Terkadang kenyataan tidak sejalan dengan keinginan, Letnan Dallas menginginkan kekasih yang usianya tidak jauh berbeda dengannya tapi harus bertemu dengan perempuan yang usianya terpaut jauh di bawahnya. Semua terjadi karena dirinya trauma memiliki kekasih yang kekanakan di masa lalu.
Tak jauh berbeda dengan Letnan Dallas, Letnan Herca pun akhirnya terpaksa berkenalan dengan seorang wanita pilihan orang tuanya terutama Opa sebab cemas jika Letnan Herca akan salah arah. Penyebabnya tak jauh karena beliau tidak pernah melihat Letnan Herca bersama seorang gadis.
Lantas jika jodoh di tangan Opa, lantas siapa berjodoh dengan siapa dan prahara apa yang akan terjadi terkait masa lalu Bang Herca dengan seorang gadis berinisial Y.
Harap skip jika tidak sanggup dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21. Waspada dengan sekitar.
"Abang bohong, kenapa Abang per**sa Dindra????" Begitu kesalnya Dindra sampai menepak lengan Bang Herca dengan kuat.
"Per**sa apa?? Masa suami minta jatah di bilang per**sa. Gimana kamu ini, dek??" Kata Bang Herca sembari mengatur nafas.
Dindra masih cemberut tapi tidak menolak saat Bang Herca menariknya ke dalam pelukannya.
"Jangan marah to, dek..!! Abang mengaku kalah, nggak akan sanggup melawan juara satu tingkat kecamatan. Bisa bengkak semua wajah Abang." Bujuk Bang Herca mengalihkan perhatian Dindra.
"Makanya jangan coba menantang Dindra." Cuitan Dindra merasa di atas angin.
Unik, hanya dengan bujukan itu saja Dindra terperdaya meskipun dalam hal 'satu ini' pun Dindra juga masih kalah dengannya.
Bang Herca menebar senyumnya sekedar menenangkan dan menyenangkan hati istri tercinta.
\=\=\=
Dua hari kemudian Dindra dan Rigi mendampingi para suami berdinas di tempat yang baru, ia pun bertemu dengan Elca untuk pertama kalinya.
Bang Herca dan Bang Dallas melihat usia Elca tidak beda jauh dengan usia Dindra dan Rigi, mereka menghela nafas panjang. Dalam hati mereka turut prihatin karena gadis itu harus berhadapan dengan ibu dari sahabatnya.
Bang Herca meminta istrinya untuk menyapa lebih dahulu karena mereka sudah menikah lebih dulu.
Dindra mengerti dan segera menyapa Elca bersama dengan Rigi.
"Hai, Elca." Sapa Dindra.
"Hai." Senyum itu terlihat begitu lembut membalas sapaan Dindra dan Rigi.
"Sudah sampai mana pengajuan nikahnya?" Tanya Dindra.
"Sudah selesai. Hanya tinggal menunggu Abang minta tanda tangan Danyon saja." Jawab Elca.
Selang beberapa waktu, Bang Reno membawa berkasnya. Dindra pun mundur teratur di belakang punggung Bang Herca.
"Semua sudah finish. Kamu pulang ke rumdis saja ya, dek..!!" Pinta Bang Reno.
"El di mess transit saja, Bang." Tolak Elca secara halus.
"Kamu nggak pengen menata rumah, ibu sudah beli semua perabotan." Kata Bang Reno.
Sejenak mata Bang Dallas dan Bang Herca membulat besar kemudian saling lirik. Mereka teringat saat Dindra dan Rigi meminta saran untuk mengisi perabotan rumah dinas baru, Mama Shila maupun Mama Nindy mengarahkan agar mereka membeli menurut selera para istri. Papa Danar pun membenarkan alasan tersebut karena tidak boleh ada dua ratu dalam satu rumah.
"Nanti ya Bang. El nggak enak badan."
"Sebenarnya ada apa sih, dek??? Kesannya kamu nggak ingin tinggal sama ibu." Kata Bang Reno. Meskipun nada suaranya tidak tinggi namun ucapan itu seakan penekanan tersendiri bagi Elca.
Elca tersenyum sekilas lalu meninggalkan tempat. Bang Reno pun mengikuti langkah Elca.
"Kalau kita ingin masalah ini selesai, kita bicarakan semua. Jangan diam seperti ini..!!" Tegur Bang Reno.
"El sudah bilang.. El ingin menata rumah seperti keinginan El, apa salah?"
