Terpikat Pesona Gadis Lugu

"Tuan, apa tuan yakin ingin memperkenalkan aku pada keluarga mu??" Raisa masih merasa tidak yakin dengan keputusan yoga ingin membawanya ke acara makan malam yang di buat dadakan oleh Draison.

"Tentu saja, kau tidak terlalu buruk" jawab Yoga menatap Raisa yang sudah ia rubah menjadi gadis cantik dan elegan.

"Tapi..." Raisa meragu, ia masih trauma dengan perlakuan mama tiri Yoga.

Yoga tahu apa yang ada di pikiran Raisa, ia mendekati gadis itu dan memegangi kedua bahunya.

"Aku mengerti,tapi kau tidak bisa terus-terusan menghindari nya. Kau akan selama nya hidup bersama ku, jadi kau harus memiliki kekuatan untuk melawan mereka" jelas Yoga.

Raisa merasa ini semua pernyataan yang memiliki 2 makna. Pertama ia merasa ini adalah pernyataan Yoga ingin hidup bersama nya, dan yang kedua adalah pernyataan bahwa ia akan menjadi peliharaan pria ini seumur hidup nya. Terkurung dalam jeruji mansion megah namun tidak bisa berbuat apa apa.

"Tuan, aku tidak bisa" ucap Raisa menggelengkan kepalanya.

"Kenapa tidak bisa? kau harus melakukan nya. "

"Tapi aku tidak ingin!" tolak Raisa lagi.

Rahang Yoga mengeras, ia paling tidak suka apabila keinginannya di tolak.

"Aku tidak memberi mu hak untuk menolak, kau hanya menuruti apa yang aku perintahkan!" ucap Yoga setengah membentak. Tidak ada sorot kehangatan dari matanya.

Raisa terdiam, ia sangat takut melihat Yoga marah.

"Ayo!"

Yoga menarik tangan Raisa, mereka seperti bergandengan tangan ketika keluar dari rumah.

Para pelayan dan bodyguard yang melihat adegan itu malah tersenyum dan bahagia. Mereka senang jika Raisa tidak di sakiti oleh tuan mereka.

"Senangnya melihat tuan baik pada nona muda" gumam salah satu pelayan yang mengamati kepergian Raisa dan Yoga.

Titi menghela nafas berat, ia menoleh pada anggotanya yang bergumam tadi.

"Apa kau tidak melihat raut wajah nya? nona terlihat sangat tertekan"

Mereka kaget, lalu kembali memperhatikan wajah Raisa. Beruntung mereka masih melihatnya, ketika Raisa berbalik hendak masuk ke dalam mobil, dengan jelas raut wajahnya terlihat tidak rela.

"Benar, nona muda seperti nya tidak ingin pergi" gumam mereka merasa sedih.

"Sudahlah, ayo kembali bekerja" ucap Titi membubarkan mereka.

"Ahhh... nona muda yang kuat yah" lenguh mereka bersama.

...----------------...

"Kita lihat saja, wanita murahan mana yang putra mu bawa" cibir Yaisya tersenyum sinis.

"Tante, jangan seperti itu. Kak Yoga tidak mungkin salah memilih" ucap Gladies berpura pura baik hati bak seperti malaikat di depan Draison.

"Benar, apa yang Gladies katakan" sahut Draison membalas tatapan istri nya datar.

"Tidak ada yang lebih baik selain kamu, Yoga pasti nyesel nanti" balas Yaisya lagi, membuat Gladies tersenyum malu.

...----------------...

Di dalam mobil, Raisa terlihat mengunci mulutnya. Sejak tadi ia tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Hatinya masih sakit mendengar ucapan tajam yang menusuk hati dari Yoga.

"Nanti, bersikap lah selayaknya kau kekasih ku!" ucap Yoga membuka suara.

"Hmm.." jawab Raisa.

"Jangan panggil aku tuan nanti!" peringat Yoga lagi.

Dan lagi lagi, Raisa hanya menjawab dengan deheman saja. Pokoknya apapun yang Yoga katakan, ia akan menjawab dengan satu kata." Hmm.."

"Kau ini kenapa? aku sejak tadi berbicara tapi kau malah menjawab seperti itu!" hardik Yoga terpancing emosi.

"Kau sendiri yang mengatakan nya, apapun jawaban ku tetap saj keinginan mu yang akan di lakukan!" balas Raisa ikut berteriak.

"Kau berani meneriaki ku???"

"Kenapa aku tida berani huh??" kesabaran Rais sudah habis, tuan nya ini benar benar pria bodoh yang sangat egois menurutnya.

"Kau-" ucapan Yoga terhenti karena suara supir yang mengatakan sudah sampai.

"Awas saja nanti, jika kau membuat kesalahan! aku akan menghukum mu!" ancam Yoga sebelum turun dari mobil.

Raisa mengejek Yoga dari belakang, ia benar-benar kesal dengan sikap pria itu.

Ketika asik mengejek, Raisa baru sadar, bahwa dirinya tengah berada di hotel tempat nya bekerja.

