Karya ini menceritakan tentang seorang karakter utama yang di reinkarnasi menjadi semut di dunia fantasy.
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HZ77, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Buruk
Pagi itu, hutan tampak gelap, terselimuti kabut tebal yang menggantung di udara. Matahari tertutup oleh awan mendung, membuat suasana semakin suram. Namun, bagi Ryzef, hal itu bukanlah masalah. Hari ini, ia berniat berlatih sihir secara serius.
Setelah berjalan beberapa saat meninggalkan sarang, ia mulai mencari tempat yang cocok untuk latihan. Matanya menangkap sebuah bebatuan besar di kejauhan, samar-samar terlihat di balik kabut tebal.
Namun, langkahnya terhenti ketika melihat sesuatu di tanah.
Genangan darah.
Warna merah pekat itu membentuk jejak yang mengarah langsung ke bebatuan besar tersebut.
Ryzef mengerutkan alisnya. "Apa yang terjadi di sini?"
Ia berpikir sejenak. Dengan persiapan yang minim, melangkah ke arah itu mungkin bukan ide bagus. Apalagi, ia baru saja bertarung dengan kera dan anjing api beberapa waktu lalu. Jika ada sesuatu yang lebih berbahaya di sana, ia tidak ingin mati konyol hanya karena rasa penasaran.
Akhirnya, ia memilih tempat lain yang lebih aman.
Di tempat yang cukup lapang dan jauh dari bahaya, Ryzef mulai melatih kontrol mananya.
Ia menutup matanya, merasakan aliran energi dalam tubuhnya, lalu mencoba mengumpulkan mana di satu titik.
Sedikit demi sedikit, bentuknya mulai terlihat.
Awalnya, itu hanya sekumpulan benang halus yang berkilauan seperti cahaya bintang. Namun, semakin ia menuangkan mana, benang itu mulai menebal, berubah menjadi seperti tali tambang.
Ryzef membuka matanya dan menatap hasil eksperimennya.
"Ini… bentuk sihirku?"
Ia sedikit terkejut, tetapi juga penasaran. Ia mencoba memperbesar ukuran energi tersebut, mengubah bentuknya dengan imajinasiNya.
Saat itu, tanpa sadar…
Bayangan dari kehidupan sebelumnya muncul di benaknya.
Gambaran sebuah skop semen yang selalu ia pegang sebagai kuli bangunan.
Dan dalam sekejap, mana di tangannya berubah bentuk.
Sebuah skop semen, berwarna biru pucat dengan pegangan kayu yang familiar.
Ryzef terdiam, matanya membesar melihat alat yang seharusnya tidak ada di dunia ini.
Ia mengulurkan tangan, memegang skop tersebut dengan perasaan campur aduk.
"Rasanya sudah lama sekali aku tidak memegangmu..." ucapnya lirih.
Kenangan tentang pekerjaannya sebagai kuli bangunan berputar di kepalanya.
Betapa setiap hari ia harus mencampur semen, mengangkat batu bata, dan bertarung dengan panas terik. Itu adalah kehidupan lamanya… kehidupan yang sudah tidak ada lagi.
Namun, sebelum ia tenggelam dalam nostalgia, pikirannya bergeser ke arah yang berbeda.
"Tunggu… kalau ini benar-benar skop, apakah aku bisa menggunakannya sebagai senjata?"
Ia mulai membayangkan mengayunkan skop ini ke kepala lawan, menghancurkan armor, bahkan mungkin menggali jebakan untuk musuhnya.
Namun, sebelum ia bisa mencoba apa pun…
Mana di tubuhnya mulai habis.
Kepalanya terasa pusing, tubuhnya melemah, dan pandangannya mulai kabur.
Ia menyadari sesuatu. Terlalu banyak menggunakan mana bisa menyebabkan kelelahan yang serius.
Skop sihirnya perlahan menghilang…
Dan tanpa sempat berbuat apa-apa lagi, Ryzef tumbang ke tanah.
Tak sadarkan diri.
Ryzef membuka matanya perlahan. Pandangannya masih buram, tetapi ia langsung merasakan ada yang aneh.
