"Mulai sekarang kamu harus jadi Istriku dan juga Ibu sambung dari Ratu!"
"Siapa kamu? apa hak kamu memaksa aku menikah?"
"Aku Ayahnya Ratu! anakku menyukaimu dan aku harus memenuhi keinginan putriku yang ingin kamu menjadi ibunya!"
"Tapi ingat jangan berharap lebih pada ku! karena statusmu hanya Istri Rahasia dan juga Ibu Sambung Ratu!"
Deg!
"Aku belum bilang setuju!"
"Kamu tidak punya pilihan selain setuju!"
****
Nayyara dipaksa menjadi istri rahasia dari CEO Kejam bernama Ravindra dan juga Ibu sambung anak kecil lucu bernama Ratu.
Nayyara tidak bisa menolak karena Ravindra mengancamnya.
Apakah Cinta akan hadir diantara Ravindra dan Nayyara? Atau justru Nayyara pergi setelah memberikan kasih sayang yang tulus pada Ratu?
Simak cerita nya hanya disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon znfadhila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
NAYYARA-16.
Sepanjang perjalanan menuju ke rumah sakit, Nayya terus memeluk Ratu yang panas tubuhnya semakin terasa tinggi, wajah Nayya terlihat panik bahkan hampir menangis.
Ravin yang juga duduk di sebelah Nayya tentu saja merasa heran, Nayya baru kenal dengan putrinya tapi lihatlah kecemasan Nayya begitu nyata, Nayya memang tulus makanya Ratu nyaman dengannya.
'Kenapa dia bisa sekhawatir itu sama orang lain?' batin Ravin bertanya-tanya.
Dia selalu berpikir orang yang mendekati Ratu itu tidak tulus melainkan ingin mencari perhatiannya saja, mungkin Ravin belum menemukan orang yang tulus lagi makanya dia selalu sensitif pada Nayya.
"Ratu sabar ya Nak, sebentar lagi kita sampai di rumah sakit, Ratu harus kuat." bisik Nayya bergetar, dalam hatinya Nayya terus berdoa dan berdzikir, Nayya berharap kondisi Ratu membaik.
"Kalo kamu cape sini biar saya yang gendong." Ravin merasa kasihan melihat Nayya yang pastinya kelelahan menggendong Ratu, tubuh putrinya itu sudah cukup berat saat ini.
Nayya menatap Ravin sebentar sebelum menjawab, tidak lama kemudian Nayya mengangguk.
"Silahkan." Nayya membantu Ravin untuk menggendong Ratu, toh Ravin ayahnya Ratu kan.
Ratu kini berada di gendongan Ravin, tubuhnya bergerak gelisah dan Ravin mencoba menenangkan putrinya itu.
"Ini Papa sayang, jangan takut sebentar lagi kita sampai di rumah sakit, maafin Papa sayang." Ravin jadi merasa berdosa melihat wajah Ratu yang biasanya ceria berubah pucat, meskipun Ratu tidak bisa mendengarnya.
"Pak maaf, tapi lain kali Ratu harus lebih di perhatikan kasian Ratu, dari awal sekolah Ratu bener-bener antusias buat ceritain semuanya sama Bapak, Ratu sering banget bilang kalo dia mau dianter sama Bapak sekolah biar kaya temennya." Nayya memberanikan diri untuk berbicara, ya meskipun dia kesal tapi Nayya tidak mau bicara dengan emosi.
"Saya tau Bapak kerja keras buat Ratu, tapi gak semua bisa diselesaikan dengan uang terutama anak sekecil Ratu, dia masih butuh kasih sayang dari Papa nya." Ravin menatap Nayya tapi kali ini tatapannya tidak tajam seperti biasa.
"Maaf kalo saya lancang, tapi ini semua harus segera di perbaiki kalo terlambat nanti yang jadi taruhannya itu kondisi mental Ratu sendiri." tangan Nayya tidak lepas menggenggam tangan Ratu.
Ravin terdiam, kali ini dia tidak emosi melainkan memikirkan secara matang ucapan Nayya, semua yang terjadi di sekolah bahkan Ravin tidak tau dan kini Ratu malah jatuh sakit.
"Saya mengerti Nayya, terimakasih kamu sudah menemani Ratu selama beberapa hari di sekolah, kedepannya saya pasti akan perbaiki semuanya." ucap Ravin melunak, Nayya cukup terkejut tapi dia lega karena respon Ravin tidak negatif seperti biasanya.
"Sama-sama, semoga kali ini Bapak gak kasih harapan palsu lagi sama Ratu." ujar Nayya, Ravin mengangguk saja.
