Seruni, memiliki fisik yang tidak sempurna, karena cacat sejak lahir.
Sehingga kedua orang tuanya tidak menginginkan dirinya dan di minta untuk di bawa pergi sejauh mungkin.
Namun, meskipun terlahir cacat, Seruni memiliki bakat yang luar biasa, yang tidak semua orang miliki.
Karena bakatnya itu, ternyata membuat seorang CEO jatuh cinta kepadanya.
Bagaimana kisah selanjutnya? Penasaran? Baca yuk!
Cerita ini adalah fiktif dan tidak berniat untuk menyinggung siapapun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33
Mereka berbincang-bincang tentang Seruni, Saskia dan Farhan menghormati keputusan Kosim dan Sari yang tidak ingin memberitahu hal itu sekarang.
Jika mereka berada di posisi Kosim dan Sari, mungkin mereka juga akan melakukan hal yang sama.
"Nak Jovan, apa kamu mencintai anak bapak?" tanya Kosim.
Jovan menoleh lalu mengangguk. "Iya Pak, sejak pertama kali melihatnya," jawab Jovan jujur.
Kosim tersenyum, ia menyayangi Seruni seperti anak kandungnya sendiri. Jika ada seorang pria yang mencintai putrinya dengan tulus, tentu saja Kosim akan bahagia.
"Apa kamu tidak menyesal?" tanya Sari menimpali sekaligus meyakinkan.
"Tidak Bu, mencintai seseorang, fisik bukanlah ukuran. Seruni juga tidak ingin di lahirkan seperti itu, justru karena tidak kesempurnaan nya lah membuat aku ingin sekali melindunginya," jawab Jovan tanpa ragu.
Jovan sudah memantapkan hatinya dan pilihannya tidak akan salah menurutnya. Karena menurutnya Seruni adalah istimewa.
Saskia dan Farhan juga mendukung keputusan Jovan. Karena keduanya juga menyukai gadis itu.
Mereka menoleh ke arah Seruni dan Dian yang sedang mengobrol tadi. Ternyata keduanya sudah tidak ada di dalam ruangan ini.
Farhan dan Saskia meminta putranya untuk mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu, jika Seruni mau, mereka akan langsung di nikahkan.
Jovan tersenyum, perasaannya begitu senang. Hanya tinggal menunggu waktu saja untuknya mengungkapkan perasaannya.
"Oh iya Pa, mama besok sudah boleh pulang," kata Saskia.
"Tapi mama belum pulih sepenuhnya," ujar Farhan.
"Hanya tinggal menunggu pemulihan saja, di rumah juga bisa dan dokter sudah memberikan obat untuk lukanya," ungkap Saskia.
Saskia sebenarnya tidak betah lama-lama di rumah sakit. Walau pun fasilitas nya lengkap, namun tetap saja dia merasa bosan.
"Bagaimana dengan pelaku penusukan itu?" tanya Farhan.
"Sudah tertangkap Pa, bahkan pelaku utamanya juga sudah tertangkap," jawab Jovan.
Jovan menceritakan tentang dua orang yang di bayar oleh Anita untuk mencelakai Seruni. Betapa terkejutnya mereka setelah mengetahui semuanya.
Apalagi Saskia dan Farhan yang tidak menyangka jika Anita akan berperilaku seperti itu.
Jadi Farhan menyimpulkan jika Sekar masuk ke rumah sakit ada hubungannya dengan kejadian ini.
Kemudian Seruni dan Dian pun masuk. Keduanya ikut bergabung dengan orangtuanya.
"Jovan, sebaiknya kamu antar Seruni pulang dulu. Sejak kejadian itu dia tidak pulang ke rumah," kata Saskia.
"Iya Ma," ujar Jovan. Kemudian Jovan membawa Seruni pulang. Kosim, Sari, dan Dian juga ikut pamit pulang, karena Saskia sudah ada yang menjaganya.
"Ibu dan bapak tidak bersama kita?" tanya Seruni setelah Jovan meminta Seruni untuk masuk dan memasang sabuk pengaman untuk Seruni.
"Mereka menggunakan mobil lain," jawab Jovan lalu menjalankan mobilnya perlahan.
Kemudian mobil pun melaju, namun arah tujuannya bukan ke rumah yang di tempati oleh Seruni, melainkan ke tempat lain.
Seruni melihat arah yang di lewati oleh Jovan berbeda, dia pun bertanya.
"Katanya mau pulang, tapi kok ini jalannya berbeda? Kita mau ke mana?"
"Nanti juga akan tahu," jawab Jovan.
Ternyata Jovan membawa Seruni ke restoran. Setelah membicarakan masalah pernikahan, Jovan pun ingin secepatnya mengutarakan isi hatinya pada Seruni.
Jovan mempersilakan Seruni untuk keluar setelah mereka tiba di tempat tujuan. Jovan pun membawa Seruni masuk ke dalam restoran.
