kala Tuan Blanco mencium bibirnya.
"Ah, Pa ...."
...#continue ......
...See you the next Episode....
...Jangan lupa :...
...Vote....
...Like....
...Comments....
...Favorite....
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
mudah"an mertua qesya dibukakan matanya biar bisa melihat kelakuan anaknya yang telah menyakiti qesya...
semoga qesya segera terbebas dari pesikopat Azlan.... semoga kamu bisa mendapatkan hukuman Azlan karena telah menyiksa qesya...
crazy up Thor
kepo nih sama qesya