Affair With My Step Brother

Affair With My Step Brother

Chapter 01

Keisha PoV

"SAH!"

1 Kata yang membuat hidupku terasa hancur dan kehilangan semangat hidup. Kenapa mesti ayahnya yang menikah dengan ibuku? Aku tidak rela, benar-benar tidak rela.

Kak Darren adalah satu-satunya pria yang aku cintai selama 3 tahun ini. Tapi kenapa sekarang dia malah berubah status menjadi kakak tiriku. Dan, yang lebih parahnya lagi, alasan utama kak Darren menikahkan ayahnya begitu terburu-buru adalah, karena dia juga ingin segera menikahi kekasihnya. Katanya, dia tidak akan menikah sebelum ayahnya menikah lagi dan ada yang mengurus.

Hiks. Lagu mendiang Olga Syahputra terus saja aku lantunkan dalam hati.

Hancur hancur hatiku, hancur hancur hatiku. Hancur hancur hatiku, hatiku hancur ....

Setelah ibuku dan ayahnya, eh salah, maksudku orang tua kami sah menjadi sepasang suami istri, aku melirik kak Darren yang saat ini duduk tidak jauh dariku. Hatiku yang hancur semakin hancur tidak karuan saat melihatnya tersenyum bahagia dengan raut penuh kelegaan sambil menggenggam erat tangan kekasihnya yang saat ini duduk di sampingnya. Keduanya terlihat tersenyum bahagia dan saling menatap.

Ah, aku langsung memalingkan wajahku dengan cepat melihat pemandangan itu. Rupanya saat ini bukan hanya hatiku yang hancur, tapi mataku juga ikutan sakit. Aku merasa saat ini aku patut mendapatkan julukan gadis paling menyedihkan di dunia.

Karena sudah tidak tahan lagi, aku pun memutuskan untuk berpamitan pada ibuku. Aku berbohong kalau siang ini aku akan ada ujian di kampus, padahal sebenarnya tidak ada. Tapi ibuku langsung percaya begitu saja karena sebentar lagi aku akan wisuda.

Di saat seperti ini, aku hanya butuh waktu untuk menyendiri. Aku ingin menenangkan pikiran dan hatiku yang saat ini sedang kacau balau.

...----------------...

Tidak terasa jam sudah menunjuk waktu pukul 7 malam, dan aku baru kembali ke rumah. Ku lihat ibuku bersama suami baru beserta anak tirinya sedang duduk bersama di meja makan. Dan terlihat jelas bahwa mereka bertiga sedang menungguku untuk makan malam bersama.

"Dari mana saja kamu, Kei?" tanya Ibu.

Namaku adalah Keisha Maharani, biasa dipanggil Kei.

Jika saja saat ini hanya ada aku berdua dengan ibu di rumah, sudah pasti ibu akan marah besar padaku. Ibu sangat tidak suka putri semata wayangnya keluyuran di luar dan baru pulang saat hari sudah malam.

"Dari rumah Laras, Bu," jawabku sembari duduk di kursi meja makan yang kosong, tepatnya di samping kakak tiriku, kak Darren.

Saat ini aku tidak mempedulikan tatapan ibuku yang menahan kekesalannya padaku. Aku lebih memilih bersikap acuh dan membersihkan perlengkapan makanku menggunakan tissu. Padahal, piring, sendok, beserta garpunya sudah sangat bersih.

Aku juga sama sekali tidak melirik ke arah kak Darren yang saat ini duduk tepat di sampingku, apalagi menyapanya. Pokoknya, mulai detik ini aku berjanji, aku akan membuang pria itu dari dalam hati dan pikiranku. Sudah cukup dia mematahkan hatiku selama ini. Apalagi sekarang kami adalah saudara, meski pun bukan saudara kandung, dan hanya saudara tiri. Tapi tetap saja, sekarang ini kami berdua sudah menjadi saudara.

Lupakan saja pernyataan cintaku yang pernah dia tolak dua kali. Anggap saja kejadian memalukan itu tidak pernah terjadi sebelumnya.

Saat kami tengah makan bersama, om Gilang, suami baru ibuku, tiba-tiba saja angkat bicara.

"Keisha."

"Iya, Om," jawabku spontan.

Aku memang sudah terbiasa memanggil ayah tiriku dengan sebutan om Gilang. Sejak kecil, aku memang sudah mengenal keluarga mereka.  Om Gilang, mendiang tante Lisa, dan kak Darren dulunya sangat baik pada keluargaku.

