Kisah tentang seorang agent BIN dan putri konglomerat yang suka membuat onar.
Ayah Zuin tiba-tiba ditangkap karena kasus korupsi. Namun dibalik penangkapan itu sang ayah ternyata bekerja sama dengan BIN meneliti sebuah obat yang diyakini sebagai virus berbahaya yang mengancam nyawa banyak orang.
Dastin Lemuel, pria tampan dengan sejuta pesona itu di percayakan oleh ayah Zuin untuk mengawasi gadis itu. Zuin sudah membenci Dastin karena dendam di night club malam itu. Tapi, bagaimana kalau mereka tiba-tiba tinggal serumah? Apalagi Dastin yang tidak pernah dekat dengan perempuan, malah mulai terbiasa dengan kehadiran Zuin, sih gadis pembangkang yang selalu melawannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mae_jer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
"Ada yang kalian temukan?" tanya Dastin membicarakan pekerjaan sambil menunggu pesanan datang.
Pandangannya berpindah-pindah dari Gilang dan Ayyara.
"Aku mendapatkan informasi baru dari sahabat korban." ungkap Gilang. Dastin fokus menatapnya.
"Dua hari yang lalu korban sempat bertengkar hebat dengan mantan pacarnya. Setelah itu dia berubah murung. Menurut sahabatnya, korban diancam." tambah Gilang. Dastin mengetuk-ngetuk meja dengan telunjuknya, otaknya sibuk berpikir.
Beberapa saat kemudian pesanan mereka datang. Lelaki itu menghentikan pikirannya sejenak dengan mengisi perutnya yang sudah keroncongan seharian ini. Tadi siang ia tidak makan karena mengejar banyak sekali ketertinggalan dalam kasusnya akibat gangguan Zuin semalam.
Mengingat gadis itu tiba-tiba telinganya mendengar nama itu di sebut. Apa ia salah dengar? Ia mendongakkan wajah menatap lagi ke arah tempat Ketty duduk didepan sana. Jaraknya hanya sekitar beberapa meter dari mereka. Hanya ada Ketty dan gadis berpenampilan aneh itu. Tapi, bagaimana bisa ia mendengar nama Zuin? Apa mereka memang sedang membicarakan sih pembuat onar itu? Karena berkali-kali ia mencari-cari, ia tidak melihat keberadaan gadis itu di sana.
"Dastin, Dastin?" panggilan Ayyara membuat Dastin bergeming. Ayyara menatap lelaki itu heran juga sedikit merasa tidak suka. Sejak tadi ia melihat atasannya itu terus melihat ke arah tempat duduk Ketty. Entah apa yang membuat pria itu tertarik di sana.
"Kau tidak makan?" tanya wanita itu lagi. Dastin hanya tersenyum kecil kemudian kembali melanjutkan kegiatannya makan. Namun, sebelum makanan dalam sendok itu benar-benar masuk ke dalam mulutnya, lagi-lagi ia terhenti. Kali ini bukan suara Ketty yang memanggil nama Zuin, ia mendengar suara Zuin yang sudah amat dikenalnya. Lelaki itu langsung menoleh.
Tak ada orangnya. Namun hanya gadis didepan Ketty itu yang terus berbicara. Suaranya sangat mirip dengan gadis yang menjadi tanggung jawabnya sekarang. Ayyara dan Gilang bahkan merasa bingung pada perilaku atasan mereka itu. Tidak biasanya Dastin terlihat aneh dan tidak fokus seperti ini.
Dastin mulai merasakan keanehan. Ia mulai curiga. Ia ingin memastikan satu hal. Jangan bilang kalau gadis yang berpenampilan sangat sexy dan aneh didepan sana adalah Zuin. Dalam hati kecilnya ia berharap tidak. Namun ia tetap harus membuktikan sendiri dengan matanya. Karena suara itu persis sekali dengan suara Zuin. Pria itu lalu berdiri dari kursi dan melangkah perlahan menuju meja Ketty.
Pandangan mereka bertemu. Gadis itu memang Zuin. Dastin mulai merasakan kemarahan yang tidak bisa ia jelaskan. Bukan hanya penampilan rambut dan gaya berpakaian yang di ubah Zuin, wajahnya bahkan... Ya Tuhan. Pria itu mengusap wajahnya kasar menahan emosi. Sementara gadis itu malah melihatnya dengan gaya menantang.
"Wah... Siapa ini? Kebetulan sekali." seru Zuin santai. Ia senang melihat kemarahan yang terpampang jelas di wajah Dastin. Kan dia mengubah penampilannya memang sengaja untuk membuat laki-laki itu marah.
Zuin membalas tatapan Dastin dengan gaya menantang. Sementara Ketty, gadis itu pura-pura sibuk dengan ponselnya. Ia tidak mau terlibat dengan masalah mereka. Zuin sih, suka sekali cari gara-gara. Padahal ia sudah tahu semengerikan apa lelaki didepan mereka ini. Apalagi kalau sedang marah.
Dastin menatap berkeliling. Benar saja, banyak mata para pria hidung belang yang tengah menatap Zuin dengan ekspresi yang sungguh membuat Dastin ingin menonjok mereka sekarang juga.
Sialan. Rahang Dastin mengeras. Ia tidak mengerti kenapa ia begitu marah. Tanpa pikir panjang, dibukanya jaket yang dipakainya dan menyampirkan ke tubuh Zuin yang terbuka lalu menarik gadis itu pergi dari tempat itu.
