NovelToon NovelToon
Love Story About Aminah Maher

Love Story About Aminah Maher

Status: sedang berlangsung
Genre:Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Gondrong Begaol

Aminah hancur berantakan tak berdaya, ketika suaminya yang bernama Galah menceraikannya mendadak. Alasannya, ketidakpuasan Galah terhadap Aminah saat adegan di atas ranjang yang tak pernah memuaskannya.

Galah lelaki Hiperseks, ia selalu berekspektasi berlebihan dalam adegan Hotnya. Belum lagi, Galah kecanduan alkohol yang sering memicu Emosinya meluap-luap.

Dunia mulai berputar dalam beberapa tahun setelah Aminah menjanda dan memiliki anak satu. Ia bertemu dengan lelaki yang lebih muda darinya yang bernama Aulian Maherdika Rahman. Maher keturunan orang kaya dengan lingkungan keluarga yang selalu mencemooh kemiskinan, baik kerabat sekaligus keluarga barunya

Apa yang akan terjadi dengan Aminah dan Maher dalam menghadapi Perasaannya yang sudah tumbuh dan saling mencintai. Hubungan mereka jelas bertolak belakang dengan keluarga Maher yang sombong, Angkuh dan selalu mencemooh Aminah berstatus janda anak satu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gondrong Begaol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arumi Minah

Setelah keadaan membaik, Aminah di perbolehkan pulang oleh Dokter, karena Aminah tidak mengalami luka berat. Kabar itu diterima dengan baik atas Dokter yang sangat ramah. Lalu, Aminah pun turun dari kasur pasien dan mengambil uang pengganti dagangannya yang di berikan oleh Maher.

"Hmm ..." gumamnya setelah mengambil uang yang didalamnya tersimpan kertas bertuliskan nomer Telpon Maher. Aminah lantas membuang kertas itu di tong sampah, ia menganggapnya tidak terlalu penting.

Perlahan berjalan kaki di dalam UGD menuju pintu keluar. Orang-orang begitu ramai dan wajah mereka menunjukan rasa cemasnya karena kerabat atau saudara mereka yang tengah sakit.

Aminah membuang semua pandangan itu, ia tak ingin rasa kecemasannya datang tiba-tiba. Langkah demi langkah dalam keadaan sakit, Aminah memaksakan berjalan perlahan hingga tiba di hamparan parkiran yang luas.

"Duh .., kemana ini?" katanya tak tahu arah pulang.

Selama di Jakarta, Aminah tak pernah menginjakkan kaki nya di RS Gatsu ini. Kesibukannya hanya berjualan, bekerja sebagai buruh cuci serta mengasuh Umar saja. Lalu, ia duduk di pembatas pejalan kaki dengan Parkiran untuk menenangkan dirinya sejenak.

Wajahnya sangat jelas pucat pias karena masih merasakan sakit yang lumayan, tatapannya pun kosong entah apa yang akan di lakukannya, ia kebingungan.

"Minah ..." teriak Arumi di luar RS Gatsu.

Arumi sudah mengecek ke tiap-tiap UGD sampai ke ruangan inap serta menanyakan langsung kepada Suster. Namun, tidak ada pasien bernama Aminah. Arumi kebingungan entah harus kemana lagi mencarinya.

Aminah masuk Rs Gatsu atas nama Maher sebagai penanggung jawab pasien. Wajar saja, Arumi tak menemukan nama Aminah di dalam daftar nama milik Suster.

"Minah ..." teriak kembali Arumi. Kali ini ia benar-benar panik. Karena tak menemukan jejak Aminah. Arumi tau, kalau Aminah tak mengenali daerah ini, padahal tak begitu jauh dari tempat biasa Amina berjualan.

Arumi tak henti ngedumel dan selalu menyalakan Aminah yang tak pernah berkunjung ke daerah kain. "Gini nih, kalo manusia berasal dari planet Mars, ke Rs aja ilang jejaknya" celoteh Arumi dengan kesal.

"Rum ..." teriak Aminah di pembatas antara pejalan kaki dengan parkiran.

"Nah loh, nongol kan batang hidungnya, baru aje gue omongin" ujar Arumi dan menghampirinya dengan wajah kesal.

Arumi tampak kesal dan menghujat Aminah dengan beberapa kata penuh emosi karena mencari nya setengah mati di RS Gatsu.

"Dasar ..., kalo Manusia asalnya dari Planet Mars begini nih bentuknya" kesal Arumi.