Dulu, sebelum mendiang tante Lisa, ibunya kak Darren meninggal, kami tinggal di kompleks yang sama dan kami adalah tetangga yang cukup dekat dan akrab. Tapi setelah ibunya kak Darren meninggal, om Gilang dan kak Darren pindah dan tinggal di Kota AB. Kira-kira sekitar 10 tahun yang lalu. Saat itu aku baru berusia 12 tahun dan kak Darren 17 tahun.

Aku dan kak Darren bertemu kembali sejak 4 tahun yang lalu. Saat itu aku dan teman-temanku sedang merayakan pesta kelulusanku di kafe miliknya. Waktu itu aku juga tidak pernah menyangka bahwa ternyata kafe baru itu adalah milik kak Darren.

Karena kami sudah saling mengenal sejak kecil, kak Darren menjadi sangat baik padaku. Namun sayangnya, aku malah menyalah artikan hal tersebut. Aku malah jatuh cinta pada pria yang usianya lebih tua 5 tahun dariku itu.

Setelah bertahun-tahun memendam perasaan sukaku padanya, aku akhirnya memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku padanya. Dan hasilnya, aku ditolak sebanyak dua kali. Sangat miris bukan? Huft, memalukan sekali. 🙈

Oke, kembali ke percakapan kami di meja makan.

"Jangan panggil Om lagi dong. Panggil Ayah." Ayah tiriku berkata seraya tersenyum ramah padaku.

Dari dulu om Gilang, eh maksudku ayah Gilang memang seperti itu orangnya. Orangnya memang sangat baik, ramah, dan juga penyayang. Jadi jangan sampai ada yang berpikir kalau beliau seperti itu karena dia ingin mengambil hati anak tirinya. Tidak sama sekali. Beliau memang sosok ayah yang sangat baik, sama seperti mendiang ayah kandungku.

"Iya ... Ayah," jawabku agak canggung dan ragu-ragu.

Memanggil pria lain dengan sebutan ayah membuatku kembali teringat pada mendiang ayahku yang meninggal 7 tahun yang lalu. Rasanya aneh saja memanggil laki-laki lain selain beliau dengan sebutan yang sama. Tapi mau bagaimana lagi, aku harus terbiasa karena sekarang ayah Gilang memang sudah menjadi ayahku.

"Lusa, Ayah dan Ibumu akan berangkat ke kota AB. Kamu tidak keberatan 'kan, Kei?" Ayah Gilang bertanya padaku, sambil menatapku dengan ibu secara bergantian. Beliau tahu persis kalau sebelumnya aku tidak pernah tinggal terpisah dengan ibuku.

Untuk saat ini aku hanya bisa terdiam. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Ini semua terjadi secara mendadak. Tapi sebagai anak yang usianya bisa dibilang sudah cukup dewasa, seharusnya aku tidak ada masalah dengan hal itu.

Aku tahu, aku tidak boleh egois. Saat ini ibuku baru saja memulai untuk menempuh kehidupan barunya bersama ayah Gilang. Aku sangat ingin ibu bahagia, dan aku yakin, ayah Gilang pasti bisa membahagiakan ibuku.

"Kei." Ibuku tiba-tiba saja menyentuh punggung tanganku, dan itu membuatku sedikit terkejut karena ternyata tadi aku sempat melamun.

"I-iya, Bu."

"Nak, Ibu minta maaf karena harus tinggal terpisah dengan kamu," ucap ibuku. Aku merasakan ibu menggengam tanganku dengan cukup erat.

Aku berusaha tersenyum sambil menggelengkan kepalaku. "Nggak apa-apa, Bu. Kei 'kan sudah besar, sebentar lagi juga wisuda. Jadi Ibu nggak perlu khawatir kalau Ibu harus tinggal jauh dari Kei."

Aku berusaha meyakinkan Ibu kalau aku akan baik-baik saja tanpa beliau ke depannya.

Mata ibu nampak berkaca-kaca mendengar ucapanku. Aku tahu, pasti ada perasaan bersalah dan tidak tega di dalam hati beliau harus meninggalkan aku di rumah kami seorang diri.

"Jangan khawatir, Kei. Saat kami nanti berangkat dan tinggal di luar kota, ada Masmu yang akan menjagamu," ucap ayah Gilang sambil tersenyum.

Ucapan ayah Gilang cukup membuatku terkejut. What? Masku?

Terpopuler

Comments

zhA_ yUy𝓪∆𝚛z

zhA_ yUy𝓪∆𝚛z

kayaknya seru ini... aku mampir ya thor

2022-12-08

0

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

untung bukan mas paijo😅😅😅

2022-09-26

0

Rafa Aqif

Rafa Aqif

kayak e serruu.. tk paporiit laaahh...

2022-03-25

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!