Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 17 Love
Happy reading
Anak-anak BEM sudah berkumpul di ruang sekretariat ketika Ryuga dan Nofiya tiba di sana.
Rapat dimulai pukul 08.00 WIB. Semua divisi menyampaikan laporannya. Mulai dari Divisi Advokasi, hingga Divisi Publikasi yang diketuai oleh Nofiya.
Selama hampir dua jam rapat itu berjalan.
Seperti biasa, Ryuga berperan sebagai pemimpin rapat yang demokratis. Mendengar, menyimak, dan menampung semua masukan atau aspirasi anggota BEM tanpa kecuali.
Sayang, sikap demokratisnya tidak berlaku pada Aluna. Tadi malam, hingga detik ini.
Egonya masih berkuasa. Menundukkan Sang Presiden Mahasiswa dan meredupkan wibawanya sebagai seorang pemimpin.
"Kesimpulan rapat pagi ini ... perizinan dari kampus udah di tangan, izin perangkat desa juga udah kita kantongi, dan persiapan tim secara teknis udah matang. Kita bergerak sesuai jadwal. Gue harap, Proyek Bakti Hukum kita berjalan dengan lancar. Nggak ada kendala atau masalah yang berarti," tutur Ryuga di akhir rapat.
Seusai rapat ditutup, seluruh anggota BEM menyerukan slogan sambil mengepalkan tangan ke atas. Sebagai simbol niat dan tekad.
"Melintas Tanpa Batas, Menembus Cakrawala. Kita hadir sebagai perintis kemajuan, bukan penyembah keterbelakangan."
Dada mereka berdesir, setiap mencetuskan rangkaian kata itu.
Sederhana. Namun menyiratkan makna yang teramat dalam.
Sebelum keluar dari ruang sekretariat, seluruh anggota BEM saling berjabat tangan, tak terkecuali Ryuga--Si Pak Ketu.
Jabat tangan mereka kuat dan tegas. Menunjukkan kepercayaan diri, ketegasan, keakraban, kekompakan, dan bukan sekedar sentuhan ringan tak bermakna.
"Pak, soal obrolan kita tadi, gue rasa ... lo harus bisa bersikap bijak sama Aluna. Jangan pandang dia hina, apalagi nyebut dia 'bekas'. Bicarain persoalan kalian baik-baik. Redam emosi dan kalahin ego," ucap Nofiya bijak, sambil menepuk pelan bahu Ryuga. Lantas membawa kakinya melangkah keluar dari ruang sekretariat yang sudah sepi--meninggalkan Ryuga yang masih setia duduk di singgasana ketua BEM.
Ryuga meraup udara dalam-dalam, lalu memijit kepalanya yang terasa pening.
Selain karena belum sarapan, otaknya juga kembali gaduh karena deretan kalimat yang dicetuskan oleh Nofiya.
Ponsel yang tergeletak di atas meja bergetar. Memaksa Ryuga untuk mengindahkan dan segera mengambilnya.
New message from Aluna:
Kak, sudah sarapan belum? Kalau belum, aku belikan bubur ayam ya?
Ryuga tersenyum tipis. Sangat tipis.
Jari-jarinya terdorong untuk segera mengetik pesan balasan.
Temenin gue sarapan. Kita ketemu di KANSAS
Send
Pesan terkirim dan dibaca langsung oleh Aluna.
Iya, Kak
Balasan singkat. Namun sukses menarik kedua sudut bibir, hingga membentuk senyuman samar.
Keegoan perlahan terkikis oleh petuah yang dituturkan Nofiya.
Pernikahan kontrak, Political Marriage, Sandiwara Cinta, mungkin hanya kata metafora. Untuk saat ini, Ryuga enggan memikirkan hal itu.
.
.
Sudah sepuluh menit Aluna duduk di KANSAS menanti kedatangan Ryuga sambil membaca novel tulisan tangan Jianayu yang terbaru 'Political Marriage'.
Karena saking fokusnya, Aluna tidak menyadari kehadiran seseorang yang kini duduk tepat di hadapan dan menatap penuh damba.
"Ehm, apa kabar, Honey?" Suara itu terdengar sangat khas. Sukses mengalihkan atensi dan membuat Aluna terhenyak.
"Baskara --" lirih, Aluna mengucap satu nama yang ingin dihapus dari ingatan.
Benci.
Aluna sangat membenci lelaki yang sudah mendorongnya ke palung nestapa dan hampir membuatnya kehilangan nyawa--'Baskara Atmaja'.
"Maafin aku, Lun. Aku menyesal. Aku mengaku salah. Aku ingin kita kembali seperti dulu." Baskara memasang wajah sendu. Pandang Aluna dengan tatapan mengiba.
"Pergi!" Nada suara Aluna terdengar rendah. Namun penuh penekanan dan tersirat kebencian mendalam.
"Lun, beri aku kesempatan. Aku janji, akan memperbaiki hubungan kita."
"Pergi! Aku muak mendengar kata-kata palsu mu. Aku jijik melihat wajahmu yang penuh tipu daya."
