Alexis seorang ilmuwan wanita dan juga ahli beladiri yang berhasil menciptakan sebuah ruang penyimpanan ajaib ke dalam sebuah kalung.
Namun, dia di khianati dan meninggal secara tragis oleh orang kepercayaan nya sendiri.
Dan siapa sangka, jiwa nya justru masuk ke dalam tubuh wanita lemah yang teraniaya. Yang juga memiliki nama yang sama dengannya.
Rencana balas dendam pun di mulai melalui tubuh wanita yang bernama Alexis itu.
Berhasilkah Alexis membalas dendam? Kalau penasaran, baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi belaka. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata dan tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Hari berikutnya ...
Hari yang di janjikan pun tiba. Tepatnya hari ini Raymond akan membawa Alexis bertemu sang nenek.
Raymond yang sudah lama tidak pulang, karena tidak suka dengan ibu tirinya pun harus pulang agar tidak di desak terus untuk segera menikah.
Bukan tanpa alasan, jika Raymond sudah menikah, neneknya akan resmi menyerahkan warisan yang masih di pegang oleh sang nenek.
Sebenarnya Raymond tidak terlalu menginginkan warisan itu. Karena dirinya juga sudah memiliki perusahaan properti yang saat ini dikelola nya.
"Kenapa aku jadi deg-degan," batin Raymond saat merapikan pakaiannya di depan cermin.
Raymond menghela nafas panjang sebelum keluar dari kamarnya. Baru saja di dekat pintu, ia kembali lagi ke depan cermin untuk memastikan penampilannya.
"Sepertinya aku sudah sangat tampan," gumamnya.
Kemudian ia pun keluar dari kamar. Raymond kembali menghela nafas. Barulah ia keluar dari apartemen miliknya.
"Tuan." Ternyata Jason juga keluar dari apartemennya.
"Mau ke mana kamu?" tanya Raymond.
"Jalan Tuan, mumpung hari libur. Kalau sudah bekerja tidak dapat seperti ini," jawab Jason. "Tuan sendiri mau ke mana?" tanyanya.
"Aku mau ketemu nenek. Sudah lama tidak pulang ke rumah nenek," jawab Raymond ketus.
"Rapi amat, siap pakai setelan jas segala," kata Jason seolah mengejek.
Raymond tidak menjawab, ia langsung menekan bel pintu apartemen Alexis. Tidak berapa lama pintu pun terbuka.
"Silakan Tuan, Nyonya sedang bersiap-siap," kata Bibik.
"Terima kasih Bik," ucap Raymond lalu masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
Sesekali ia menoleh ke kamar Alexis yang masih tertutup rapat. Kemudian Bibik menyiapkan minuman untuk Raymond.
Hanya secangkir kopi, jadi tidak terlalu lama. Air panas juga sudah ada, jadi tinggal tuang saja.
"Silakan Tuan," ucap Bibik.
"Terima kasih," ucap Raymond.
Raymond menyeruput kopi buatan Bibik. Tidak terlalu panas, karena Bibik tahu kalau Raymond ingin cepat.
Pintu kamar Alexis terbuka. Raymond langsung menoleh ke arah pintu yang terbuka. Terlihat Alexis keluar dari kamar dan berjalan menghampiri Raymond.
"Sudah siap? Kalau begitu kita langsung berangkat saja," ujar Raymond.
"Habiskan dulu minumannya," kata Alexis. Raymond mengangguk, lalu meneguk habis minumannya.
Kemudian Alexis pun berpamitan kepada Bibik. Bibik mengangguk dan mengikuti mereka hingga ke pintu.
"Hati-hati Nyonya," ucap Bibik.
"Iya Bik, jangan khawatir," ujar Alexis.
Mereka pun segera pergi. Saat di parkiran, ternyata Jason masih ada di situ. Jason juga mau pergi entah ke mana tujuannya hanya dirinya saja yang tahu.
"Kenapa?" tanya Raymond saat melihat Alexis terlihat gelisah. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil.
"Entahlah, aku merasa deg-degan. Walau pun hanya sekedar pura-pura," jawab Alexis.
"Tenang, nenek ku baik kok. Tapi kamu harus bersabar nantinya saat berhadapan dengan ibu tiri ku," kata Raymond.
Mobil pun terus melaju di jalanan. Hingga akhirnya mereka pun tiba di sebuah rumah mewah dan megah.
Pintu gerbangnya pun tinggi dan sekeliling nya di kelilingi tembok beton yang juga tinggi. Mobil Raymond pun masuk setelah pintu gerbang terbuka.
Alexis terpukau dengan keindahan rumah tersebut. Halaman rumah yang luas, terdapat taman bunga serta air terjun buatan.
"Kenapa kamu tidak tinggal di sini? Malah memilih tinggal di apartemen," tanya Alexis.
