Memiliki watak yang berbeda dengan saudaranya yang lain, membuat Erina sulit diatur. Bahkan ia tidak mengindahkan permintaan orang tuanya untuk segera menikah. Ia lebih memilih tinggal di luar negeri dan sibuk dengan karirnya. Hingga pada suatu saat, ia tidak menyangka bisa berjumpa dengan seseorang yang dapat menaklukkan hatinya. Pertemuan mereka yang tidak disengaja mampu merubah kehidupan Erina. Meski awalnya ia tidak tertarik namun akhirnya ia yang tidak bisa menjauh darinya.
Laki-laki tersebut adalah seseorang yang juga sedang sibuk dengan dunianya sendiri. Namun setelah bertemu dengan Erina, ia mulai merubah pandangannya terhadap seorang wanita.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikerjai Ortu
Setibanya mereka di apartemen, ternyata orang tua mereka sampai terlebih dahulu dibandingkan mereka. Namun mereka dikunci dari dalam. Keduanya sama-sama mengetuk pintu tapi tidak ada yang membuka. Akhirnya keduanya menghubungi orang tua masing-masing.
"Assalamu'alaikum, bun."
"Wa'alaikum salam."
"Bun, kok pintunya nggak dibuka. Bunda dan ayah di dalam, kan? Erina mau masuk."
"Sini biar ayah yang ngomong. Dek, maaf Ayah sama bunda pingin bulan madu di kamarmu. Jadi kamu bisa tidur di apartemen suamimu. "
"Tapi, yah.... "
Tut tu tut...
"Ih, ayah.... " Erina menghentakkan kakinya karena kesal. Hal tersebut tak luput dari perhatian suaminya.
"Kenapa, dikunci juga?" Tanya Rasyad.
Erina mengangguk.
"Memangnya kamu juga dikunci?" Tanya Erina.
"Iya nih, parah mereka. Sudah tua juga mau.... "
"Mau apa? "
"Ah tidak-tidak, pasti akal-akalan Papa dan mama saja." Rasyad baru menyadari jika alasan orang tuanya itu hanya untuk membuatnya bersama dengan Erina.
"Ya Allah, lalu aku tidur di mana ini?"
Erina bingung.
"Apa di apartemen ini tidak ada yang kosong? Mungkin kita bisa mengewanya barang kali sehari."
"Tidak bisa semudah itu. Banyak prosedurnya.
"Apa aku dengerin saran Mama untuk menginap di hotel ya? Tapi apa dia mau? Sewa dya kamar kali ya. " Batin Rasyad.
Erina berpikir sejenak.
"Oh iya, aku ingat. Di dekat sini ada penginapan sederhana. Mungkin kita bisa jalan ke sana."
"Ide bagus. Mari kita coba."
"Hem... "
Erina mengangguk.
Mereka jalan berdampingan turun ke lantai bawah. Saat keluar dari gedung apartemen, nampak di sekitar sepi. Mereka berjalan ke arah penginapan sekitar 500 meter. Selama dalam perjalanan, tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka.Saat di tengah perjalan, mereka berpapasan dengan laki-laki yang sedang mabuk. Sejak kejadian beberapa hari yang lalu, Erina trauma melihat orang mabuk.Erina yang melihat hal itu pun tanpa sadar langsung memeluk lengan Rasyad.Rasyad yang sadar istrinya ketakutan pun langsung mendekapnya dari samping dan berjalan menghindari orang tersebut.
"Hangatnya." Batin Erina.
Ketika sudah jauh dari orang itu, keduanya sadar dan langsung melepaskan diri.
"Maaf." Ujar Erina.
"Kenapa minta maaf?"
"Em, tidak apa-apa."
Nampak Erina salah tingkah. Rasyad mengulum senyum melihatnya.
Tidak lama kemudian mereka sampai di depan penginapan.
"Di sini?"
"Iya, ayo masuk."
Mereka pun masuk dan menemui resepsionis.
Kali ini Erina yang berbicara dengan resepsionis menggunakan bahasa Prancis.
"Selamat malam, bisa kami bantu."
"Kak, apa masih ada kamat kosong?Kami butuh dua kamar."
"Sebentar saya cek, nona."
Tidak butuh lama mengecek, resepsionis pun mengatakan bahwa tinggal satu kamar saja.
"Bagaimana?" Tanya Rasyad.
"Tinggal satu kamar." Jawab Erina dengan lesu.
Ingin mencari hotel, tempatnya cukup jauh dan sulit mendapatkan taksi di malam hari.
"Apa kamu keberatan kalau tinggal denganku?"
Erina berpikir sejenak.
"Em itu..."
"Ya sudah, kamu ambil saja kamar itu. Aku bisa tidur di mana saja."
"Eh tidak-tidak. Kita ambil satu kamar. Nanti gampang, kamu bisa tidur di sofa." Ujar Erina.