Ia tidak lagi berbaring di tanah hutan yang dingin dan keras, melainkan di atas kasur yang empuk. Selimut lembut membungkus tubuhnya, dan udara sekitar terasa hangat serta nyaman.
"Apa ini...?" gumamnya.
Ruangan di sekelilingnya tampak asing. Pilar-pilar marmer berdiri kokoh, dindingnya dihiasi ukiran emas, dan lampu gantung kristal berkelap-kelip di langit-langit.
Namun, hal paling aneh yang ia sadari adalah tubuhnya sendiri.
Tangannya tidak lagi berupa kaki serangga. Ia memiliki jari. Kulitnya halus, tidak ada lagi cangkang keras khas semut. Saat ia menyentuh wajahnya, tidak ada lagi rahang tajam atau antena.
"Aku... kembali jadi manusia?!"
Di sampingnya, seorang gadis berambut perak duduk dengan anggun di kursi. Dia mengenakan gaun mewah, dengan mahkota kecil bertengger di kepalanya.
Ryzef terdiam beberapa detik sebelum akhirnya berucap, "Livia?"
Livia menoleh dan tersenyum lembut. "Oh, akhirnya kau bangun, Yang Mulia."
“Yang Mulia?” Ryzef mengulang dengan ekspresi kosong.
Belum sempat ia mencerna situasi, sebuah pintu besar terbuka secara dramatis.
BRAK!
Masuklah seorang pria tua berjubah panjang, dengan janggut putih mengalir hingga ke lantai. Di belakangnya, pasukan ksatria berbaju zirah lengkap berdiri dengan sikap hormat.
"Paduka Kaisar! Akhirnya Anda terbangun!" seru pria tua itu sambil berlutut.
“KAISAR?! SIAPA?!” Ryzef menoleh ke kanan-kiri, mencari siapa yang disebut-sebut sebagai Kaisar.
Ksatria-ksatria itu membungkuk dalam. "Anda, Kaisar Agung Ryzef, Penguasa Kekaisaran Semut, Sang Penakluk Seribu Koloni!"
"Tunggu sebentar, aku tidak pernah mendaftar jadi Kaisar!"
Livia tertawa kecil. "Kau bercanda, kan? Kita sudah memerintah bersama selama bertahun-tahun."
"TIDAK ADA YANG LUCU! APA INI SEMACAM PRANK?"
Tiba-tiba, lantai bergetar hebat.
Seorang prajurit berlari masuk dengan wajah panik. "Paduka! Musuh telah menyerang gerbang istana!"
Ryzef ingin bertanya siapa musuhnya, tapi suara keras terdengar dari luar.
"KAISAR SEMUT! KELUARLAH DAN HADAPI AKU!"
Langit tiba-tiba berwarna merah darah, dan sesosok makhluk raksasa muncul di cakrawala.
Seekor katak.
Namun, bukan sembarang katak. Tubuhnya sebesar gunung, matanya menyala keemasan, dan di punggungnya ada seratus pedang raksasa yang melayang-layang di udara.
"AKU ADALAH RAJA KATAK ABADI! DAN HARI INI, KAU AKAN KUTELAN HIDUP-HIDUP!"
Ryzef hanya bisa membeku. “APAAN LAGI INI?!”
Livia menghela napas, bangkit dari kursinya, dan menyentuh bahu Ryzef.
"Sudah waktunya kau bangun, Ryzef."
"Hah? Maksudmu apa—"
Tiba-tiba, segalanya berubah menjadi putih.
Di dunia nyata…
Ryzef terbangun dengan wajah tertanam di tanah, tubuhnya masih dalam bentuk semut.
Ia menatap langit dengan ekspresi kosong. “Apa-apaan tadi…? Aku bahkan tidak bisa memahami alurnya.”
Ia bangkit perlahan, merasa lelah hanya karena bermimpi terlalu absurd.
Dari dalam pikirannya, suara ‘Pemandu’ terdengar dengan nada menyindir.
[Selamat datang kembali, Pangeran Mimpi Buruk.]
"...Diam."