Amora, seorang gadis bangsawan yang muak dengan semua aturan yang mengekang pada awalnya hanya ingin keluar dari kediaman dan menjelajahi dunia bersama pelayan pribadinya
Menikmati kebebasan yang selama ini diambil secara paksa oleh kedua orang tuanya pada akhirnya harus menerima takdirnya
Sebagai gadis yang terlahir dengan berkat kekuatan suci, dia memiliki kewajiban menjaga perdamaian dunia.
Amora yang pada awalnya masih berusaha menghindari takdirnya dihadapkan pada kenyataan pahit.
Fitnah keji telah menjatuhkan keluarga Gilbert.
Amora Laberta de Gilbert, merubah niat balas dendamnya menjadi ambisi untuk menegakkan keadilan karena kekuatan suci dalam tubuhnya, menghalanginya.
Demi memuluskan tujuannya, Amora menyembunyikan identitasnya dan bergabung dalam tentara.
Mengawali karir militernya dari tingkat paling rendah, Amora berharap bisa menjadi bagian dari pasukan elit yang memiliki tugas menegakkan keadilan dimana itu selaras dengan tujuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MURKA
Regina yang baru saja tersadar, mulai bisa mengingat semuanya sehingga diapun secara spontan mulai menangis tersedu-sedu, "Ayah, maafkan aku", ucapnya terisak.
Melihat putri kesayangannya menangis, Viscount Alexander merasa panik, dan diapun melangkah maju untuk menenangkannya.
“Katakan pada ayah. Kenapa kamu keluar tengah malamseperti ini? Apakah adikmu yang mengajakmu?”, tanya Viscount Alexander penuh tuduhan.
Regina yang merasa jika semua ini bukan kesalahan sang adik pun mulai bersuara untuk menjelaskan semuanya.
"Ayah, ibu, maafkan aku. Sebenarnya, selama ini aku menjalin hubungan secara diam-diam dengan tuan muda Oscar. Dan malam ini, aku meminta bertemu dengannya, bermaksud meminta bantuannya agar kita bisa terlepas dari kekejaman Marquess Boryet. Tapi, aku tak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba saja aku merasa mengantuk setelah meminum air yang Oscar berikan kepadaku. Dan saat aku sadar, para pengawal telah menghunuskan pedang ke arahku yang sedang berada di punggung Amora", Regina menjelaskan dengan raut wajah sedikit bingung.
Regina memang tak tahu apa yang terjadi karena pingsan dan dia baru sadar ketika Amora menapakkan kakinya di tembok pembatas halaman belakang kediaman.
Waktu itu, dia yang masih linglung berusaha mencerna semuanya. Belum juga dia memahami keseluruhan alur yang ada, tiba-tiba banyak pedang mengarah kepadanya dan Amora, karena para pengawal mengira mereka sebagai penyusup.
Viscount Alexander yang merasa ada yang tak beres segera menatap putri bungsunya dengan tajam.
" Amora, jelaskan semuanya! ", ucapnya seraya mendelik tajam.
Amora yang ditatap sedemikian rupa oleh ayah, ibu dan kakak sulungnya hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah.
Meski kekuatan cahaya yang dimilikinya sudah meningkat tajam, namun dia baru berada dilevel satu.
Menghadapi elemen api milik ayah dan kakaknya serta elemen air milik sang ibu, Amora tak yakin bisa menang jadi diapun memilih untuk mengamankan diri.
"Oscar sengaja menjebak kakak untuk diberikan kepada Marquess Boryet. Jika aku tak datang tepat waktu, mungkin sekarang kakak sudah akan menjadi milik lelaki tua itu"
Jderrr!
Ucapan Amora bagai petir dimalam hari yang menyambar hati semua orang, terutama Regina yang sama sekali tak menyangka jika lelaki yang sangat dia cintai dan percayai malah ingin memberikannya kepada orang yang hendak menghancurkannya.
"Tidak! Oscar tak akan melakukan hal seperti itu! Dia sudah berjanji untuk membantuku! ", teriaknya panik.
Regina menolak keras fakta yang ada, masih berusaha jika semua hal buruk yang terjadi malam ini tak ada hubungannya dengan sang kekasih.
Amora hanya bisa memutar bola matanya dengan malas melihat kenaifan sang kakak.
"Jika dia tak terlibat, bagaimana kamu bisa pingsan setelah minum air yang diberikan olehnya? ", tanya Amora dengan nada mengejek.