"Aku lebih nyaman tinggal di apartemen. Tenang dan damai tanpa ada keributan," jawab Raymond.
Raymond memarkirkan mobilnya di depan rumah. Kemudian ia keluar lebih dulu, lalu membukakan pintu untuk Alexis.
Keduanya berjalan beriringan. Raymond menekan bel pintu, ia sengaja tidak memberitahu sang nenek untuk datang.
"Tuan." Pelayan menyapa Raymond setelah pintu dibuka. Kemudian pelayan menatap lekat Alexis.
Karena yang dia tahu, tuannya tidak pernah membawa perempuan. Namun kali ini tuannya membawa seorang perempuan muda dan cantik.
"Ayo!" Raymond menggandeng tangan Alexis. Alexis tidak menolak untuk meyakinkan peran mereka.
Pelayan melongo sejenak. Sekarang dia mengerti kalau perempuan yang di bawa tuannya adalah kekasihnya.
Raymond dan Alexis langsung menuju ruang tengah. Karena sang nenek biasa duduk di situ.
"Nenek!"
Semua menoleh ke arah suara. Nenek nya Raymond yang bernama Agatha langsung tersenyum melihat Raymond datang. Ditambah lagi Raymond datang tidak sendiri.
"Dia ...."
"Alexis Nek," ucap Alexis memperkenalkan diri. Raymond mengangguk kepada sang nenek.
Mata wanita tua itu berbinar. Senyum lebar menghiasi bibirnya. Agatha pun langsung memegang tangan Alexis.
Agatha membawa Alexis duduk di sampingnya. Sedangkan ibu tiri Raymond mencebikkan bibirnya tanda tidak suka.
Alexis tidak perduli, yang penting nenek nya Raymond menyukainya. Lagipula mereka hanya pasangan pura-pura.
"Nenek apa kabar?" tanya Raymond.
"Huh, baru sekarang mengunjungi nenek, biasa di telepon langsung di tutup," jawab Agatha kesal.
"Maaf Nek, aku lagi ...."
"Alasan. Bilang saja tidak suka nenek paksa untuk segera menikah. Tapi kali ini nenek maafkan, karena kamu sudah membawa gadis cantik ini," kata Agatha.
"Apa pekerjaanmu? Latar belakang keluarga mu bagaimana?" tanya Florence ibu tirinya Raymond.
Alexis hendak menjawab, namun Agatha lebih dulu menyela. Alexis pun tidak jadi untuk berbicara.
"Aku tidak perduli latar belakang keluarganya, yang penting Raymond menikah dengan orang yang dia cintai. Kamu jangan sok-sok ngatur cucuku," sahut Agatha yang membuat Florence seketika terdiam.
Agatha sebenarnya juga tidak menyukai Florence. Namun putranya lebih memilih Florence daripada Anna ibu nya Raymond.
Ayah Raymond berselingkuh dengan Florence hingga menyebabkan Anna sakit. Dan akhirnya meninggal karena tidak kuat.
Raymond yang kala itu masih kecil pun akhirnya membenci sang ayah. Sampai sekarang, hubungan mereka tidak baik-baik saja.
"Kalian sudah makan?" tanya Agatha.
"Belum Nek," jawab Raymond. Agatha pun meminta pelayan untuk menyiapkan makan siang.
"Setelah selesai makan nanti, ada yang ingin nenek sampaikan," kata Agatha.
"Baik Nek," ucap Raymond.
Florence dan Darwin merasa di cuekin. Bahkan Raymond pun tidak menyapa ayahnya sama sekali.
Bukan baru kali ini, itu sudah berlangsung sejak Raymond masih berusia 7 tahun. Dari sejak ia tahu jika ibunya meninggal karena tidak kuat dengan penghianatan ayahnya.
Sejak saat itulah Raymond tidak pernah lagi memanggil Darwin sebagai ayah. Bahkan dengan ibu tirinya pun hanya di panggil nama oleh Raymond.
Tidak berapa lama kemudian, makan siang pun siap. Agatha pun mengajak mereka untuk makan.
Agatha menggandeng tangan Alexis hingga ke meja makan. Kemudian meminta duduk di sampingnya.
Alexis menoleh ke Raymond. Dia merasa sangat bersalah saat ini. Alexis sendiri tidak menyangka akan mendapatkan respon seperti ini dari sang nenek.
Alexis memberikan kode kepada Raymond, namun Raymond malah tersenyum tanpa merasa bersalah telah menipu sang nenek.
"Nenek tidak tahu kesukaan mu, jadi kalau ada yang tidak kamu sukai bilang saja," kata Agatha.
"Aku tidak pilih-pilih makanan Nek," ujar Alexis. Agatha pun tersenyum, dia merasa cocok dengan Alexis walaupun tidak tahu latar belakang keluarganya.