NovelToon NovelToon
HAMIL ANAK CEO : OBSESI IBU TIRI

HAMIL ANAK CEO : OBSESI IBU TIRI

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Ibu Tiri / Pelakor jahat / Nikahmuda / Selingkuh
Popularitas:876
Nilai: 5
Nama Author: EkaYan

Dikhianati sahabat itu adalah hal yang paling menyakitkan. Arunika mengalaminya,ia terbangun di kamar hotel dan mendapati dirinya sudah tidak suci lagi. Dalam keadaan tidak sadar kesuciannya direnggut paksa oleh seorang pria yang arunika sendiri tak tahu siapa..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EkaYan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Awan Kelabu

Dalam kegelapan malam, setelah semalaman tak tidur, Arunika tahu ia tak punya pilihan lain. Harga dirinya sudah terkoyak, kini ia hanya bisa pasrah demi bayinya. Dengan tangan gemetar, ia meraih ponselnya dan mencari nomor Pramudya.

Sebuah pesan singkat dikirim, berisi pengakuan terus terang bahwa ia telah diusir dari kos dan membutuhkan tempat tinggal. Ia tak menyangka ia akan kembali meminta bantuan pada pria yang telah menghinanya.

Esok paginya, mentari menyinari kota Jakarta dengan sinarnya yang terik, namun hati Arunika masih diselimuti awan kelabu. Ia sudah siap dengan koper-kopernya di depan kamar kos, menunggu dengan perasaan campur aduk. Ia tahu ini adalah keputusan berat, namun ia harus bertahan demi masa depan anaknya.

Tak lama kemudian, sebuah mobil hitam berhenti di depan kos. Arunika mengira itu adalah mobil Pramudya. Namun, yang keluar dari kursi pengemudi adalah Roy. Roy berjalan mendekat, raut wajahnya menunjukkan perpaduan antara keprihatinan dan rasa bersalah.

Saat Roy masuk ke area kos, ia bisa merasakan aura mencemooh dari beberapa penghuni kos yang berpapasan dengannya. Mereka berbisik-bisik, melirik ke arah Arunika dengan tatapan meremehkan.

Roy merasakan amarah kecil menyusup di dadanya. Ia tahu betapa beratnya situasi yang dialami Arunika, dan ia merasa iba melihat wanita itu diperlakukan seperti ini.

"Arunika," sapa Roy pelan, berusaha mengabaikan bisikan-bisikan di sekelilingnya. "Pramudya menyuruhku menjemputmu."

Arunika hanya mengangguk, tatapannya kosong. Ia sudah terlalu lelah untuk merasa malu atau marah.

Roy tanpa ragu mengambil alih koper-koper Arunika. Ia mengangkatnya dengan sigap, lalu berjalan menuju mobil. Arunika mengikuti di belakangnya, merasa sedikit lega karena ada yang membantunya, meski itu adalah orang yang menjadi perantara dari semua masalahnya.

Di dalam mobil, Roy meletakkan koper Arunika di bagasi. Ia membuka pintu penumpang depan untuk Arunika. "Silakan, Nika."

Arunika masuk ke dalam mobil, suasana di antara mereka terasa canggung. Roy kemudian masuk ke kursi kemudi, dan mobil melaju meninggalkan gang sempit kos-kosan itu. Arunika melirik ke belakang, melihat bangunan kos yang telah menjadi saksi bisu awal kehancuran hidupnya. Ia tahu, babak baru dalam hidupnya akan segera dimulai, dan ia tak tahu apa yang menantinya.

Mobil yang dikendarai Roy melaju membelah padatnya jalanan Jogyakarta. Arunika duduk dalam diam, pikirannya berkecamuk. Ia tidak tahu ke mana Roy akan membawanya, namun ia pasrah.

Setelah beberapa waktu berkendara, mobil itu memasuki area parkir sebuah gedung tinggi nan modern. Ini adalah apartemen.

Roy mematikan mesin mobil. "Ini apartemen yang disiapkan Pramudya untukmu, Nika," ujarnya sambil menatap Arunika.

Arunika menoleh, menatap gedung pencakar langit di hadapannya. Ia tidak pernah membayangkan akan tinggal di tempat seperti ini. Ia merasa canggung, namun juga sedikit lega karena setidaknya ada tempat bernaung.

Mereka berdua naik ke salah satu unit di lantai atas. Apartemen itu tidak terlalu luas, namun terasa nyaman dan lengkap dengan perabotan. Jauh lebih baik dari kos-kosan sempitnya.

Setelah Roy meletakkan koper-koper Arunika, ia menoleh ke arah wanita itu. "Nika, kamu baik-baik saja?" tanyanya, ada nada khawatir dalam suaranya. Ia bisa melihat betapa lelah dan terlukanya Arunika.

Arunika menghela napas panjang, tatapannya menerawang ke luar jendela. "Nggak, Roy. Aku nggak baik-baik saja." Ia kemudian menceritakan semua yang terjadi di kampus. Bagaimana semua mata menatapnya dengan aneh, bisikan-bisikan, hingga akhirnya ia dipanggil Dekan dan diberhentikan.

