”Elden, jangan cium!” bentak Moza.
”Suruh sapa bantah aku, Sayang, mm?” sahut Elden dingin.
"ELDENNN!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Felina Qwix, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16 - Mesra
Usai itu, Elden mematikan panggilannya bersama Jagur. Dia tak segera menghampiri Moza melainkan membawa semua barang bawaan Moza ke mobilnya terlebih dahulu, dan tentunya tanpa Moza ketahui.
Setelahnya pria itu duduk di kursi kemudinya, menekan beberapa nomor di layar gawainya. Lalu, meletakkan di telinganya.
"Sayang, aku di depan. Kamu gak mau pulang ke villa sama aku?" tanya Elden pada Moza. Sementara di seberang seperti baru saja terisak.
"Iya. Tunggu aja."
"Kamu nangis? Ada apa, Sayang?" tanya Elden berpura-pura tidak tahu.
"Gak papa kok, dah ah."
Tut!
Panggilan diakhiri sepihak oleh Moza. Elden tersenyum tipis menghadap ke cermin yang menggantung di atas dashboard mobilnya. Poninya tampak tak rapi, tapi dia masih sangat tampan.
Tak lama, Moza datang.
Gadis itu sepertinya baru memakai bedak tipis tipis layaknya bayi di pipinya. Ada lip balm di bibirnya, dia manis dan imut sekali, hingga membuat Elden sebenarnya selalu gagal fokus hanya saja aura cueknya selalu mendominasi sehingga tak terlihat lagi kalo Elden kagum dengan gadisnya.
Elden membuka pintu mobilnya, pria itu posisinya tetap duduk di kursi kemudinya. Moza pun duduk di samping Elden.
"Sayang, mau makan apa?" tawar Elden membuka percakapan. Moza tak menjawab, bagaimana mungkin dia berpura-pura tidak cemburu, sementara Elden tengah menyewa lacur. Kenapa bisa juga dia sesakit ini?
"Kenapa? Kamu marah?"
"Bisa gak, lo gak usah sok baik. Gue muak." Sahut Moza datar. Elden tak menjawab, hanya mengusap puncak kepala Moza lembut tanpa peduli dengan ucapan Moza sama sekali.
Selama tiga puluh menit di perjalanan menuju Villa, Moza tak berbicara sama sekali dengan Elden. Gadis itu bingung harus bagaimana menghadapi Elden, dia cemburu tapi dia gengsi. Dia juga kesal, tapi kenapa juga dia harus kesal? Semuanya benar benar campur aduk.
Herannya, Elden sama sekali tak peduli dengan Moza. Dia masih dingin, bahkan berlagak tak ada apa apa diantara keduanya, Moza benar benar semakin ingin pergi saja.
’Cowok apa sih, gak peka amat!’ sesal Moza.
Tak lama setelahnya, tiba di Villa. Ini sudah hampir pagi. Hampir jam 2 malam.
Moza turun dari mobil, Elden juga tak segera sibuk mengejarnya. Melainkan menempelkan ponselnya di telinganya.
"Oh, Ourel udah di tempat?" tanya Elden datar. Seperti berbicara dengan seseorang. Moza menguping semuanya, hatinya semakin campur aduk.
"Iya, bilang ke Ourel. Servis yang paling baik yang gue mau."
Tak mendengar apa sahutan dari seberang, tapi Elden sepertinya tengah berbicara tentang lacur yang ia sewa. Dan tanpa sengaja air mata Moza jatuh, bahkan dia tak bisa lagi sok tegar.
Hingga di kamar.
Moza menangis sesenggukan.
Elden pun menghela napasnya pelan.
"Kamu disakitin siapa? Kok nangis?"
"Apaan sih! Males gue muak sama Lo!"
"Oh jadi tadi kamu telponan itu selingkuh dari aku? Ada yang hasut kamu ya?" tekan Elden kesal. Wajahnya seolah tak mau mentolerir Moza.
"Selingkuh? Siapa yang selingkuh!" kesal Moza. Air matanya jatuh, sembari menatap nanar ke arah Elden.
"Kamu, Sayang." Balas Elden santai.
"Cuma telponan kamu bilang selingkuh?" tanya Moza mengangkat alisnya, air matanya masih menggenang.
"Kalo cowok, iya. Aku hitung itu selingkuh. Aku gak suka."
PLAK!
Moza menampar Elden seketika, pria itu sama sekali tak melawan ataupun marah. "Lo egois!" kesal Moza.
"Dimananya aku egois, Sayang?" tanya Elden lagi.