Di depan Dea dan Raka saling pandang, mereka merasa sedikit lega karena respon Ravin cukup baik kali ini.
Mobil yang dikendarai oleh Raka sampai di rumah sakit, kebetulan rumah sakit itu juga tempat dimana Ayah Nayya di rawat sampai sekarang, kondisinya memang belum ada kemajuan tapi Ravin masih meminta tim dokternya untuk melakukan yang terbaik, Nayya juga tidak berhenti berusaha dan berdoa supaya Ayahnya bisa segera sembuh.
****
Ratu kini sudah masuk kedalam ruang IGD untuk di periksa, penanganan dokter kali ini sangat cepat dan waktu tempuh ke rumah sakit juga tidak terlalu jauh.
Dea dan Raka sudah cemas menunggu, mereka duduk di kursi begitupun Ravin.
Nayya sendiri sibuk mengirim kabar pada Vira sahabatnya, rencananya setelah memastikan kondisi Ratu, Nayya akan menjenguk Ayahnya sekalian.
"Ravin pokoknya kamu harus kasih pelajaran sama keluarga istrimu itu secepatnya! jangan terus di biarin!" Dea tiba-tiba mengomeli Ravin yang duduk di sebelahnya, bahkan Dea sampai memukul Ravin saking kesalnya.
"Mi aku gak biarin mereka, aku pasti bakal bales mereka!" ucap Ravin menggebu.
"Banyak alesan kamu kelamaan, kalo gak bisa biar Papi aja yang urus." cibir Raka kesal, Ravin menghela nafas pelan.
"Setelah kondisi Ratu membaik aku pasti beresin Pi, sekarang aku gamau ninggalin Ratu." ucap Ravin memelas.
"Kemarin kemana aja." sindir Raka.
"Maaf Pi aku salah."
"Ya emang salah, pokoknya kalo Ratu nanti gak mau tinggal sama kamu dan maunya sama Papi kamu gak bisa protes, salah sendiri kecewain anak berkali-kali."
DEG
Ravin seketika terpaku, dia tentu saja tidak ingin Ratu pergi tapi apa yang diucapkan Raka benar adanya.
"Ya bagus lah Pi kalo Ratu gamau lagi sama anak nakal ini, mending sama kita aja aman sejahtera." cerocos Dea mendukung, Ravin langsung muram.
"Mi, Pi aku-" Dea dan Raka kompak mengangkat tangannya.
"Lebih baik kamu cari cara buat hukum mereka." ketus Dea yang sudah sangat kesal, Ratu trauma tapi Tari dan Ibunya masih saja bisa hidup tenang entah apa yang ada di pikiran Ravin saat ini.
Nayya sendiri memilih diam, dia tidak ingin banyak bicara karena bukan ranahnya juga, dia hanya fokus ingin mengetahui kondisi Ratu.
Suasana seketika menjadi hening kembali, namun ponsel Nayya tiba-tiba berbunyi memecah keheningan.
"Maaf Om, Tante saya angkat telpon dulu." ucap Nayya tak enak hati.
"Iya Nayya silahkan." kata Dea ramah, Nayya segera menjauh dia mengangkat telpon dari Vira yang kebetulan sedang datang untuk menjenguk Ayah Nayya.
[Assalamualaikum Vira.]
[Waalaikumsalam Nayya!] suara Vira di sebrang sana terdengar panik, jelas saja Nayya ikut khawatir karena takut terjadi sesuatu yang buruk pada Ayahnya.
[Ada apa Vira? apa terjadi sesuatu sama Ayah?] tanya Nayya bergetar.
[Bukan itu Nayya, kamu harus kesini secepatnya bisa gak? ini darurat.] Nayya semakin takut mendengar ucapan Vira.
[Aku udah di rumah sakit, tapi kasih tau aku dulu sebenernya ada apa? kondisi Ayah engga memburuk kan?] suara Nayya makin bergetar, terdengar di sebrang sana begitu berisik mungkin beberapa dokter sedang berlari masuk ke ruangan untuk memeriksa kondisi Ayahnya Nayya.
[Engga Nayya, justru kondisi Ayah kamu membaik.]
[Maksudnya?]
[Ayah kamu sadar!]
DEG!
[A-apa?]
[Alhamdulillah Nay, Ayah kamu sadar beneran sadar....]
[A-ayah....]
Bersambung........
.
.
rasain noh kenak senggak sama papi raka kn,, makanya jngn ego mulu yg diutamakan ravindra....