"Maksudnya bagaimana sih, dek??? Abang nggak ngerti. Abang sudah berikan uangnya ke kamu, kamu sendiri yang minta ibu untuk beli. Sekarang kamu ngambek begini." Ujar Bang Reno terpancing emosi.
"Abang tidak pernah tanya sama El, Abang hanya tau semuanya beres. Sekarang lihatlah, menantu pasti akan tetap berada pada posisi yang salah." Jawab Elca.
Bang Reno menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan. "Ibunya Abang bilang apa?"
"Abang mau percaya atau tidak, itu terserah Abang. Ibu mengambil semua uang yang Abang berikan..!!!!" Elca terus berjalan meninggalkan Bang Reno yang masih terpaku disana.
Bang Dallas dan Bang Herca tidak bisa berkomentar apapun, mereka menepuk bahu sahabatnya kemudian memberikan waktu agar bisa menyelesaikan permasalahannya tanpa ikut campur.
...
Ibu Bang Reno mendengar desas desus bahwa istri Letnan Herca adalah seorang 'putri' dan pastinya memiliki kekayaan yang tidak sedikit.
Saat ini ibu Bang Reno mulai gelisah, apalagi dari kejauhan istri Letnan Herca itu nampak memberikan makanan pada banyak orang di jalan meskipun saat itu tetap dalam pantauan Letnan Herca.
"Ya ampun, aku dulu sudah menolaknya mentah-mentah. Aku sangka dia anak orang miskin." Gumamnya gelisah sendiri. "Aku harus cari cara agar Reno dan Dindra kembali dekat."
...
"Apa salahnya?? Ibu juga berhak menikmati hartamu. Lalu apa gunanya ibu menjodohkan kamu dengan Elca kalau tidak bisa mendapatkan harta dari kalian berdua????" Jawab Ibu Bang Reno.
Kedua bola mata Bang Reno membulat besar mendengarnya. "Jadi benar ibu meminta uang yang aku berikan pada Elca????"
"Dasar perempuan tukang ngadu. Apa gunanya jadi anak pemilik kebun tebu kalau tidak bisa berikan ibu uang????"
"Ibuuu.. tidak baik bicara begitu..!!!!!" Tegur Bang Reno sampai sesak merasakan ulah sang ibu.
"Tau begitu kamu nikah saja dengan Dindra. Kenapa kamu tidak katakan status Dindra???? Dindra anak orang kaya, kan???" Celetuk ibu Bang Reno.
"Saya menikahi wanita tanpa ingin melihat statusnya. Jika saya mencintai seorang wanita.. semua karena imannya, karena akhlaknya dan juga karena pribadinya. Menikah bukanlah permainan, Bu..!!!!!!!!"
"Alaaahh.. kamu tau apa?? Jaman sekarang yang di butuhkan uang, apa-apa butuh uang. Cinta saja tidak akan buat kamu kenyang. Ada uang hidupmu tenang. Pikir pakai otakmu, Renoo. Kamu harus cari perempuan kaya yang bisa menghidupimu dan ibu..!!"
"Saya tau, tapi tidak seperti itu konsep pernikahan. Menafkahi istri adalah tugas saya sebagai laki-laki, sebagai suami..!!!" Intonasi suara Bang Reno sampai meninggi berdebat dengan ibunya.
Disisi lain Bang Dallas dan Bang Herca ikut terdiam mendengar perdebatan tersebut. Bukannya ingin menguping tapi mereka yang sedang duduk di teras tidak sengaja mendengarnya.
Raut wajah Bang Herca sudah memerah panas terbakar, setiap perkataan Ibu dari sahabatnya itu sedikit banyak turut 'menyentil' rumah tangganya.
"Sebaiknya kau hati-hati, Her. Firasatku tidak enak." Bisik Bang Dallas.
"Sudah kurasakan sejak kemarin. Nanti biar ku tangani sendiri." Jawab Bang Herca.
Tak lama Dindra dan Rigi tiba sambil menenteng kantong plastik kecil di tangan.
"Abaaang, mau atau tidak??" Tanya Dindra menunjukan aneka camilan yang sudah di borongnya.
"Apa itu? Abang sudah bilang kurangi saus yang berwarna..!!" Balas Bang Herca kemudian menengok isi dalam kantong plastik tersebut.
"Dindra nggak beli yang bahaya, Dindra juga pengen Abang sehat."
.
.
.
.