Jovan menyewa satu ruangan untuk mereka makan berdua. Karena tanpa persiapan, tidak ada acara romantis seperti hiasan dekorasi dan sebagainya.
"Silakan Tuan," ucap pelayan sambil membuka pintu ruangan tersebut. Mereka di layani dengan istimewa, karena yang menyewa tempat seperti ini sudah pasti orang kaya.
"Terima kasih," ucap Seruni, namun Jovan hanya mengangguk.
Jovan pun memesan makanan untuk mereka berdua. Pelayan pun mencatat pesanan mereka. Kemudian pamit untuk menyiapkan pesanan mereka.
"Kenapa harus ke tempat seperti ini? Pasti mahal, kan?" tanya Seruni.
"Tidak apa-apa, sesekali kita perlu makan di luar," jawab Jovan.
"Orang kaya mah bebas," ujar Seruni.
Beberapa menit kemudian pesanan mereka pun tiba. Pelayan mengantar beberapa makanan lainnya yang tidak mereka pesan.
"Maaf Tuan, ini adalah bonus, jadi kami memberikan nya secara cuma-cuma," kata pelayan menjelaskan.
"Terima kasih," ucap Jovan dan Seruni secara bersamaan.
Setelah pelayan pergi, mereka pun mulai makan. Seruni tidak bisa bayangkan tagihan nya pasti akan mahal. Tapi Jovan yang membawanya ke sini, dia ikut saja.
Seruni sudah mulai terbiasa saat Jovan menyuapi nya. Apalagi ini tempatnya tertutup, jadi Seruni tidak perlu malu-malu lagi.
Setelah selesai makan, Seruni mengajak Jovan untuk pulang. Karena sudah selesai, jadi apalagi yang harus di tunggu? Begitulah pemikiran Seruni.
"Sebentar, ada sesuatu yang ingin aku omongin," kata Jovan.
Seruni mengangguk lalu meminta Jovan untuk langsung berbicara saja. Seruni juga tidak ingin Jovan bertele-tele.
"Aku menyukaimu, mau kah kamu menikah denganku?"
Seruni menatap Jovan terutama pada matanya, karena menurutnya, ketulusan seseorang bisa di tebak dari matanya. Namun Seruni tetap ingin meyakinkan nya.
"Apa Mas sadar dengan yang Mas ucapkan?" tanya Seruni.
"Sadar, sesadar sadarnya," jawab Jovan.
"Masih banyak cewek di luaran sana yang lebih baik dan lebih sempurna Mas, tapi kenapa Mas pilih aku?"
"Tidak ada alasan untuk itu, karena mencintai seseorang tidak butuh alasan. Jujur sejak pertama melihatmu aku sudah jatuh cinta. Dan juga, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, karena kesempurnaan hanyalah milik Allah."
"Tapi Mas aku ...."
"Kenapa kalau tidak punya tangan? Aku rela menjadi tanganmu. Aku hanya ingin jawaban dari mu, iya atau tidak."
Seruni menunduk, jujur dia suka dengan Jovan. Hanya saja dia merasa dirinya tidak layak untuk berdampingan dengan Jovan.
"Beri aku waktu Mas, aku ingin meyakinkan hatiku dengan meminta petunjuk kepada Allah."
Jovan pun mengangguk, ia menganggap jika Seruni mau menerimanya. Kemudian Jovan memberi waktu tiga hari untuk Seruni membuat keputusan.
Seruni merasa waktu tiga hari terlalu singkat, kemudian Jovan meminta waktu dua hari, Seruni protes karena waktunya semakin di maju kan. Akhirnya Seruni setuju akan memberikan kepastian dalam waktu tiga hari.
Kemudian pelayan masuk dengan membawa struk pembayaran, Jovan menyerahkan kartunya untuk di gesek.
Tidak berapa lama pelayan datang kembali dengan memberikan kartu milik Jovan.
"Ayo kita pulang," ajak Jovan, Seruni pun mengangguk.
Di dalam mobil, Jovan memasang sabuk pengaman pada Seruni. Dan Jovan seperti sengaja mendekatkan wajahnya ke wajah Seruni.
Sehingga hembusan nafas keduanya saling bertukar. Seruni kali ini merasakan debaran jantungnya yang semakin berdebar.
Mungkin karena dia sudah mengetahui perasaan Jovan yang sesungguhnya kepadanya.
Bahkan Jovan seperti sengaja berlama-lama memasang sabuk pengaman itu. Seruni memejamkan matanya menahan gejolak di dadanya.
Sumpah demi apapun, rasanya ingin sekali Seruni melompat dari situ. Namun Jovan malah terlihat biasa-biasa saja.
Seruni kembali membuka matanya, ternyata Jovan sudah selesai dan tersenyum manis kepadanya.
semangat /Heart//Heart//Heart/
semangat
02
11.10
09
2138
lanjut lagi kak up
semangat, sehat selalu /Heart//Heart//Heart/