"Astaga???" pekik Raisa dalam hati. Ia takut jika nanti bertemu dengan Johan di restauran ini

Merasa Raisa tak kunjung turun dari mobil, membuat Yoga kembali menghampiri nya dan menarik tangannya paksa keluar.

"Kenapa di tarik tarik sih, aku kan bisa keluar sendiri!" gerutu Raisa.

"Aku tidak main main dengan ancaman ku!" bisik Yoga pada telinga Risa.

"Aku tahu" dengusnya.

Yoga berjalan lebih dulu, ia tak lupa menarik tangan Raisa, sehingga membuat gadis itu melangkah cepat untuk menyeimbangi langkah cepat Yoga.

Ketika memasuki restauran, Raisa sedikit menunduk dan menutupi wajahnya dengan rambut yang bergerai.

Beberapa pelayan mencuri pandang pada wanita yang berjalan bersama tuan muda. Mereka merasa tidak asing dengan wanita itu. Penampilan yang berbeda dan riasan wajah membuat Raisa terlihat berbeda.

Yoga terus membawa Raisa menuju meja VIP, ia tersenyum miring pada Gladies yang sudah melihat kedatangan mereka.

"Selama malam tuan dan Nyonya Draison" sapa Yoga.

"Akhirnya kau datang juga" cibir Yaisya.

"Hai kak" sapa Gladies sok manja.

"Siapa dia?" tanya Draison menunjuk Raisa lewat matanya. Membuat gadis itu semakin grogi.

"Astaga, apa keluarga ini terlahir dari kutub? mereka benar-benar dingin" teriak Raisa dalma hati.

"Dia kekasih ku, dan aku berencana ingin menikahinya bulan depan"

"Huh??" Raisa melotot tidak percaya.

"Nak, apa yang kamu bicarakan? apa kamu benar-benar sudah yakin dengan wanita kampung ini? lihatlah penampilan nya, dia terlihat wanita biasa saja!" ucap Yaisya lembut.

"Apa menurut anda, pilihan aku sangat buruk? apa selera ku buruk menurutmu??" Kata Yoga sinis.

"Bukan begitu nak, Tapi.."

Raisa semakin menunduk, ia tidak berani mengangkat kepalanya hanya sekedar menatap lawan bicara Yoga.

"Dia adalah pilihan ku, mau bagaimana pun kondisinya, dia tetap pilihan ku!" lawan Yoga.

Gladies diam, ia hanya mendengar dan memperhatikan Raisa dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Kak, ayo duduk dulu. Kita makan dulu baru bahas" bujuk Gladies. Ia menarik Yoga duduk di sampingnya, sementara Raisa duduk di depan mereka, persis seperti tersangka di persidangan.

"Lihatlah Yoga, kamu begitu serasi dengan Gladies, apa kamu tidak mau berpikir ulang untuk menikahi gadis kampung ini???" tunjuk Yaisya pada Raisa.

Merasa di hina terus, Raisa merasa tidak bisa menahan emosinya lagi.

"Maaf Tante, mohon jaga bicara nya. Saya tidak seperti yang Tante pikirkan!" ucap Raisa menatap Yaisya tidak suka dengan ucapan wanita tua itu.

"Lihatkan, dia berani melawan mama!" adu Yaisya pada suami dan putra tirinya.

"Aku hanya membela diri, apa itu salah?" Tanya Raisa emosi. Ia sudah tidak tahan lagi, dirinya juga pernah kaya, namun tidak pernah merendahkan orang seenaknya.

Plak~

"Gladies!!!" bentak Yoga. Pria itu berdiri dari duduk nya dan memeriksa Waja Raisa yang terlihat sedikit memerah.

"Kak, apa kakak gak lihat, gadis itu melawan terus !"

"Kamu tidak ada hak untuk menampar!" bentak Yoga marah. Sorot matanya tajam setajam silet.

Gladies tidak suka, ia mendorong tubuh Raisa hingga terjatuh di lantai.

"Gadis tidak berguna, kau apakan kakak ku hingga dia membentak ku!!!"

"Aww .." Raisa meringis, ia merasa bokongnya sedikit ngilu

Plak!!!!!

Yaisya melotot, ia tidak percaya Yoga berani menampar keponakan nya.

"Kau gila?? dia itu Gladies. Calon istri mu!" teriak Yaisya.

"Aku tidak pernah Sudi menikah dengan nya!" ucap Yoga, lalu berbalik membantu Raisa berdiri.

"Pa!!" erang Yaisya menatap suaminya meminta pembelaan.

"Kalian bikin malu saja!" dengus Draison beranjak pergi.

Gladies yang diam setelah di tampar Yoga menggertakkan giginya. Ia menatap Raisa yang di perhatikan penuh oleh Yoga.

"Ini semua karena gadis ini!!!" secepat kilat Gladies menarik Raisa dan menjambak rambut nya.

"Hei... Apa yang kau lakukan!!!!!" teriak Raisa kaget tiba-tiba di Jambak oleh Gladies.