Seorang gadis bernama santi anastasia yang berusia 24 tahun yang ditinggalkan oleh kekasihnya karna insiden kecelakaan yang terjadi dua tahun yang lalu tepat di hari ulanga tahunnya, yang membuatnya menutup diri dan memutuskan untuk pergi dari kota asalnya karna ingin melupakan kenangan bersama sang kekasih. dikota yang baru, santi menjalani kehidupanya dengan menjadi tenaga pengajar di salah satu sekolah yang terkenal di kota itu, hingga dia bertemu dengan seorang lelaki yang tak lain adalah pemilik sekolah tempat santi bekerja dan karna suatu kesalah pahaman membuat mereka terpaksa harus menikah.
Ruben Prasetya seorang pemuda yang berusia 29 tahun, dia seorang pengusaha yang terkaya dan tersohor dikotanya, namun sampai kini masih belum menikah akibat kegagalan percintaannya lima tahun yang lalu sehingga membuatnya menjadi pria yang kejam dan dingin bahkan tak akan segan menghancurkan orang yang telah menyinggungnya, hingga suatu saat terjadi sesuatu yang mengharuskan dia untuk menikahi gadis yang mengajar di sekolah miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon baene, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Curhatan Ruben
" aku.. aku....bingun harus berkata apa. Aku juga tidak tau." Ucap ruben akhirnya.
" hahahahha,,, riko terbahak mendengarkan pengakuan sahabatnya itu, bagaimana bisa ruben tidak tidak tau akan perasaannya sendiri, diusianya yang hampir memasuki kepala tiga tidak tau apa dia mencintai istrinya atau tidak.
" hei...Kau kenapa tertawa.!" ketus ruben melemparkan bolpoinya kearah riko namum meleset karna riko dengan cepat menghindarinya.
" maaf maaf, aku hanya tidak mengerti bagaimana bisa kau tidak tau akan perasaanmu terhadap istrimu sendiri." ucap riko berusahan menahan tawanya agar tidak pecah kembali.
" ah, sudahlah kau malah bikin aku pusing, pergi sana.!" usir ruben dengan ketus.
" hei,,aku minta maaf aku tidak bermaksud menertawakanmu aku hanya berpikir kenapa kau tidak tau akan persaanmu sendiri. Ucap riko menjelaskan maksudnya.
menghela napasnya pelan " entahlah." ucap ruben yang tidak tau harus berkata apa lagi dia pun bingung bagaimana menyimpulkan rasa yang ada pada dirinya saat ini.
" apa yang kau rasakan selama bersamanya.?" tanya riko ingin memastikan peraaan sahabatnya itu.
" jujur Aku memang nyaman sama dia, hatiku teduh setiap kali melihat matanya yang meneduhkan itu, aku juga suka dengan suara lembutnya, rasanya aku berasa punya istri benaran." jawab ruben jujur.
" hei, dia itu memang istri sungguhanmu kenapa kau masih berkata seprtitu,? dasar bodoh." jawab riko yang kaget dengan jawaban ruben.
" iy, maksudku, aku sudah terbiasa dengan kehadirannya dan dengan semua yang dilakukannya." jawab ruben kembali memberi jawaban.
" lalu apa yang kau ragukan lagi, kalau kau ingin bertahan maka pertahankan saja tak perlu membuang waktumu lagi dengan kebimbangan yang tidak ada artinya itu." ucap ruben memberi pendapatnya.
" tapi masalahnya dia tidak menyukaiku." lirih ruben.
" kenapa kau berkata begitu." tanya riko Dengan kening mengkerut pertanda ia tak mengerti akan ucapan sahabatnya.
" karna sudah ada orang lain yang lebih dulh hadir sebelum aku." lirih ruben.
" maksudmu santi memiliki kekasih begitu." tanya ruben memastikan.
" ia, santi sudah memiliki kekasih tapi dia sudah lama meninggal." jawab ruben.
Riko tercengang mendengar penjelasan sahabatnya itu.
" jangan bilang kau tidak bisa bersaing dengan orang yang sudah mati,ckck." decak riko.
" dia memang sudah tiada tapi cintanya masih ada, dan aku tidak bisa menggantikan itu, Kau tau tiap malam santi hanya menangisinya, sejak awal pernikahan kami hingga sekarang dia tidak akan melewati malamnya tanpa mwnangis dan memandang figuran itu bahkan disaat dia berkata mau mempertahankan rumahtangga kami dia masih menangis didepan foto kekasihnya itu." ucap ruben yang pada akhirnya memilih untuk bercerita kepada sahabatnya.
" lalu apa yang akan kamu lakukan setelah ini.?" tanya riko lagi.
lama ruben berpikir hingga akhirnya dan tidak menjawab, sebenarnya ia enggan bahkan ia tidak sanggup mengatakan apa yang ada dalam pikirannya itu. Ia menghela napasnya pelan dan berkata
" mungkin kami akan berpisah, kurasa itu adalah yang terbaik." ucap ruben sendu.
