Di tengah dunia yang hancur akibat wabah zombie, Dokter Linlin, seorang ahli bedah dan ilmuwan medis, berjuang mati-matian untuk bertahan hidup. Laboratorium tempatnya bekerja berubah menjadi neraka, dikepung oleh gerombolan mayat hidup haus darah.
Saat ia melawan Raja Zombie, ia tak sengaja tergigit oleh nya, hingga tubuhnya diliputi oleh cahaya dan seketika silau membuat matanya terpejam.
Saat kesadarannya pulih, Linlin terkejut mendapati dirinya berada di pegunungan yang asing, masih mengenakan pakaian tempurnya yang ternoda darah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penuh Kejutan
Setelah mendapatkan rusa, mereka melanjutkan perjalanan dan menemukan seekor burung pegar beserta sarangnya yang berisi beberapa telur. Yi Hang dengan sigap menangkap burung itu tanpa kesulitan, sementara Linlin mengumpulkan telur-telurnya dengan hati-hati.
“Burung pegar ini enak jika dimasak dengan bumbu rempah,” kata Yi Hang sambil mengikat kaki burung agar tidak kabur.
Linlin hanya mengangguk, tetapi pikirannya masih dipenuhi rasa penasaran terhadap kemampuan Yi Hang. Ia benar-benar terampil, seolah sudah lama hidup di alam liar.
Ketika mereka hendak turun gunung, tiba-tiba suara sistem terdengar di benaknya.
[Ding! Pemilik, ada tumbuhan langka di sekitar! Ini adalah bahan obat yang sangat berharga!]
Linlin langsung berhenti melangkah. “Kakak Yi, tunggu sebentar.”
Yi Hang menoleh. “Ada apa?”
Linlin berpura-pura melihat sekeliling. “Aku rasa ada sesuatu di sekitar sini.”
Yi Hang mengerutkan dahi. “Sesuatu seperti apa?”
Linlin tidak menjawab dan berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh sistem. Setelah beberapa langkah, ia menemukan tanaman kecil dengan bunga berwarna ungu keemasan yang tampak bercahaya di bawah sinar matahari.
[Ding! Selamat! Pemilik menemukan ‘Akar Seribu Tahun’! Tanaman ini bisa memperpanjang umur dan menyembuhkan penyakit berat!]
Mata Linlin berbinar. Tanaman ini sangat berharga!
Ia segera berjongkok dan mulai menggali dengan hati-hati. Yi Hang, yang melihatnya serius, ikut berjongkok di sampingnya.
“Kau tahu tanaman ini?” tanyanya.
Linlin menatapnya sekilas lalu mengangguk. “Ini tanaman obat yang sangat langka.”
Yi Hang diam sejenak, lalu berkata, “Kau tahu banyak tentang tanaman obat?”
Linlin tersenyum kecil. “Bisa dibilang begitu.”
Dalam hati, ia bersyukur sistemnya memberinya informasi yang berguna. Jika tidak, ia mungkin hanya akan melewatkan tanaman berharga ini.
Setelah berhasil mencabut akar beserta tanahnya, Linlin membungkusnya dengan daun lebar agar tetap segar. Mereka lalu melanjutkan perjalanan turun gunung.
Yi Hang meliriknya beberapa kali sebelum akhirnya bertanya, “Kau benar-benar gadis yang menarik.”
Linlin mengangkat alis. “Kenapa?”
Yi Hang tersenyum samar. “Karena semakin lama aku mengenalmu, semakin banyak kejutan yang kau berikan.”
Linlin tertawa pelan. “Kau juga penuh kejutan.”
Mereka saling bertukar pandang sejenak sebelum kembali berjalan.
Yi Hang bukan orang biasa. Dan sepertinya, pria itu pun berpikir hal yang sama tentangnya.
Mereka berjalan turun gunung dengan santai, sesekali berbincang ringan.
Linlin membuka bungkusan makanan yang diberikan oleh wanita yang anaknya ia selamatkan tadi. Di dalamnya terdapat beberapa roti kukus yang masih hangat dan harum.
Tanpa ragu, ia mengambil salah satu roti dan menggigitnya. Rasa lembut dengan sedikit rasa manis dari adonan membuatnya merasa lebih baik setelah perjalanan panjang ini.
Linlin menoleh ke Yi Hang yang berjalan di sampingnya. “Kau mau?” tanyanya sambil menyodorkan roti kukus.
Yi Hang melirik roti itu, lalu menggeleng. “Makan saja. Itu diberikan untukmu.”
Linlin mendengus. “Aku tidak bisa menghabiskannya sendiri. Lagi pula, kau juga butuh tenaga setelah berburu tadi.”
Yi Hang tetap menggeleng. “Aku tidak lapar.”
Linlin mengernyit, lalu mendekatkan roti itu ke mulut Yi Hang. “Makanlah.”