"Hehe ..., maaf!" polos Aminah sambil tersenyum tipis.

"Terus, gimana luka lo?"

"lumayan sakit, tapi tidak apa-apa lah"

"Terus orang yang nabrak lo mana? Biar gue hantam sekalian" emosi Arumi meluap.

"Sudah pergi ..."

"Loh kok pergi, gak tanggung jawab banget itu orang! Dah tau masih terluka, malah di cuekin di parkiran" gerutu Arumi.

"Sudah-sudah, Dia tanggung jawab ko" jawab tenang Aminah sambil menunjukkan uang yang cukup banyak.

Arumi melotot seketika, bahkan kedua bola matanya hampir keluar karena melihat uang yang di genggam Aminah lumayan banyak.

"Ini seriusan, Minah?" Kaget Arumi.

"Ya ..., ini dari dia!"

"Wah gokil, orang kaya berarti yang menabrak lo!" jawabnya.

"Mau kaya atau enggak, yang penting kita pulang yuk! Aku ngantuk sekali" kata Aminah, mungkin karena efek obat yang di berikan Dokter hingga membuatnya lemas dan mengantuk.

Arumi segera mengambil Scooternya yang tak begitu jauh dan lekas menaikan Aminah perlahan duduk di belakangnya dan membawa Aminah pulang.

Keramaian mulai memadati Bengkel Mobil mewah yang letaknya ditengah kota Jakarta, mereka berdatangan karena ingin mengecek mobilnya secara berkala. Para karyawan tampak kewalahan, namun mereka tetap semangat mengerjakannya.

Bengkel ini milik Maher, ia mendirikan Bengkel ini sudah berjalan dalam Satu Tahun semenjak menyelesaikan kuliahnya dan menyandang gelar S1 jurusan Otomotif, setelah itu Maher mulai merintis usahanya di bidang otomotif dengan membuka bengkel mobil mewah.

Kecantikannya yang ayu serta sikap cueknya. Telah memadati isi kepala Maher yang tengah duduk di Ruangan yang berdinding kaca. Seketika, aktifitas Maher di ruangan itu terlihat jelas oleh para karyawannya.

"Liat no, Bos lo lagi senyum-senyum sendiri dari tadi" Kata karyawan bernama Robi.

"Maklum, masa puber tiba" jawab salah satu karyawannya bernama Raka yang tengah sibuk mengecek mobil customer.

"Orang tuh ya, kalau habis kecelakaan itu sakit, tidur atau istirahat! Ini malah cengengesan sendiri"

"hikz, hikzhikz .."

Obrolan hangat di antara mereka cukup menambahkan suasana lebih ceria di tengah padatnya mobil yang bergiliran akan diperiksanya.

"Kapan ya, bisa ketemu dia lagi?" Ujar Maher seorang diri sambil memeriksa ponselnya seolah menunggu kabar dar Aminah. Namun sayang, kabar itu takkan pernah ada karena Aminah membuang kertas yang tercatat nomer ponselnya Maher.

"Masya Allah ..., Minah kenapa kamu, kok bonyok begitu kepala mu?" Teriak Mpok Wati.

"Ketabrak, Mpok" jawab Aminah setiba di kontrakan.

"Ya Allah ..., kok bisa! Terus gimana luka mu?"

"Tidak apa-apa, Mpok. Jadi, tak usah khawatir ya" ujar Aminah dengan alasannya berusaha membuat Mpok Wati tidak terlalu mengkhawatirkannya. "Syukurlah .." sambung Mpok Wati.

Aminah melihat sekeliling halaman kontrakan, ia tak melihat Umar yang biasanya jam segini sedang sibuk main. "Mpok, Umar mana ...?" Tanya Aminah.

"Umar sedang tidur, tadi habis makan terus minum susu" jawab Mpok Wati.

"Tumben tuh si jelek jam segini bobo cuantik" sambung Arumi masih teringat atas ejekan Umar sejak pagi tadi.

"Hus ..., ada Ibunya nih, enak saja bilang Umar jelek" celetuk Aminah melototinya.

"Hehehe ..., peace, Minah!"

"Dasar ..."

"Habis anak lo tadi ngejek gue mulu"

"Emang enak ..." jawab Aminah menambahkan kata-kata pantas untuknya.

"Oia, mana uang tadi?" kata Arumi.

"memang untuk apa Rum?"

