Berselingkuh dengan calon duda yang merupakan kakak tiri sendiri. Apa jadinya?
Follow IG @honey.queen174
Hai guys! Dukung terus ya biar aku bisa semangat nulis ceritanya sampai tamat😁
Happy reading~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ita Yulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Iris mata kami saling bertemu. Aku dan kak Rey saling menatap dengan lekat satu sama lain. Tapi semakin lama, aku melihat wajah kak Rey semakin mendekat ke arah wajahku. Oh tidak, sepertinya kak Rey ingin menciumku. Bagaimana ini? Seketika aku menjadi gugup. Rasanya tubuhku juga ikut membatu. Disaat seperti ini aku bingung harus berbuat apa.
Cup.
Syukurlah. Aku berhasil menghalangi bibir kak Rey untuk menempel di bibirku. Karena secara refleks aku menggunakan salah satu jari telunjukku untuk menjadi penghalang agar bibir kami berdua tidak saling menyatu.
"To-toiletnya ada di mana? Aku ingin buang air," ucapku dengan cepat. Aku mencari alasan agar bisa menghindar dari kak Rey karena aku tidak mungkin memberikan ciuman pertamaku kepada pria yang belum aku cintai itu.
Mendengarku tiba-tiba mencari toilet, perlahan-lahan kak Rey mulai memundurkan kepalanya. Aku yakin, dia pasti kecewa karena aku menghindar saat dia ingin menciumku.
"Oh, di sana," ucapnya sambil menunjuk ke arah dapur.
...****************...
Tidak terasa waktu sudah menunjuk pukul 5 (lima) sore, dan sekarang kak Rey sedang mengantarku pulang. Begitu kami sampai di depan toko, aku mengajak kak Rey untuk mampir tapi dia menolak dengan alasan ingin pergi ke rumah kedua orang tuanya.
Saat aku hendak keluar, tiba-tiba saja kak Rey memanggilku, "Sayang."
"Iya," jawabku sembari menoleh ke arah kak Rey.
Namun tiba-tiba saja aku merasa kak Rey meraih tubuhku dengan cepat dan ... cup.
Dalam sekejap bibir kak Rey langsung menempel di bibirku. Biar aku perjelas, hanya menempel saja, tidak lebih tidak kurang. Juga tidak ada yang lain.
Saking terkejutnya karena mendapat ciuman tiba-tiba dari kekasihku itu, aku hanya bisa diam mematung dengan mata yang terbuka lebar. Ditambah lagi kak Rey menahan tengkukku menggunakan sebelah tangannya dan sebelah tangannya lagi melingkar di pinggangku jadi otomatis aku tidak bisa menghindar apalagi menarik kepalaku untuk menjauh darinya.
Untuk yang pertama kalinya bibirku bersentuhan dengan bibir seorang pria. Oh astaga! Oh my God! Demi apa? Kak Rey mengambil ciuman pertamaku. Ini tidak bisa dipercaya.
Kejadian itu tidak berlangsung lama, hanya sekitar kurang dari sepuluh detik. Tapi itu cukup membuat jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Mungkin karena ini pertama kalinya aku dicium oleh seorang pria, jadi aku merasa deg-degan.
Dengan jarak kami yang sangat dekat, aku juga bisa mendengar suara detak jantung kak Rey. Sepertinya dia juga sama denganku, sama-sama gugup.
Setelah melepaskan bibirnya dari bibirku, kak Rey menatapku sambil tersenyum dan mengusap pipiku menggunakan ibu jarinya. "Kamu istirahat baik-baik ya, Sayang. Seharian ini kamu pasti lelah."
"I-iya. Ka-mu hati-hati." Ucapanku sedikit terbata karena aku masih merasa gugup. Tidak lama kemudian, aku akhirnya keluar dari mobil kak Rey.
Setelah kak Rey melajukan mobilnya, aku pun segera memutar badan hendak masuk ke dalam toko. Dan di saat yang bersamaan, aku melihat mas Darren keluar dari dalam sana.
"Mas," sapaku seraya tersenyum.
"Maaf, aku buru-buru," kata mas Darren seraya melangkah cepat menuju tempat di mana mobilnya dia parkir.
"Buru-buru kenapa, Mas?!" tanyaku setengah berteriak karena mas Darren sudah terlanjur menjauh.
Namun, mas Darren tidak menjawab pertanyaanku, dia malah terus melangkah cepat menuju mobilnya, dan tanpa menoleh sedikit pun ke arahku.
Aku penasaran, kira-kira ada apa? Apa terjadi sesuatu, atau ada masalah? Kenapa mas Darren terlihat sangat terburu-buru sekali?
Karena benar-benar penasaran, aku pun memutuskan untuk menyusul mas Darren. Untung saja mas Darren belum melajukan mobilnya, jadi aku bisa ikut masuk ke dalam mobilnya.
"Ada apa? Mau apa kamu ikut masuk ke dalam mobilku? Apa tadi kamu tidak mendengar kalau aku sedang terburu-buru, hah?!" ketus mas Darren begitu melihatku duduk di sampingnya.
Mendengar mas Darren berbicara ketus padaku, aku benar-benar sangat terkejut. Ini pertama kalinya mas Darren berbicara dengan nada tinggi padaku.
"Mas Darren kok gitu amat sih ngomongnya sama Kei ..." ucapku dengan lirih.
Jujur saja, aku merasa sangat sedih mendengar mas Darren membentakku. Aku ini tipe orang yang paling tidak bisa dibentak, apalagi dikasari. Karena biasanya aku langsung baper.
Bersambung ...
.
.
Guys bab ini lebih pendek ya. Author sangat sibuk untuk beberapa hari ke depan. Tapi doakan semoga Author masih bisa tetap up meski pun jumlah kata dalam babnya tidak sebanyak sebelumnya.