"Terus, kamu sewa lacur itu apa? Apa kamu gak mau mikir, kamu punya aku, tubuh aku bagus. Kamu gak ma-" seketika Moza menutup mulutnya yang keceplosan. Elden pun terkekeh kecil. "Mau, sangat mau sama kamu. Jadi? Bener kamu cemburu?" tekannya.
Moza langsung cepat cepat berdalih sebisa mungkin."GAK! GUE CUMA MAU LO PROFESIONAL KALO NIKAHI GUE CUMA MAU KELIHATAN SOK CINTA!" ucap Moza.
Dengan segera, Elden memepet Moza di tembok. Tubuh jangkungnya membungkuk sedikit, tangannya terangkat menyanggah dagu Moza. "Cemburu apa gak?" tekan Elden sekali lagi.
Di sini, Moza krisis mental. Dia ciut. Tatapan Elden mematikan.
"ENGGAK."
"Oh ya, Sayang?" tanya Elden lagi, bibirnya mendekat ke arah Moza, hingga Moza bisa merasakan sapuan napasnya di pipinya.
"Ke-ke-napa gue harus cemburu? Lo orang kaya, gue-"
"Lo cemburu."
Elden lantas mengecup bibir Moza tanpa aba-aba, ketika Moza hendak mendorong dada kekarnya, pria itu sontak menangkis tangan mungil Moza, membawa dua tangan mungil itu dalam satu genggamannya, lalu mengangkatnya ke atas, hingga berada tepat posisinya di atas kepala Moza, di detik ini jantung Moza nyaris mau copot. Elden gila.
Setelahnya, Elden mengigit bibir Moza sedikit. Hingga Moza menarik bibirnya dan terkejut. "Sakit!"
"Cemburu apa gak?" tanya Elden, lagi, dia mengulang pertanyaannya.
"Gak!" Kukuh Moza.
Saat itu Elden pun mengancam. "Gak ngaku, gue hamilin."
"Elden!" Moza terkejut ketika Elden hendak menurunkan dre ss miliknya, tapi tiba-tiba ponsel Elden berbunyi. Dan saat itu juga Elden langsung fokus ke ponselnya dan menekan tombol speaker.
"Tuan, Anda hebat. Anda jeli sekali. Benar, Devano sudah masuk jebakan Anda. Prediksi Anda tidaklah salah, Devano sekarang sedang bermain gila dengan Ourel, dia menyebut nama Nona Moza. Dia pikir itu Nona Moza." Jelas Jagur yang membuat Moza terbelalak. Saat itu, Elden tersenyum tipis ke arah Moza. Ibu jari dan telunjuknya menyentuh bibir Moza, memainkan bibir gadisnya, sembari tetap memepet Moza di dinding. Lalu, pria itu menjawab ucapan Jagur.
"Gue bilang apa. Devano itu licik. Kalo gue gak sewa lacur, emang gue rela istri gue jadi santapan dia. Gue sendiri aja belum dipuaskan." Tekan Elden seraya memainkan bibir Moza, menekannya lembut sembari memberikan tatapan mematikan pada gadisnya.
Lalu, Jagur menyela lagi. "Baiklah Tuan, kamera semuanya sudah di atur rapi sesuai perintah. Maaf juga, saya mengganggu Anda."
"Gak papa."
Tut.
Panggilan berakhir.
Jantung Moza seperti nya sungguh tak aman sama sekali sekarang.
Elden menatapnya dalam. Tatapannya begitu memabukkan hingga Moza ikut larut di dalamnya.
"Jadi, lo sewa lacur b-buat lindungin gue?" tanya Moza. Nada bicaranya sedikit gugup, tapi dia berani membalas tatapan Elden yang sungguh dekat dengan wajahnya.
"Tepat, Sayang."
"Gue kira lo-"
Cup.
Elden kembali menyambar bibir Moza, menyentuh bibir itu dengan lembut awalnya, tapi lama kelamaan malah menjadi penuh dengan gejolak asmaranya yang membuncah. Hingga tangannya segera meraba ke arah saklar, Elden mematikan lampu ruangan di villa bersama Moza.
Keduanya terlibat ciuman tak biasa, ciuman yang membuat Moza harus melampiaskan seluruh emosinya. Dia kagum, dia tak lagi kecewa dengan Elden. Gadis itu benar-benar membalas total ciuman Elden, bahkan jauh lebih hangat, dan bukan pasif lagi.
Elden pun semakin menjadi. Saat itu juga, Moza men urunkan dress-nya tanpa harus Elden yang melakukannya. "Katanya mau gue puasin?" Pancing Moza. Elden tersenyum, lalu menggendong Moza ke ranjang. "Jangan nangis, kalo sakit bilang."
lah kok bisa jadi jovano itu loh /Hammer/