"Jodoh putriku ada diantara kedua putramu." Itu kalimat terakhir yang dikatakan Verharg kepada Johan sebelum meninggal.
Leah Gracella, setelah kematian kedua orang tuanya ia diangkat menjadi bagian dari keluarga bangsawan Royce. Johan meyakini apa yang dikatakan Verharg, sehingga setelah Leah dewasa ia menjodohkan nya dengan putra sulung yaitu Austin Royce.
Johan sudah yakin pilihannya tepat. Namun tanpa sepengetahuannya suatu hal besar telah terjadi, Leah terlibat one night stand dan diam-diam tengah mengandung anak dari putra kedua Johan yaitu Alister Royce.
Lalu siapakah jodoh yang tepat untuk Leah? Austin atau Alister?..
.
SIMAK KISAH SELENGKAPNYA>>
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dilla_Nurpasya_Aryany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 19
"Hufft!." Leah menutup mulutnya karena terkejut. Setelah dipaksa naik saat ini tubuh wanita itu duduk menyamping di atas kuda dengan satu tangan Ali yang menahannya dari belakang.
Posisi ini cukup mendebarkan karena benar-benar tidak ada jarak, Leah menengadah menatap Alister.
"Pegangan, aku tak akan menolongmu jika terjatuh."
Ali mulai menarik tali kembali dan kuda itu mulai berjalan, lonjakan yang dirasakan membuat Leah panik. Karena tentu tak mau jatuh dan tangan Alister sudah tak menahannya, akhirnya Leah memeluk tubuh kekar pria itu layaknya seorang anak yang sedang menggantung pada tubuh ibunya.
"Kenapa direktur memaksa? sudah ku bilang aku tak mau!."
Ali menundukkan kepala, seketika Leah mengalihkan pandangan karena takut wajah mereka beradu.
"Hobi mu benar-benar menyakiti diri ya?."
"Tidak tuh."
"Rumah masih jauh dan kakimu lecet, sebentar lagi juga malam. Apa susahnya patuh? tidak takut sendirian di jalan yang hampir gelap begini?." Lirih Ali.
"Aku sudah lama tinggal di daerah sini, jadi aman."
"Jangan terus mengoceh, ini tumpangan yang berharga karena aku sendiri yang memacunya. Tetaplah pegangan dengan baik." Timpal Ali.
"Cih! sombong sekali, lagian aku tak memintanya tuh." Gerutu Leah dalam hati.
Namun tak bisa bohong Leah merasakan sensasi yang berbeda saat naik kuda dengan pemandangan sunset yang hampir meredup.
Ini pertama kalinya bagi Leah, ternyata berkuda sangat menyenangkan dan ini terasa nyaman. Alister juga memacunya tidak secepat Han dan Chris, jadi benar-benar bisa dinikmati.
Leah menunduk ada perasaan hangat yang menjalar, ditambah aroma tubuh maskulin yang ditebarkan Ali. Leah tak tahu awalnya dari mana, tapi yang sebelumnya terpaksa berpegangan, kini Leah melakukannya dengan nyaman. Ia menyukainya.
Mendapati Leah berhenti mengoceh dan menyender pada dada bidangnya, Ali diam-diam tersenyum. Ali memperlambat acuan kudanya.
Mereka sama-sama diam, ada perasaan damai dan tenang diantara keduanya yang sulit dijelaskan, kini yang terdengar hanyalah suara langkah kaki kuda saja.
Sudut mata Ali teralihkan pada sorot cahaya lampu mobil di ujung jalan sana yang semakin mendekat, pria itu menarik acuan kuda untuk belok ke arah kanan memasuki semak-semak.
Leah terperanjat, ia panik tentunya. "Kenapa kita ke sini?."
Suara mobil semakin mendekat.
"Tsk!."
Ali melingkarkan tangannya pada tubuh dan kepala Leah, pria itu melompat dari atas kuda sebelum cahaya mobil menyorotinya.
Brukh!.
Di balik semak-semak itu tubuh keduanya terjatuh, Alister menindih tubuh Leah. Kaki dan tangan Ali ia jadikan tumpuan agar Leah tak kesakitan.
Ali menutup mulut Leah saat suara mobil mendekat.
"Tunggu, kuda siapa itu?." Austin memicingkan matanya saat melihat kuda di depan mereka tanpa penunggang.
"Bukankah milik keluarga Royce tuan?." Timpal Willy yang sedang menyetir.