Viscount Alexander yang merasa jika masalah ini tak sesederhana yang terlihat pun kembali mendesak putri bungsunya untuk memceritakan semua hal yang gadis itu ketahui karena dia yakin jika Amora tahu lebih banyak dari apa yang baru saja dia ucapkan.
Amora yang melihat bagaimana bodohnya sang kakak, segera menceritakan semua informasi yang diketahuinya.
Dia menceritakan mengenai konspirasi antara Countess Miskha dengan Marquess Boryet tentang perdagangan bahan pangan untuk korban bencana yang rencananya akan mereka oplos dengan gandum yang memiliki mutu lebih rendah dari seharusnya, agar keduanya mendapatkan keuntungan besar dari transaksi tersebut hingga ceriat tersebut sampai dimana Amora juga mendapatkan informasi jika Oscar degnan tega menghancurkan kekasihnya demi bakti kepada snag ibu yang memerintahkannya menjadi eksekutor untuk menarik Regina kedalam jebakan yang telah disiapkan dengan bantuan pelayan pribadi sang kakak, Rosa.
"Rosa ikut terlibat!"
Semua orang kembali terkejut, terutama Regina kedua bola matannya hampir keluar karena terlalu syok.
Dia sama sekali tak menyangka, hanya dalam waktu satu malam, dua orang yang sangat dia percayai, mengkhianatinya.
Melihat tubuh Regina luruh, Viscountess Sabrina tersadar dari keterkejutannya dan berjongkok, memeriksa tubuh putri kesayangannya dengan seksama.
"Bagian mana yang sakit, katakan pada ibu? ",ucap Viscountess Sabrina penuh kecemasan.
Mendengar jika putri kesayangannya hampir saja mendapatkan pelecehan dan hampir kehilangan kehormatannya, ibu mana yang tak panik.
"Tenang saja bu, pria tua itu belum menyentuh sejengkalpun kulit tubuh putri kesayangan ayah dan ibu", ucap Amora menjelaskan, membuat Viscountess Sabrina dan Viscount Alexander merasa lega.
Amora yang kembali ditatap tajam oleh sang ayah, menggaruk tekuknya dengan kikuk karena masih menyembunyikan bagian akhir cerita yang sebenarnya enggan untuk dia ungkap.
"Mereka semua....Aku hanya memukul tekuk mereka hingga pingsan dan memberi semua orang obat perangsang agar si pengkhianat Rosa bisa merasakan apa yang hampir saja menimpa Kakak", ucap Amora lugas.
Lucius yang merasa jika masalah ini akan berdampak panjang, melirik sang ayah yang hanya bisa menghela nafas dalam sambil memencet celah diatara kedua alisnya dengan kuat hingga meninggalkan bekas kemerahan.
"Yang penting, Regina telah pulang dengan selamat tanpa kurang satu apapun. Untuk masalah yang lain, kita pikirkan secara perlahan", ujarnya.
Melihat putri kesayangannya tampak terpukul, Viscount Alexander memerintahkan sang istri untuk membawa Regina kembali kekamarnya.
Semua orang pun langsung bubar, sementara Viscount Alexander bersama Lucius berjalan menuju ruang kerja sang ayah untuk mendiskusikan semua hal yang terjadi hari ini.
Meski keduanya tak tahu darimana Amora mendapatkan informasi jika Countes Miskha berkolusi dengan Marquess Boryet mengenai bantuan pangan untuk korban bencana, tapi karena bahan pangan itu berasal dari kota Erythra dan berada dalam tanggung jawabnya, dia sudah bisa menebak, jika setelah malam ini keluarga mereka tak akan bisa hidup dengan tenang.
***
Setelah insiden besar tersebut, semua orang tak bisa tidur dengan nyeyak meski malam semakin larut.
"Nona, apa rencana anda selanjutnya? ", Klara bertanya sambil membantu Amora berganti pakaian tidur yang lebih tipis dan nyaman.
Bukannya menjawab, Amora malah balik bertanya, "Klara, apa impian terbesarmu? ".
Tanpa ragu, Klarapun menjawab "Kebahagiaan nona adalah impian terbesar saya", ucapnya tulus.
Hati Amora merasa hangat mendengar hal itu. Bukan orang tua dan keluarganya yang memberikan kasih sayang dan mengharapkan kebahagiaannya, justru pelayan pribadi yang sama sekali tak memiliki hubungan darah yang sama membuat Amora tak salah memilih menjadikan Klara sebagai rumah.
