Di dunia yang dikuasai oleh kultivasi dan roh pelindung, seorang putri lahir dengan kutukan mematikan—sentuhannya membawa kehancuran. Dibuang oleh keluarganya dan dikhianati tunangannya yang memilih saudara perempuannya, ia hidup dalam keterasingan, tanpa harapan.
Hingga suatu hari, ia bertemu dengan pria misterius yang tidak terpengaruh oleh kutukannya. Dengan bantuannya, ia mulai membangkitkan kekuatan sejatinya, menyempurnakan kultivasi yang selama ini terhalang, dan membangkitkan roh pelindungnya, **Serigala Bulan Biru**.
Namun, dunia tidak akan membiarkannya bangkit begitu saja. Penghinaan, kecemburuan, dan konspirasi semakin menjeratnya. Tunangan yang dulu membuangnya mulai menyesali keputusannya, sementara sekte-sekte kuat melihatnya sebagai ancaman.
Di tengah pengkhianatan dan perang antar kekuatan besar, hanya satu hal yang pasti: **Pria itu akan selalu berada di sisinya, bahkan jika ia harus menghancurkan dunia hanya untuknya**.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon `AzizahNur`, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 : Harta atau Nyawa
Xiaolin terdiam. Cincin permata merah yang ada di jarinya. Meskipun belum sepenuhnya mengerti, Xiaolin merasa ada benang merah yang menghubungkan apa yang dikatakan oleh Sesepuh Wang dengan apa yang ia alami di hutan bersama pria misterius itu. Dia mendapati dirinya bertanya-tanya dalam hati, apakah cincin itu benar-benar milik Zhang Qiling? Jika ya, maka pria itu benar-benar memiliki kekuatan luar biasa yang tidak bisa dijelaskan oleh logika.
"Jadi... apakah dia selalu tampil dengan tubuh yang berbeda, atau ada cara lain untuk mengenali dirinya?" Xiaolin bertanya lagi, sedikit kebingungan, mencoba menggali lebih dalam.
Sesepuh Wang tersenyum bijak. "Tidak ada yang bisa mengenalinya dengan pasti. Mungkin, hanya mereka yang memiliki hubungan tertentu dengan Zhang Qiling yang dapat merasakannya. Mungkin, jika kamu memiliki keberuntungan atau keberanian yang cukup, kamu bisa merasakannya di hadapannya. Tapi hanya itu yang bisa aku katakan."
Xiaolin mengangguk pelan, merenung. Dalam hatinya, ia mulai merasakan ada banyak teka-teki yang harus dipecahkan. Seseorang yang begitu kuat dan misterius, yang bahkan nama dan wujudnya pun tersembunyi, namun kini terhubung dengan dirinya melalui cincin tersebut.
"Sesepuh Wang," Xiaolin berkata setelah beberapa saat, "apakah ada yang bisa saya lakukan untuk mengetahui lebih banyak tentang dia? Saya merasa ada sesuatu yang besar yang akan datang, sesuatu yang tidak bisa saya hindari. Saya tidak ingin terjebak dalam permainan yang lebih besar tanpa memahami apa yang sedang terjadi."
Sesepuh Wang menatapnya lama. "Kamu sudah berada di jalan yang tidak bisa mundur, Xiaolin. Apa yang datang akan datang, dan apa yang akan kamu lakukan dengannya bergantung pada keputusanmu. Terkadang, kita hanya perlu berjalan dan mempercayai langkah kita, bahkan jika itu penuh misteri."
Xiaolin menatap tanah sejenak, merenung. Ada rasa kebingungan yang mendalam dalam dirinya, tetapi juga sebuah tekad yang mulai menguat. Ia merasa bahwa pria itu, Zhang Qiling, entah bagaimana terhubung dengan masa depannya. Namun, ia juga tahu bahwa jawaban-jawaban untuk semua pertanyaannya mungkin tidak akan mudah ditemukan.
Sebelum beranjak, Xiaolin berbalik ke Sesepuh Wang sekali lagi. "Terima kasih, Sesepuh Wang. Saya akan memikirkan apa yang kamu katakan."