"Pelankan mobilnya!."
"Baik."
Austin melihat sekeliling memicingkan matanya mencari-cari keberadaan seseorang. "Tidak ada siapa-siapa?."
"Mungkinkah tuan Johan atau penjaga mansion yang sedang berkuda?."
"Papa masih di istana kenegaraan, tidak mungkin." Balas Austin.
"Berarti milik penghuni mansion atau para pelayan, sepertinya mereka berhenti dulu untuk buang air."
Austin terdiam. "Entahlah, kita lanjut saja." Karena cukup lelah akan pekerjaan Austin ingin segera sampai mansion.
"Baiklah."
Mobil itu melaju kembali meninggalkan daerah ladang hijau yang dikelilingi semak-semak.
Leah akhirnya paham mengapa Ali melakukan ini setelah mendengar suara Austin barusan, sebisa mungkin ia diam bahkan menahan nafas agar tak menimbulkan suara.
Mobil Austin sudah menjauh, Alister melepas tangannya yang membekap mulut Leah. "Sudah pergi, apa tubuhmu ada yang sakit?."
Leah menghela nafas lega, wanita cantik itu menggelengkan kepala. "Tidak ada, bukankah tanganmu yang menahannya?."
"Iya."
Barusan itu cukup menegangkan, hampir saja ketahuan. Akhirnya mereka bisa kembali tenang.
Deg!.
Kini Leah tersadar akan sesuatu yang lebih menegangkan, mata keduanya bertemu dengan jarak yang begitu dekat, 3 cm saja kurang. Ini posisi yang cukup ekstrim, bahkan rambut Ali mengenai kening Leah.
Tubuh kekar pria itu menindih wanita di bawahnya.
Matahari sudah terbenam, kini tergantikan dengan cahaya rembulan yang bersinar lembut, menyelimuti malam penuh ketenangan.
Pipi Leah seketika merah merona bersamaan dengan detak jantungnya yang tak terkendali. "D-Direktur bukankah ini terlalu....
Leah tak sanggup melanjutkan ucapan.
Tangan kekar Ali mengepal dengan kuat, mata hazel yang indah berbinar itu dan wajah cantik Leah yang jelita membuat Ali tersiksa menahan diri.
Mendapati raut wajah Ali yang nampak seperti kesakitan menahan sesuatu, Leah cukup panik. "Sepertinya kau terluka karena menahan tubuhku, ayo kita ber....
"Leah.."
Deg!.
Wanita cantik itu terdiam saat Alister menempelkan keningnya, hidung mancung mereka bertemu.
"Bolehkah aku menciummu?."
Detak jantung Leah semakin tak karuan, apa ini? biasanya ia tak seperti itu. Suara lembut nan berat ciri khas Ali saat meminta izin membuat pikiran Leah kosong. Dadanya bergejolak hampir meledak.
Mata keduanya bertemu, rasanya lemah bagi Leah untuk menatap mata sayu itu.
"Ali aku...
Cup.
Sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh bibir ranum Leah. Mata hazel itu membulat saat bibir keduanya bertemu, Leah meremas kemeja Ali.
"Sesuatu yang asing.. Kenapa aku tak bisa menolaknya?." Tatapan Leah menjadi sayu, sensasi ini melemahkannya.
Alister menatap mata Leah.. Yang awalnya sebuah kecupan kini Ali perlahan melumatnya dengan lembut. Leah terhenyak, hangat dan kenyal. Ali menyesap setiap inci manis bibir wanita itu, menghisapnya dengan dalam. Telinga Ali tampak merah ia sudah tak bisa berpikir jernih lagi.
"Alister, seben-
"Mmph!.."
Tak bisa lepas, Ali tak memberinya celah.
Leah membuka sedikit bibirnya setelah digigit Ali, lidah keduanya bertemu. Hangat dan basah, nafas Ali memburu ciumannya semakin teratur dan semakin dalam. Ali menyesap dengan liar. Leah mampu membuatnya kehilangan akal sehat.
"Pria ini!.. Sudah jelas mendobrak aturan ku, tapi entah kenapa aku menyukainya?." Tidak tahu asal dorongan itu dari mana dengan perlahan Leah kini memejamkan mata melingkarkan tangannya pada leher Alister.
Mksh udah update lagi
Lanjut thor...makin seru critanya
Mksh othor...UP nya yg byknya dong, krg kalau cuma 1 mah
Mksh othor atas up nya, gak sabar nunggu part selanjutnya