"Lun, aku dijebak. Aku digoda. Semua yang dikatakan oleh Fany nggak sepenuhnya benar. Dia pembohong --"
Aluna tersenyum getir. Sepasang manik matanya berkaca dan tersirat luka. "Kalian berdua sama. Pembohong dan pengkhianat."
"Please ... dengerin penjelasanku. Because I still love you so much. Cuma kamu wanita yang aku damba." Baskara mengulurkan tangan dan berniat untuk meraih jemari tangan Aluna yang saling bertaut diatas meja.
"Pergi!" Lagi, Aluna mengucap kata itu. Bibirnya bergetar. Titik-titik embun menganak di pelupuk mata dan hampir tertumpah.
Beruntung, Ryuga tiba di waktu yang tepat. Sebelum tangan Baskara berhasil menyentuh jemari tangan Aluna.
"Bang-sat!" Ryuga mencengkram kuat kerah kemeja yang dikenakan oleh Baskara dan melayangkan tinju.
Wajah Baskara terhempas ke samping dan terhias jejak biru.
Darah mengalir dari bibir, seiring sensasi perih yang terasa.
Ryuga mengepalkan tangan dan kembali bersiap melayangkan tinju. Namun Aluna segera mencegah.
"Kak, su-sudah! Ta-tangan Kak Ryu terlalu suci untuk menyentuh pipi ma-manusia menjijikan itu." Terbata dan tertahan, Aluna mengucap kalimat itu, meniru rangkaian kata yang pernah diucapkan oleh Tifany--sahabat sekaligus selingkuhan Baskara.
Ryuga membuang napas kasar dan terpaksa mengindahkan ucapan Aluna.
"Sekali lagi lo berani ganggu istri gue, habis lo di tangan gue!" ancamnya yang ditujukan pada Baskara.
Bukannya takut, Baskara malah berdecih dan tersenyum mencemooh.
"Aku nggak takut dengan ancamanmu, Ryuga Mahesa."
Ryuga kian murka. Tangannya mengepal kuat. Sorot matanya tajam--seperti elang yang bersiap menerkam mangsa.
Kali ini, Aluna tidak mencegah. Biarkan Ryuga memberi hadiah cantik untuk Baskara supaya lelaki be-jat itu jera dan bungkam.
Tinjuan melayang. Mendorong Baskara untuk segera menghindar dan melawan.
Namun, sekuat apapun Baskara melawan, ia tetap roboh di tangan Sang Presiden Mahasiswa--Ryuga Mahesa.
"Ancaman gue nggak main-main. Gue bakal habisin lo, kalau lo berani ganggu istri gue. Apalagi nyentuh dia."
Baskara tak berkutik.
Bibirnya tertutup rapat. Kedua sudut matanya mengalirkan air bening. Batinnya menjerit, menyebut nama 'mama'.
"Love, ayo kita pulang. Gue eneg ngeliat kadal buntung. Berasa mo muntah dan nggak naf-su makan."
Love ???
Degup jantung Aluna bertalu merdu saat mendengar sebutan manis yang disematkan oleh Ryuga. Ditambah, kecupan lembut yang tiba-tiba berlabuh di kening.
Aluna mematung.
Pandang Ryuga dengan tatapan tak percaya.
Bagaimana bisa, suami yang dari semalam cuek, sekarang menunjukkan sikap yang manis. Bahkan teramat manis.
"Love, ayo kita pulang!" Ryuga mengulangi ucapannya dan melabuhkan kecupan singkat di bibir ranum Aluna--membuat Baskara dihinggapi api amarah dan cemburu.
Sandiwara atau ....
Otak Aluna riuh. Namun ia segera men-distraksi diri dan mengimbangi sikap manis Ryuga.
"Ayo, Mas --" ucapnya lembut disertai sebaris senyum yang membingkai wajah.
Ryuga membalas senyum yang disuguhkan oleh Aluna dan merangkul pundak.
Keduanya berjalan beriringan, meninggalkan Baskara yang masih terduduk di tanah sambil meringis--perih.
Jangan ditanya bagaimana keadaan hatinya. Bisa dipastikan porak poranda.
Sungguh, Baskara tidak menyangka jika Aluna mudah sekali berpaling dan move on.
"Jang-krik!" umpatnya sambil meninju kaki meja dan membuat pemilik kantin yang sedari tadi berusaha sabar kini naik pitam.
"Wooo, dasar Mu-nyuk! Dari tadi saya berusaha sabar karena yang berkelahi sama situ Si Mas Presma--yang sudah ngasih saya modal usaha, tapi sekarang ... saya nggak bisa. Aku ora iso!!! Ayo, ikut saya menghadap rektor! Biar situ di DO!"
Baskara bergidik ngeri dan bergegas membawa tubuhnya bangkit.
Kaburrrr!!!!
Jalan ninja yang akhirnya dilakukan, meski badan serasa lemas dan ingin rebah.
🍁🍁🍁
Bersambung
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
aku nyimak ya..sambil goleran
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄
ada sesuatu nih dgn nama ini