My Best Enemy

BEL istirahat sudah berbunyi. Zeva bertopang dagu, menatap gurunya yang berlagak centil kepada siswa yang tampan. Bulu kudunya seketika berdiri.

" Alan, Xavier, kalian berdua bantu ibu bawa barang ibu je ruang gu, ya. " Ucap guru Geografi yang bernama Bu Yasmin. " Dan kamu , Zidan tolong bantu ibu bawa kertas ini ke fotocopy depan, soalnya mesin fotocopy di kantor lagi rusak. "

Zeva berdecak karena dengan jiwa julid yang sedang bergejolak. " Dasar Janda bungan raflesia, sukannya ama berondong. "

Ya, meski tergolong cukup muda 27 tahun, Bu Yasmin itu sudah bercerai dengan suaminya. Sikapnya yang lemah lembut di depan murid laki-laki, dan sedikit ketus sikapnya jika sedang berhadapan dengan murid perempuan pun terkenal di SMA Cendrawasih. Bu Yasmin memang kurang di sukai oleh beberapa siswi. Pasalnya ia selalu memberikan nilai plus bagi siswa yang tampan, tapi untuk siswi malah kebalikannya.

" Gitu-gitu dia itu guru, loh." Ucap Ansel menasehati teman sebangku yang kouta akhlaknya terbatas alias bukan unlimited itu.

" Yang bilang kalau dia supir gue itu siapa? " Balas Zeva dengan nada ketusnya. " Lagian . Seharusnya sebagai guru harusnya dia memberi contoh yang baik untuk para muridnya. Ini malah kebalikannya, Ke sekolah bukannya ngajar malah godain cowok-cowok ganteng. " ucapnya penuh dengan dendam.

Zeva mengamati gerak-gerik Bu Yasmin yang berjalan beriringan dengan Zidan. Bu Yasmin tersenyum genit menatap Zidan lalu mengedipkan sebelah matanya.

Bulu kudu Zeva berdiri. " Astagfirullah. Ntar kalau nikah, gue nggak mau punya rumah yang dekat dengan Bu Yasmin. Bisa-bisa suami gue oleng. "

Ansel terkekeh. " Udah, ah. Mending kita ke kantin aja, yuk? " ajak nya.

Zeva melirik sekilas ke meja Melisa yang berada di dekat pintu kelas. " Nggak keponakan , Nggak tantenya, modelannya samaan kalau di sekolah. "

Untungnya tidak sampai terdengar sampai ke telinga Melisa. Kalau iya, bisa terjadi perang dunia ketiga setelah itu. Zeva dan Ansel pun berjalan menuju kantin. Sesampainya di kantin Ansel langsung mencari meja kosong. Sedangkan Zeva menghampiri kedai Mpok Sita untuk memesan makanan.

" Kiw, Mpok Sita." sapanya kepada ibu kantin ang berumur dua puluh enam tahun itu.

Mpok Sita melirik sebentar, lalu ..... PLAK ia memukul tangan Zeva yang hendak mencomot kerupuk pangsit di toples.

" Aduh!!! "

" Kebiasaan main comot aja!!!" ucap Mpok Sita garang.

" Hehehhehehe. " Zeva menyengir. Lalu tiba-tiba ia melihat cincin yang melingkar di jari manis Mpok Sita. " Eh, mpok Sita udah di lamar sama Pak Joko? "

Raut wajah Mpok Sita berubah menjadi ceria. " Iya, dong. Semalem mas Joko ngajak Mpok jalan\=jalan di jembatan pelangi sambil makan es krim goreng." Ucapnya dengan raut wajah bahagianya. " Abis itu, Mas Joko berlutut di depan Mpok, terus ngasih cincin sambil bilang, kalau gak salah bilang gini. ' will you merry krismes.' "

Zeva mengatupkan bibirnya menahan tawa agar tidak meledak saat itu juga. " Jembatan pelangi? Makan es krim goreng?udah kaya parodi full house thailand aja." ucap Zeva di dalam hati.

" Pas mas Joko bilang ' will you merry krismes'." muka Mpok langsung panas. Kalau kata di film-film katanya bleaching."

" Nggak bisa ini nggak bisa di tahan, bleaching apa lagi ini?!!" ucapnya di dalam hatinya Zeva.

"AHAHAHAHAHAHA ...... ADUHH ZEVA NGGAK BISAAAA????!!!!! "

Zeva tertawa terpingkal- pingkal dengan sebelah tangan memegang gerobak mie ayam dan sebelahnya lagi memegang perutnya. Ia mengusap air matanya yang keluar akibat terlalu banyak tertawa.

sampai-sampai hidungnya mengeluarkan suara ngorok seperti babi.

" Kamu kenapa sih? Kerasukan? " ujar mpok Sita yang kebingungan dengan Zeva yang malah tertawa.

" Jadi, gini Mpok, Ahahaha ..... Astagfirullah. " Zeva pun menarik nafas panjang sebelum melanjutkan kata-katanya. " Kalau di lamar itu bukan will you merry kerismes, tapi will you marry me. " jelas Zeva di sisa-sisa tawanya yang di usahakan untuk berhenti. " Terus tadi apa? Pipi Mpok panas jadi bleaching kaya di film-film?"

Mpok Sita mengangguk.

" Ahahahahaha ...... Aduh, Mpok itu bukan Bleaching, tapi Blushing. Bleaching mah buat warnain rambut. " Zeva memejamkan matanya saking tidak bisa menahan tawanya.

" Oalah, Mpok mana ngerti bahasa korea. " Mpok Sita tersenyum malu-malu sambil mengibas-ngibaskan tangannya.

" Hah? Korea? "

" Iya, itu bahasa korea kan? "

Seperkian detik Zeva diam untuk mencerna ucapan Mpok Sita. Kemudian kembali tertawa lagi. " AHAHAHAHAHA!!! Aduh ..... Gue pingin pipis. Ya, allah kebengekan apa lagi ini..." ujarnya.

Sementara Mpok Sita hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Zeva. Gadis itu sibuk menengkan diri. Kalau begini terus ia tidak akan jadi makan siang dan Ansel bisa ngamuk setelah itu. Lalu tuba-tiba terlintas sebuah kabar hot di kepala Zeva yang mungkin bisa di bagikan kepada mpok Sita.

" Eh, Mpok . Bu Yasmin lagi di fotocopyan di luar, bisa-bisa dia godain Pak Joko di gerbang. Kan, mpok tau sendiri Bu Yasmin gimana. "

" Bu Yasmin? Serius? " ucap Mpok sita.

Zeva mengangguk antusias, " Serius Mpok. Emang muka Zeva ada tampang-tampang pembohongnya. "

" Tampang kamu itu tampang kriminal. Tiap liat, bawaannya mau gampar. " balas mpok Sita dengan sarkas.

" Mpok, kalau mau melampiaskan emosi jangan ke Zeva, ke Bu Yasmin aja sana. " ujar zeva.

" Ya , udah kamu temenin Mpok ke gerbang. " pintanya.

Mpok Sita pun menarik tangan Zeva. Wanita itu berjalan menuju gerbang dengan semangat membera. Bahkan Zeva yang di tariknya pun hanya diam melihat kobaran api dari mata Mpok Sita.