Riko tercengan akan perkataan sahabatnya, mana mungkin ia memilih berpisah sementara dia menyukai istrinya itu.
" hei.!! coba kau pikirkan lagi." ucap riko mencoba menenangkan sahabatnya itu.
" aku sudah memikirkan ini sejak lama dan itu adalah keptusan terakhirku." ucap ruben kekeh pada pendapatnya. Ya dia sudah memikirkan akan berpisah dengan santi setelah enam bulan pernikahan mereka nanti sesuai dengan kesepakatan mereka sejak awal.
" terserah kau saja ben." ucap riko pada akhirnya menyerah. Karna ia tau watak dari sahabatnya tidak akan mudah merubah apa yang sudah menjadi keputusannya dan ia hanya berharap apa pun yang menjadi keputusan ruben dan apa pun hasilnya nanti semoga itu yang terbaik dan tidak ada penyesalan nantinya.
" baiklah kau masih mau disini.?" tanya ruben yang melihat jam tangannya yang sudah menunjukan pukul lima sore.
" kenapa memangnya apa kau mau pergi." tanya riko yang ikut melihat jam yang melingkar ditangannya.
" iyalah,, kau pikir apa lagi ha.! ketus ruben, apa kau tak melihat jam.? ini sudah waktunya pulang kerja."
" bilang saja kau mau melihat istrimu." cibir riko yang tak kalah ketusnya.
" tentu saja, aku harus memanfaatkan waktu yang ada sebelum nanti kami berpisah." kata ruben seraya melenggang pergi keluar dari ruangannya
" ckck." decak riko yang juga ikut berdiri dan menyusul ruben dari belakang.
Mereka pergi dari ruangan ruben menuju parkiran mobil masing masing, di lobi sudah ada Ans yang menunggu kedatangan tuannya.
Ans yang melihat tuanya langsung membungkuk hormat.
"Selamat sore tuan, selamat sore tuan riko." sapa Ans
" hei,,! kau terlalu formal sekali." ucap riko pada asisten sahabatnya.
Ans tidak menjawab dan hanya menampilkan wajah dinginnya sedangkan ruben cuek saja dan pergi menuju mobilnya diikuti Ans dibelakangmya.
" ckck. apa apan mereka itu.! kesal riko dan mengikuti mereka dibelakang namun ia menuju mobilnya sendiri.
Mereka pergi meninggalkan gedung tinggi itu membelah jalanan yang lumayan macet karna banyaknya kendaran lalu lalang mengingat ini adalah waktunya para perkerja kembali kerumah masing masing.
Sesampainya di rumah Ans membukakan pintu mobil untuk tuannya dan ruben pun keluar namu sebelum melangkah masuk ruben berkata.
" mulai besok tidak usah menjemputku, aku akan berangakat sendiri." ucap ruben dan peegi meninggalkan Ans.
" baik tuan." jawab Ans membungku hormat meskipun tuannya sudah pergi namun ia tetap melakukannnya sebagai tanda hormatnya.
Di dalam rumah santi berada didapur sedang menyiapkan makan malam untuk mereka, saat ia mendengar deru mesin mobil yang memasuku halaman rumahnya ia langsung mematikan kompor gas dan mecuci tangannya sebelum menyambut suaminga.
Ia bergegas menghampiri suaminya, saat sudah sampai di ruang makan ia melihat suaminya sudah menaiki anak tengga menuju kamarnya.
Ia sesikit kecewa karna lagi lagi ia terlambat menyambut suaminya pulang entahlah dari mana sebabnya. apakah dia yang terlalu lambat atau suaminya yang memilik langakah yang cepatndan lebar.
Tak sempat menyambut sang suami santi memutar haluannya ia kembali kedapur untuk melanjutkan pekerjaannya, tak lama setelah itu masakannya pun selesai. Santi menatanya di meja makan setelah selesai ia bergegas menuju kemar suaminya.
Tok....tok....Tok..
Ceklek..
"mas makan malam sudah siap." ucap santi dengan cepat saat pintu kamar ruben sudah terbuka.
" baiklah, sebentar lagi aku turun.," jawab ruben.
" yasudah aku tunggu dibawah mas." kata santi kemudian turun meninggalkan ruben yang masih melihatnya dengan tatapan yang tidak bisa ditebak dan hanya ruben yang tau arti dari tatapannya.
Bersambung....
teman pembaca yang yang baik hati,, ayo dukung cerita pertama author ini.
Author harap kalian dapat mendukung karya saya, koment dengan komentar positif dan kata kata penyemangat untuk author yang masih amatiaran ini🙏😊😍
Like,koment dan votenya juga jangan lupa ya🙏🙏