Tempat dimana dia bisa beristirahat setelah seharian lelah beraktivitas.Sebuah tempat yang nyaman, yang bisa dia jadikan tempat berteduh dari terjangan badai kehidupan.
"Terimakasih Klara, berkat mu aku memiliki tempat untuk pulang", ucap Amora yang langsung merangkul Klara dengan hangat.
Klarapun memeluk nona muda yang sudah dia anggap adik dan anggota keluarga satu-satunya dengan erat.
"Nona adalah hidupku. Kemanapun nona pergi, saya akan selalu ikut",ujarnya penuh ketulusan.
Amora melepaskan pelukan Klara dan menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Klara.
"Janji ya, kamu akan selalu ada untukku, apapun yang terjadi", ucap Amora penuh keseriusan.
"Janji", jawab Klara mantap.
———————
Pagi harinya, terjadi kehebohan dikediaman Count Stalen fan Bouten setelah Marquess Boryet datang dan mengamuk karena gagal menikmati madu manis dan harus berakhir seranjang dengan seorang pelayan yang lebih parah nya juga dinikmati oleh kedua pengawalnya yang mati terpenggal begitu sang pria tua terbangun dipagi hari dan menyadari semua yang terjadi semalam.
Count Stalen yang tak ingin ikut campur memilih mengurung diri diruang kerjanya begitu suara menggelegar Marquess Boryat terdengar dari halaman rumahnya.
Countes Miskha hanya bisa terdiam sambil mencengkeram pinggiran kursi dengan kuat karena aura yang Marquess Boryet keluarkan, membuat tubuhnya membeku, tak bisa digerakkan kecuali jemari tangan yang kini hanya bisa mencengkeram pinggiran kursi hingga kuku cantiknya patah.
Marquess Boryet merasa harga dirinya terluka karena seumur hidup, ini baru pertamakalinya dia tidur dengan seorang pelayan.
Countess Miskha mengarahkan semua kesalahan pada keluarga Gilbert dan bertekad akan membalas semua perlakuan mereka karena telah membuat rencananya hancur berantakan.
Oscar sang eksekutor yang dianggap gagal menjalankan misi tak berani muncul menemui Marquess Boryet karena masih sayang nyawanya.
Dia ikut sang ayah, mengurung diri didalam ruang kerja Count Stalen yang tengah sibuk dengan berkas-berkas yang harus dia teliti, meski pikirannya tak bisa fokus akibat keributan yang dibuat oleh Marquess Boryet.
Sementara Ruslan, yang juga dianggap gagal dan juga menjadi korban telah dijatuhi hukuman seratus kali cambuk dan saat ini tengah berbaring memulihksn diri didalam kamarnya.
Sementara Rosa, gadis itu mengalami nasib sama buruknya dengan dua pengawal Marquess Boryet yang ikut menggagahinya semalam, tewas dengan kepala terpenggal.
“Aku tidak mau tahu! Kamu harus memikirkan cara untuk membalas sakit hatiku ini jika tidak ingin seluruh keluargamu aku hancurkan!”, ancam Marquess Boryet sebelum pergi dan mengistirahatkan diri didalam kamar mewah yang disiapkan untuknya, meninggalkan Countess Miskha yang baru bisa bernafas lega setelah tubuhnya bisa digerakkan.
Dengan satu lambaian tangan, satu sosok berpakaian hitam muncul dihadapannya.
“Katakan pada George, plan A gagal. Kita sekarang beralih ke plan B. Aku ingin keluarga Gilbert dilenyapkan secepatnya!”.
Begitu perintah didapat, sosok pria berpakaian hitam tersebut pun melesat pergi tanpa jejak, meninggalkan Countess Miskha yang terdiam dengan sorot mata penuh kekejaman.
“Keluarga Gilbert! Aku pastikan, kalian semua tak menghirup udara bebas ini dengan mudah!”, batinnya penuh kekejaman.
Sementara itu dikediaman Gilbert, setelah aksi Marquess Boryet gagal, Viscount Alexander menempatkan dua pengawal didepan pintu kamar Regina.
Kediaman Gilbert pun dijaga lebih ketat dari biasanya agar tak ada lagi penyusup yang berhasil masuk.
Mereka juga melarang para pelayan kediaman untuk keluar rumah jika tak ada hal yang sangat penting.
Pelayan yang keluar Berbelanja bahan makanan akan dikawal oleh pengawal dengan ketat agar tak lagi kecolongan sehingga Rosa kedua tak lagi muncul.