"Mereka... mereka tahu aku hamil, Roy," ucap Arunika, suaranya bergetar. "Dan Dekan bilang itu mencoreng nama baik kampus. Aku dipecat, Roy. Dipecat..."

Roy mendengarkan dengan saksama, raut wajahnya berubah iba. Ia bisa merasakan betapa hancurnya Arunika.

Masalah datang bertubi-tubi menimpa gadis itu. Pertama, ia salah orang. Lalu, menghadapi Pramudya yang dingin. Dan sekarang, diusir dari kos dan dikeluarkan dari kampus. Semua impian Arunika seolah dihancurkan begitu saja.

"Nika, aku turut prihatin," kata Roy tulus. "Aku nggak nyangka bakal separah ini." Ia merasa bersalah karena secara tidak langsung, ia adalah bagian dari penyebab semua kesengsaraan Arunika. "Kalau ada apa-apa, jangan sungkan hubungi aku, ya. Pramudya memang menyuruhku jadi perantara, tapi aku juga akan bantu sebisa mungkin."

Arunika hanya mengangguk pelan, terlalu lelah untuk berbicara banyak. Ia hanya ingin beristirahat, melupakan sejenak semua beban yang menimpanya.

Roy melihat itu. "Baiklah, kalau begitu aku pamit dulu. Kamu istirahat, ya."

Setelah Roy pergi, Arunika berjalan menuju balkon apartemen. Ia menatap hiruk pikuk kota Jakarta dari ketinggian. Di sinilah ia sekarang, terdampar di tengah kota besar ini dengan sebuah kehidupan baru yang tumbuh di dalam rahimnya, tanpa seorang pun yang bisa ia andalkan sepenuhnya selain dirinya sendiri dan bayi dalam kandungannya. Ia harus kuat. Demi dia.

POV Pramudya

Pramudya sedang berada di ruang kerjanya, menatap layar komputer dengan tatapan bosan. Laporan yang baru saja ia periksa terasa melelahkan, dipenuhi angka-angka dan strategi bisnis yang sudah ia kuasai di luar kepala.

Pikirannya melayang, teringat percakapannya dengan Arunika kemarin. Wanita itu, dengan air mata dan tuntutannya yang keras kepala, sedikit mengusik ketenangannya. Pramudya mengusap wajahnya, berusaha menepis perasaan yang tak seharusnya ada.

Ponselnya bergetar di atas meja. Sebuah notifikasi pesan masuk. Pramudya meraihnya, berpikir itu adalah laporan dari salah satu bawahannya. Namun, nama pengirimnya membuat dahinya berkerut: Arunika.

Ia membuka pesan itu, membaca deretan kalimat pendek yang dikirimkan Arunika:

"Saya diusir dari kos. Saya tidak punya tempat tinggal. Saya butuh tempat."

Pramudya mengeraskan rahangnya. "Cih, drama lagi," gumamnya pelan. Ini persis seperti yang ia duga. Wanita itu tidak akan bisa bertahan tanpa bantuannya. Ia sudah memperkirakan Arunika akan kembali menghubunginya, entah untuk uang atau untuk "pertanggungjawaban" yang lebih personal.

Namun, ada sedikit rasa terkejut yang terselip. Diusir? Secepat ini? Pramudya membayangkan Arunika yang sendirian, dengan perut membuncit, tanpa tempat bernaung. Sedikit rasa iba muncul, meskipun ia segera menepisnya. Ia tidak boleh lemah. Perasaannya terhadap wanita sudah mati sejak insiden Sarah.

Pramudya menyandarkan punggungnya ke kursi, memejamkan mata sejenak. Otaknya mulai menghitung kalkulasi. Jika Arunika tidak memiliki tempat tinggal, masalah ini bisa semakin runyam. Ia bisa saja menjadi gelandangan, menarik perhatian media, dan nama Pramudya bisa terseret dalam skandal. Itu adalah sesuatu yang harus ia hindari mati-matian.

Ia membuka mata. Memberi Arunika apartemen adalah solusi paling cepat dan paling efisien. Dengan begitu, Arunika akan berada di bawah pengawasannya, dan drama yang mungkin timbul bisa diminimalisir. Ini bukan tentang rasa bersalah, pikirnya, tapi tentang menjaga reputasinya dan mengendalikan situasi.

Pramudya meraih ponselnya lagi dan memencet nomor Roy. "Roy, kau jemput wanita itu. Berikan dia kunci apartemen di Mataram City. Unit 12A. Pastikan dia nyaman, tapi jangan terlalu dekat. Dan ingat, ini urusan gue."

Setelah menutup telepon, Pramudya kembali menatap layar komputernya. Masalah Arunika ini memang merepotkan, tapi setidaknya, kini ia sudah berada di bawah kendali. Ia tidak akan membiarkan Arunika menjadi batu sandungan bagi kehidupannya yang sempurna. Tidak akan pernah.

1
partini
wah temen lucknat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!