"Sudah sini, aku minta sebagian saja" jawabnya. "Ya sudah ...," sambung Aminah memberikan sebagian uangnya tanpa curiga di pergunakan untuk apa uang pemberian Maher tadi di Rs Gatsu.

Arumi kembali pergi dengan scooternya sambil mengantongi uang yang di berikan Aminah. Dari laju Scooternya yang terlihat terburu-buru entah kemana arahnya. Membuat Mpok Wati serta Aminah bertanya-tanya.

"Mau kemana, Arumi?" Tanya Mpok Wati.

"Entah lah .." singkat Aminah.

"Hmm ..., ya sudah, kamu istirahat sana!" kata Mpok Wati menyuruhnya istirahat.

Aminah masuk ke dalam Kontrakannya untuk istirahat sejenak. Rasa ngantuk yang luar biasa membuat nya tak bisa menahan diri untuk segera tidur.

Setelah beberap menit berniat untuk tidur, Aminah tak bisa memejamkan kedua matanya, ia hanya menatap langit-langit kontrakannya yang berwarna putih polos. Pikirannya melayang tanpa arah, entah apa penyebabnya.

Tak biasanya bagi Aminah merasakan kesulitan tidur, apalagi kondisi tubuhnya yang terluka dan efek dari obat, seharusnya sudah membuat dia terlelap tidur.

Tiba-tiba pandangannya terhadap langit-langit plafon kontrakan, terlintas seketika wajah Maher saat menyapanya di rumah Sakit dan mengajaknya berkenalan. Senyum sendiri selayaknya orang tidak waras, manik-manik pada wajahnya memenuhi sekitaran kedua pipinya yang mulai memerah malu.

Bahagia, senang atau apa itu, membuat Aminah melupakan segalanya. Dan ingatannya selalu mengarah kepada Maher. Perlahan kata-kata pujian mulai terangkai dengan sendirinya.

"Tampan, lucu dan mmm ..." batinnya memuji Maher.

Lalu, Aminah pun lekas memeluk guling miliknya dengan cepat dan tak henti menciumi guling itu seolah terbayang sedang memeluk seseorang yang di cintainya.

"Minah ...." teriak Arumi sudah tiba di depan kontrakannya dengan berisik.

Seketika Aminah kaget hingga mengusir segala ingatannya dengan cepat karena kedatangan Arumi yang terbiasa membawa kegaduhan.

"Ya ya ..." jawabnya mengeluh dan membuka pintu.

"Nih ..." kata Arumi.

"Apa ini, Rum?" jawab Minah.

"Handphone..."

"Untuk aku, Rum?"

"Iyalah buat lo, masa buat kang kerupuk" jawabnya tercampur jengkel karena sikap Aminah yang begitu polos tak menunjukkan rasa senangnya.

"Hehe ..." polos tawa Aminah.

Arumi menjelaskan soal Handphone yang di belinya. Handphone itu sengaja di belinya dari uang yang di berikan Aminah tadi, Arumi membelikannya untuk memudahkan Aminah berkomunikasi dengan orang-orang sekitar atau orang lain yang belum di kenalinya.

Namun, Aminah tampak tidak terlalu senang bukan alasan karena tidak suka. Melainkan, ia tak bisa menggunakan ponsel yang cukup pintar itu. Ia pun meminta Arumi untuk mengajarinya.

"Dasar ..., pantas saja lo gak keliatan senang, taunya gak ngerti ma nih handpone" celetuk Arumi.

"Hehe ..., maklum dari kampung, Rum" polos tawa sesuai faktanya.

Arumi pun mengajarkan perlahan, dari mulai cara menyalakan ponsel, menambahkan nomer kontak serta menulis pesan dan mengirimnya. Aminah hanya mengangguk dan tetap fokus apa yang di katakan Arumi, sepertinya Aminah tidak begitu kesulitan untuk memahaminya, karena sangat mudah untuk di pelajari.

"Oia, coba kamu simpan nomer ponsel ini" kata Aminah dan sibuk mencari sesuatu di dalam tas kecilnya.

"Nomer siapa?"

"Sebentar, aku cari dulu" jawabnya sibuk mencari nomer yang ada di dalam tas kecilnya. Namun, nomor itu tidak ditemukan di dalam tasnya. Sejenak Aminah mengingat dimana letak nomor itu dengan mengkerutkan kedua alisnya seolah menunjukkan keseriusannya.