Meski begitu ia tidak mungkin membiarkan Rasyad jadi gelandangan malam ini.
Mereka akhirnya membawa kunci dan berjalan menuju kamar yang dimaksud. Penginapan tersebut hanya terdiri dari dua lantai dan hanya ada 20 kamar. Ternyata kamar mereka ada di paling ujung dan dekat dengan balkon.
Rasyad membuka pintu kamar itu. Kamar berukuran 4 meter dengan fasilitas kamar mandi di dalam, tempat tidur berukuran sedang, laci meja rias, dan ada dua kursi dengan satu meja.
"Tidak ada sofa." Batin Erina.
"Ayo masuk." Ujar Rasyad.
"Eh iya."
Rasyad langsung masuk ke kamar mandi karena dari tadi ia ingin pipis. Sedangkan Erina duduk di atas tempat tidur sambil memperhatikan sekeliling kamar. Pikirannya melanglang buana. Ia tidak habis pikir kepada orang tuanya dan orang tua Rasyad yang kompak membuat mereka kesusahan malam ini.
ceklek.
Rasyad keluar dari kamar mandi. Ia bukan hanya buang air kecil, tapi sekalian mandi. Rambutnya basah, dan saat ini ia hanya mengenakan singlet putih dan celana. Bajunya ia gantung di kamar mandi. Erina langsung memalingkan wajahnya saat tahu Rasyad tidak mengenakan baju.
" Bersiaplah tidur, aku akan tidur di bawah."
"Tapi tidak ada alasnya."
"Aku akan pinjam ke resepsionis. Tenang saja."
Rasyad memakai bajunya lalu keluar dari kamar.
Beberapa saat kemudian, Rasyad kembali dan membawa karpet kecil berukuran satu kali dua meter. Saat masuk, ia tidak melihat keberadaan istrinya. Ternyata rina masih berada di dalam kamar mandi. Ia sedang mencuci muka. Rasyad menggelar karpetnya di depan meja rias.
Tidak lama kemudian, Erina keluar dari kamar mandi tanpa mengenakan jilbabnya. Ia terkejut saat melihat Rasyad sudah berdiri di hadapannya.
Sontak ia kembali menutup pintu kamar mandi dan memakai jilbabnya. Sedangkan Rasyad masih tertegun di tempat.
Saat keluar lagi, Erina sudah mengenakan jilbabnya meski tanpa jarum. Ia memegang bagian dagu dengan tangannya.
"Setakut itu kamu padaku." Batin Rasyad.
"Jadi nggak pa-pa nih kamu tidur di bawah?" Tanya Erina, basa-basi.
"Iya, nggak pa-pa. Daripada nanti aku tidur di atas malah kamu nggak bisa tidur, iya kan?"
Erina menelan salivanya sendiri mendengar perkataan Rasyad. Kali ini ia telah salah paham. Padahal yang dimaksud Rasyad itu karena Erina belum biasa tidur dengan orang lain. Sedangkan dalam pikiran Erina, persepsinya lain. Ia menyangka yang tidak-tidak. Meski begitu Erina bukan gadis polos yang tidak tahu tentang hal itu.
Ia un naik ke atas tempat tidur dan memberikan satu bantal kepada Rasyad.
"Gulingnya cuma satu." Ujar Erina.
"Ya sudah, pakai kamu saja."
Rasyad kembali membuka bajunya dan menyisakan singlet. Lalu berbaring di atas karpet.
Sedangkan Erina berbaring di tempat tidur.
Lampu kamar masih menyala. Tidak ada yang bersuara atau pun bergerak untuk mematikannya. Rasyad pun mencoba memejamkan mata. Beda halnya dengan Erina. Ia masih memainkan handphone-nya dan membaca chat dari saudara-saudaranya. Mereka mengucapkan selamat kepada Erina. Namun yang membuat Erina terbelalak saat melihat isi chat dari sang Bunda.
"Dek, kamu sudah menjadi seorang istri. Belajarlah menjadi istri yang baik. Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Namun kamu sebagai seorang istri harus memahami perasaan suami. Bunda ngerti kamu dan Rasyad mungkin belum terbiasa. Tapi mulailah dari kebiasaan kecil yang nantinya akan membuat kalian saling memahami."
Tiba-tiba perasaan Erina tidak tenang. Walau bagaimana pun Erina pernah belajar tentang ilmu agama. , Sedikitnya ia tahu kewajiban seorang istri.
"Ya Allah.... berdosa ya aku membiarkan suamiku tidur di bawah." Batinnya.
Bersambung
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Semoga kalian berdua segera saling membuka hati, apalagi kedua ortu kalian dah memaksa kalian untuk tinggal bersama ?? Hayo kita semua dah siap nungguin kalian berdua belah duren 🤣🤣🤣🤩🤩🤩🙏