Yi Hang mundur sedikit, tertawa kecil. “Aku tidak butuh.”
Linlin mendecak kesal, lalu dengan cepat mencubit pipi Yi Hang sambil mendekatkan roti itu lagi. “Jangan keras kepala. Kalau kau tidak makan, aku juga tidak mau makan.”
Yi Hang terdiam sejenak, menatap Linlin yang bersikeras. Tatapan gadis itu penuh tekad, seakan tidak akan membiarkannya lolos.
Akhirnya, Yi Hang menyerah dan mengambil roti itu. “Baiklah, baiklah. Aku makan.”
Linlin tersenyum puas dan kembali menggigit rotinya sendiri.
Yi Hang menggigit roti di tangannya, lalu berkomentar, “Terima kasih. Rasanya lumayan.”
Linlin mengangguk. “Iya, cukup enak. Tapi aku lebih suka roti yang sedikit lebih manis.”
Yi Hang tersenyum tipis. “Aku bisa membuatkan untukmu nanti.”
Linlin menatapnya heran. “Kau bisa membuat roti?”
Yi Hang mengangguk santai. “Aku bisa banyak hal.”
Linlin mencibir sambil melipat tangan di depan dada. “Kau ini seperti seorang wanita, semua hal bisa kau lakukan. Memasak, berburu, bahkan mengurus rumah. Apakah ada sesuatu yang tidak bisa kau lakukan, Tuan Yi Hang?”
Yi Hang terkekeh ringan, lalu melirik Linlin dengan tatapan menggoda. “Dan kau seperti seorang pria. Tidak bisa mengerjakan pekerjaan dapur, tapi punya kekuatan luar biasa. Bisa mengangkat seorang wanita dan membuangnya keluar begitu saja. Aku bahkan tidak yakin siapa yang lebih kuat di antara kita.”
Linlin mendelik, teringat kembali kejadian saat ia mencengkeram dan mengangkat Jia Li tanpa kesulitan. “Itu hanya refleks,” elaknya sambil menoleh ke samping, berusaha menyembunyikan ekspresi wajahnya.
Yi Hang tertawa kecil. “Refleks yang luar biasa. Aku belum pernah melihat wanita lain sekuat itu.”
Linlin mendengus dan menendang kerikil di jalan setapak. “Jangan menggodaku.”
Yi Hang hanya tersenyum, lalu menambahkan, “Aku hanya mengatakan yang sebenarnya.”
Mereka terus berjalan menuruni gunung, sesekali saling melempar ejekan sambil tertawa.
Setelah perjalanan panjang dari gunung, Yi Hang dan Linlin akhirnya tiba di rumah. Yi Hang menaruh hasil buruannya, lalu mengibaskan debu dari pakaiannya, dan menoleh ke Linlin.
"Aku akan memasak siang dulu. Kau istirahat saja," ujarnya sambil berjalan menuju dapur.
Linlin menghela napas dan mengangguk. Ia memilih duduk di bangku kayu di depan rumah, membiarkan tubuhnya sedikit rileks. Pandangannya menyapu suasana desa yang masih ramai. Penduduk berlalu lalang, ada yang membawa keranjang berisi hasil panen, ada yang sibuk berbincang, dan beberapa anak kecil berlarian di tanah yang berdebu.
Beberapa penduduk yang mengenalinya dari kejadian kemarin mulai menyapa.
"Nona, selamat sore!" seorang wanita tua melambai ke arahnya.
Linlin tersenyum tipis dan membalas sapaan itu.
Seorang pria paruh baya yang membawa setumpuk kayu berhenti sejenak di depan rumah Yi Hang. "Aku masih tak percaya anak itu bisa hidup lagi. Kau benar-benar luar biasa!" katanya dengan mata penuh kekaguman.
Linlin hanya mengangguk sopan. "Aku hanya melakukan yang bisa kulakukan," jawabnya sederhana.
Beberapa ibu-ibu yang berkumpul tak jauh dari sana berbisik-bisik sambil melirik ke arahnya.
"Dia cantik, pintar, dan baik hati. Sepertinya cocok dengan Yi Hang..."
"Ah, aku juga berpikir begitu! Mereka terlihat serasi. Apalagi Yi Hang sudah melewati waktu nikah seharusnya."
Linlin bisa mendengar mereka, tetapi memilih untuk mengabaikannya. Ia malah sibuk mengamati suasana desa. Hanya dalam waktu singkat, ia sudah cukup dikenal di sini.
Dari dalam rumah, suara Yi Hang terdengar memanggil. "Linlin, masuklah. Makanannya sudah siap!"
“Baik! Aku datang.” jawab Linlin
Linlin bangkit, membersihkan sedikit debu dari pakaiannya, lalu melangkah masuk ke dalam rumah, siap menikmati makanan yang disiapkan Yi Hang.