Dengan itu, Xiaolin melangkah pergi, pikirannya masih dipenuhi dengan pertanyaan dan perasaan yang sulit untuk dipahami. Apa yang sebenarnya terhubung antara dirinya dan Zhang Qiling? Dan apa yang harus dilakukan selanjutnya? Semua itu tetap menjadi teka-teki yang harus ia pecahkan, namun satu hal yang jelas—jalan di depannya semakin rumit dan penuh misteri.
*****
Xiaolin berjalan dengan langkah cepat menuju desa, pikirannya masih berputar tentang segala hal yang baru saja dia dengar. Sesepuh Wang, Zhang Qiling, cincin merah yang terasa begitu penuh misteri. Semua pertanyaan itu menggelisahkan hatinya, tetapi dia tak bisa membiarkannya menghentikan langkahnya. Desa sudah di depan mata, dan dia ingin kembali ke tempat yang aman. Namun, takdir sepertinya memiliki rencana lain.
Ketika Xiaolin menuruni jalan setapak yang sempit menuju desa, tiba-tiba suara langkah berat terdengar dari belakang. Ia menoleh, dan matanya bertemu dengan sosok-sosok yang menghalangi jalannya. Beberapa pria berbadan kekar dengan senjata terhunus, mengenakan pakaian lusuh dan kotor. Ada yang memegang pedang, ada yang memegang tongkat kayu berujung besi, dan semuanya menatapnya dengan tatapan tajam.
Salah satu dari mereka, yang lebih tinggi dan berwajah bengis, melangkah maju. "Harta atau nyawa, pilihlah!" katanya dengan suara kasar, matanya mengincar tas kecil yang ada di pinggang Xiaolin.
Xiaolin terdiam sejenak, matanya melirik sekeliling. Jalan setapak yang sempit ini hanya memiliki sedikit tempat untuk melarikan diri, dan dengan cepat ia menyadari bahwa tak ada pilihan selain berhadapan dengan mereka.
Namun, Xiaolin tahu satu hal—dia tidak memiliki kemampuan untuk melawan dengan kekuatan spiritual. Di sini, dia hanya seorang manusia biasa, tanpa roh pelindung yang bisa dia keluarkan.
"Tunggu," Xiaolin berkata, mencoba menenangkan situasi. "Aku tidak punya banyak uang. Lebih baik kalian pergi daripada..."
"SILENCE!" teriak perampok itu, sebelum salah satu temannya mendekat dan mengayunkan pedangnya ke arah Xiaolin.
Xiaolin cepat menghindar, namun tidak ada waktu untuk berpikir lebih jauh. Begitu perampok itu mengayunkan senjatanya, Xiaolin merasakan kekosongan dalam dirinya. Tanpa kekuatan roh pelindung, dia hanya bisa mengandalkan kecepatan tubuhnya untuk bertahan.
"Ke mana kau akan lari?" perampok lain mengejek, lalu dia mengeluarkan roh pelindungnya. Dari belakangnya, muncul aura gelap yang berputar, membentuk sosok besar yang seolah-olah hendak menelan Xiaolin.
Xiaolin menggigit bibirnya. Dia tahu bahwa dia tidak bisa mengalahkan roh pelindung itu tanpa bantuan kekuatan spiritual. Dengan cepat ia melompat ke samping, mencoba menghindari serangan yang datang. Namun, dia tak bisa terus menghindar. Dalam sekejap, perampok lainnya mengeluarkan roh pelindung mereka, dan suasana menjadi semakin berat.
Sosok-sosok yang muncul di belakang perampok itu adalah roh-roh yang mengerikan—makhluk bayangan yang gelap dan kabur, seolah-olah berasal dari dunia lain. Mereka berwujud setengah manusia, setengah monster, dengan mata menyala dan mulut terbuka lebar. Setiap kali mereka bergerak, tanah di sekitar Xiaolin berguncang.
Satu per satu roh pelindung itu menyerang dengan serangan mematikan. Xiaolin tahu, jika dia tidak melakukan sesuatu, dia akan terjebak dalam pertempuran yang tak bisa dia menangkan.
"Jangan coba menghadapiku tanpa kekuatan!" teriak perampok tinggi itu lagi, sementara roh pelindungnya semakin mendekat.
Xiaolin merasa dadanya berdebar kencang. Bagaimana dia bisa keluar dari sini?