"Ehh ..., aku lupa, nomornya ku buang tadi di tempat sampah di Rs!" Ujarnya teramat bodoh.

"Hmm ..., ini nih yang gue bikin kesel ma ni orang" keluh Arumi.

"Hehehe ..., maaf ya"

"Memang nomer siapa yang lo maksud?"

"Nomer Maher ...!"

"Hah ..., Maher" kaget Arumi, tidak biasanya ia menyebut nama lelaki di hadapannya. Yang Arumi tahu, Aminah selalu mengelak soal lelaki karena suatu alasan. Namun, kali ini ia teramat polos mengucapkan nama lelaki yang tak dikenali Arumi.

"Upzz ..., lupa aku" jawabnya polos.

"Hayo, lo mulai jatuh cinta ya?" Cecar Arumi mengejek Aminah sambil menunjuk wajahnya.

"Apaan sih, Rum ..." jawabnya dan mulai menampakan kemerahan pada kedua pipinya.

"Ahh .., bohong lo Minah"

"Serius, Rum ..."

"Terus, Maher itu siapa?" Cecar Arumi dengan pertanyaannya.

"Dia itu yang menabrak aku tadi, dan dia menulis nomor ponselnya di kertas. Tapi, aku buang di tong sampah karena merasa tidak penting juga!" jawab Aminah dengan alasannya.

"Ohh ...," singkatnya dengan menatap lain terhadap Aminah seolah ada yang di sembunyikan darinya. "Terus, kenapa lo sibuk mencari nomernya di dalam tas Lo?" Sambung Arumi memojokkan Aminah.

"Mmm ..., apa ya?" jawab Aminah terlihat akting dengan wajah datar seolah ingin menutupi rasa malunya.

"Bilang aja ma gue, kalo lu udah jatuh cinta sama siapa tuh? Mmm ..., si Maher ya!" Katanya to the point.

"Apaan sih, Rum! Orang aku biasa saja kok, lagi pula aku cuma ingin menyimpan nomer nya saja kok!" Ngeles Aminah dengan alasan yang terlihat kaku.

Arumi pun menertawakannya karena kepolosan Aminah terhadap nomer ponsel yang hendak di simpan di dalam ponselnya. Bagi pemilik ponsel yang sudah mengerti, bila menyimpan nomer seseorang menandakan bahwa orang itu bagian terpenting dalam hari-harinya. Karena kebodohan Aminah yang kurang mengerti dengan hal seperti itu, membuatnya menjadikan bahan tawa bagi Arumi.

"Jangan-jangan, aku jatuh cinta" batin Aminah ditengah tawa Arumi terhadapnya.

1
ErisGTR
mami sebel deh aku klo mami ngomong/Scowl//Scowl/
Gondrongbegaol: hihihi
total 1 replies
ErisGTR
bab ini gue suka, peran Arumi mencolok banget galak nya dan tegas
ErisGTR
galak bener arumi
Gondrongbegaol
hihihi tahan tawa ya
ErisGTR
kebanyak maka daon kaya embe donk Maher
ErisGTR
saking mumet nya perdana menteri jadi kuda ya/Sob//Sob//Sob/
Squad R
ampun ya sama emaknya si Maher,riweh
Gondrongbegaol: kebanyakan makan kolek ya
total 1 replies
Gondrongbegaol
trimaksih abang Inu
Muhammad Ibnu Abdul Aziz
makin seruuuu!!!
Muhammad Ibnu Abdul Aziz
makin seru bacanya!!
Squad R
wkwkwkwkwkwk bener" si Arumi ya bikin ngakak
Squad R
wkwkwkwk dasar arumi/Joyful/
Gondrongbegaol: nyebelin ya
total 1 replies
ErisGTR
cekek aja mbak nir wkwkkw
Gondrongbegaol: mati donk kak/Frown/
total 1 replies
Gondrongbegaol
apes kan di siang bolong wwkw
ErisGTR
robi kena batu nya soi bos wkwkwk
ErisGTR
haha
ErisGTR
kolusi hati, kata dan judul yang jenius Thor, aku suka/Drool/
Gondrongbegaol: hihihi, persengkokolan hati yang berbunga-bunga ya
total 1 replies
Gondrongbegaol
gemes ky author nya ya/Smile//Smile/
ErisGTR
Cerita sehari-hari gue ini wkwkkw
Gondrongbegaol: thanks @erisgtr
total 1 replies
ErisGTR
lucunya Umar seperti anak tetangga/Drool/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!