"Ikut aku!" tekannya dengan emosi tertahan. Zuin membiarkan dirinya di tarik pria itu. Waktunya sekarang ini sangat tepat untuk melakukan penawaran dengan Dastin. Sebelum meninggalkan tempat itu, Dastin menghentikan langkahnya dan melirik Ketty sebentar.
"Kau pulang duluan, dia pulang denganku." katanya pada Ketty. Gadis itu hanya mengangguk-angguk.
Di meja yang lain, Gilang dan Ayyara saling berpandangan. Mereka melihat gadis yang dibawah Dastin yang ternyata Zuin itu. Ayyara merasa kesal dan ingin mengikuti Dastin yang menarik Zuin pergi namun Gilang cepat-cepat menahannya.
"Jangan halangi aku, aku tidak mau gadis manja itu berbuat onar lagi dan mengganggu pekerjaan kita!" tukas Ayyara. Sebenarnya ia lebih tidak rela lagi melihat Dastin dan Zuin berdekatan seperti itu. Dirinya saja yang sudah bertahun-tahun bekerja dengan pria itu tidak pernah sekalipun dekat apalagi bersentuhan tangan dengan Dastin.
"Ayyara, kau tahu gadis itu putrinya tuan Barry kan? Kita tidak bisa berbuat sembarangan padanya." kata Gilang lagi mengingatkan. Ayyara menatap pria itu dengan wajah keberatan.
"Maksudmu kita membiarkannya saja kalau gadis itu bikin masalah? Maaf aku tidak bisa. Sekalipun dia putri dari tuan Barry!" balas Ayyara tidak terima. Gilang menghembuskan nafas pelan menatap rekan setimnya itu.
"Memangnya kau lihat gadis itu bikin masalah? Kau tidak lihat Dastin sendiri yang menariknya keluar?"
Ayyara terdiam. Benar kata Gilang. Tapi ia tetap tidak suka. Menurutnya sih Zuin itu memang sengaja bernampilan seperti itu untuk mencari perhatian Dastin. Setelah dipikir-pikir, sejak bertemu gadis itu Dastin memang agak berubah. Biasanya lelaki itu selalu tepat waktu datang ke markas, namun akhir-akhir ini Ayyara menyadari Dastin tidak seperti biasanya. Bahkan kadang jadi tidak fokus. Jangan bilang perubahan Dastin itu karena Zuin, gadis yang kebetulan merupakan putri salah satu dari orang penting yang memiliki kerja sama jangka panjang dengan mereka. Ayyara mengepalkan tangannya kesal. Ia marah karena merasa tidak bisa berbuat apa-apa.
***
Dastin membawa Zuin masuk ke dalam mobilnya. Walau perlakuannya tidak kasar, tidak bisa juga dikatakan lembut. Lelaki itu ikut masuk ke kursi pengemudi, menutup pintu mobil dan menatap tajam Zuin yang duduk disebelahnya.
"Apa yang kau pakai itu, kenapa juga dengan wajah dan rambutmu?" tanya pria itu dengan nada rendahnya yang berat. Zuin menunjukkan senyum lebarnya.
"Bagaimana, kau suka bukan?" kata gadis itu terus memancing kesabaran Dastin. Pria itu membuang nafas kasar.
"Ubah kembali penampilan anehmu itu. Gayamu mengundang perhatian banyak orang." kata Dastin lagi tidak suka.
"Bukannya bagus?" balas Zuin tidak mau kalah. Dastin menatapnya sebentar kemudian mencondongkan badan kedepan gadis itu dan berbisik di telinganya.
"Aku tahu apa maksudmu mengubah penampilan seperti ini. Percayalah, kau tidak akan pernah mendapatkan apa yang kau mau. Kalau kau masih bersikeras tidak ingin mengubah penampilanmu, aku pastikan akan mengurungmu setiap hari di tempatku." tekan Dastin ditelinga Zuin dengan penuh peringatan.
Gadis itu balasnya menatapnya tidak suka.
"Memangnya kau siapa berhak mengaturku? Bahkan papaku saja tidak bisa mengatur-atur hidupku." tukas Zuin kesal. Tidak terpikir sama sekali olehnya kalau lelaki itu akan menggunakan ancaman balik untuknya. Apa susahnya sih membiarkan dia hidup bebas. Gadis itu merasa sedikit canggung karena Dastin tidak juga menjauhkan wajahnya malah terus menatapnya lekat.
"Dengar," gumam lelaki itu.
"Sejak papamu menyerahkanmu padaku, kau adalah tanggung jawabku. Tentu saja aku berhak mengajarimu bagaimana mengubah sikap pembangkangmu itu selama kau tinggal bersamaku." kata Dastin penuh kepastian. Semakin lama ia melihat dan mengenal Zuin, semakin dirinya tidak bisa membiarkan gadis itu tinggal sendirian. Gadis seperti Zuin ini memang tidak bisa hidup sendiri menurutnya. Ia perlu bimbingan. Dan Dastin dengan senang hati siap mengajarinya. Terutama bagaimana cara bersikap.
Walau bisa saja Dastin membatalkan janjinya pada ayah Zuin, namun entah kenapa ia menginginkan gadis itu tetap bersamanya. Bukan mau mengontrol semua yang Zuin lakukan, ia hanya ingin menjaga gadis itu, tidak mau sesuatu yang buruk menimpanya. Hatinya merasa takut jika sesuatu yang buruk menimpa Zuin.
klo sudah tiada baru terasa
bahwa kehadiranmu sangat berharga
KAPOKKKKKK
Si Kyle /Grin/
ayo ayo /Smile/