SEMUA GARA-GARA PARIJI
Ini Novel harusnya horor, tapi kenapa malah komedi, saya yang nulis juga bingung, tapi pasti hororlah.
KOK dengan huruf yang terbalik, ya semua serba terbalik di dalam novel ini, tidak ada yang sesuai dengan semestinya, dan jangan berpikir dengan nalar, karena nggak akan masuk di otak kita.
Jangan dipikir dengan otak normal, karena akan bikin kram otak.
kebalikan adalah keasikan, ingat baliklah hidup kalian agar mengalami sesuatu yang luar biasa!
KOK,
Kalok dibilang time travel kok rasanya nggak jugak, tapi ada yang hilang dan bertambah di dalam diriku.
KOK gini rasanya, KOK aku ada disini, KOK aku diginiin, KOK aku harus ada di sini, KOK sakit gini, KOK KOK KOK KOK semua harus KOK.
Jangan takot, gitu kata orang yang aku temui, tapi KOK rasanya takot tapi enak dan menyenangkan..
Itulah KOK yang dibalik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Bashi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. PAK RUSLAN
Terus terang aku ya malu juga dengan keadaan ini, jadi aku minjam kaca mata hitam dan topi juga dari si Celenk
Sialan, si Celenk dia bener-bener ninggalin aku, dia jalan di depanku beberapa meter tanpa menoleh ke belakang sama sekali.
Aku akhirnya masuk pintu gerbang sebuah kampus swasta yang tidak begitu besar, dan syukurlah keadaan sepi, pagi ini orang yang pertama kutemui adalah satfam yang terus memandang aku dengan curiga.
Dan benar saja, satfam itu menghampiri aku.
“Pagi mas, mau kemana dan cari siapa?” sambil melihat aku dari ujung kaki hingga butakku
“Aku Pariji pak. Mosok nggak kenal” sambil kubuka kacamata dan topiku
“Astarfirullah…. mas Pariji, sampai pangling saya mas. Saya kira artis siapa gitu yang masuk kampus, lha wong pakai jas berbulu bulu, dasi merah. Eh itu dasi kan mas?” tanya satfam dengan penuh curiga
“Iyolah pak, mosok gini ini apem pak, ya dasi lah pak”
“Tapi disini tidak ada acara lomba kostum mas”
“Ndeh sampeyan kok ngelunjak se pak, tak jiwit ginjelmu, tak kutuk jadi butak juga lho pak”
“Heheheh canda mas Par, soalnya pakaian mas Pariji kok luar biasa wah gitu je”
“Eh mau masuk kelasnya pak Ruslan ta mas Par?”
“Iya pak, kalau saya nggak masuk lagi nggak akan diberi nilai sama Ruslan dunia lain itu pak. Wis saya tak masuk kelas pak”
“Monggo mas Par, hati-hati sama Ruslan dunia lain itu mas”
Hmm ide pak satfam masuk akal juga, nanti kalau ada teman yang tanya aku kok pakai kostum ginian, ya tak jawab nanti sehabis kuliah mau ikot lomba kostum paling gilak.
Huff tepat waktu, untung dosenku yang namanya Ruslan belum datang. Temen-temen juluki pak Ruslan itu dosen dunia lain, karena dia sering kali bicara soal mistis dan suka nakuti mahasiswanya kalau waktu ada kuliah malam.
“Hembok…. Ada artis lewat rek. Habis kuliah kamu mau ada acara karnaval ta ji” sapa Tompel temenku
“Hehehe kok kamu tau Pel, nantik ada lomba kostum paling gilak, jadi daripada aku balik kosan, ya tak pakek aja disini, sekalian kalian nilai, kostum yang kupakai ini cukup nggilani apa nggak”
“Nggateli dan nggilanii Ji, cocok sama butakmu kalau nggak pakai topi hehehe. Tapi Ji, bauk mulutmu kok bosok gitu se, kamu tadi sarapan banke tikos ta”
“Lho Pel, ini juga salah satu cara untuk memenangkan lomba, semakin nggilani, semakin absurd akan semakin bernilai cok!”
“Jadi mulai dari pakaian hingga bau mulut juga harus nggilani, nggak boleh njomplang, mosok pakaian udah nggilani, tapi bauknya wangy”
Anak-anak lain pada ketawa liat pakaianku, tapi yang perempuan pada buang muka kalau aku lewat depan mereka.
Rata-rata setelah aku ajak ngomong mereka, tanpa babibu mereka langsung menjauhiku.
Nggak lama kemudian, dosen pak Ruslan datang, kami semua sudah ada di dalam ruangan kelas, aku pilih duduk di bawah kipas angin, karena jaket milik si Celenk ini panasnya minta ampun.
Seperti biasa, dosen aneh ini selalu melihat kami satu persatu, padahal yang ikut kelas dia itu ada sekitar dua puluhan orang.
Jadi sebelum dia mulai memberikan mata kuliah, dia akan melihat kami satu persatu, mungkin tiap anak sekitar tiga detikan. Tetapi ketika dosen aneh ini melihat ke arahku, dia memandangku cukup lama.
“Pariji, nanti setelah selesai mata kuliah, kamu temui saya di lantai dua”
Sial, apa yang akan si dunia lain itu katakan tentang aku, apa karena aku berpakaian seperti ini atau karena ada hal lain yang dia ketahui dari hanya melihat diriku.
Kuliah baru berjalan lima menit, tapi tiba-tiba si Ruslan menyudahi mata kuliah ini, dia hanya menyuruh kami mencari materi yang dia inginkan di perpustakaan, dan dilarang mencari di gugel.
Memang agak gila si Ruslan itu, hari sabtu rata-rata dosen nggak ada mata kuliah, tapi Ruslan malah nyuruh kami masuk, pokoknya jam-jam dia ngajar itu jam yang nyeleneh, kadang jam tujuh malam kami disuruh hadir di kelasnya. Kadang jam enam pagi kami harus ada di kelasnya juga.
Dosen gilak ini mengemasi tablet, bukunya, kemudian dia keluar dari ruangan. Aku tau dia pasti nyuruh aku untuk mengikutinya di lantai dua.
Kulihat Celenk pergi meninggalkan kelas tanpa melihat ke arahku.
“Ji, kamu ada janji sama dunia lain di atas itu hehehe, kayaknya kamu mau dikenalkan sama mahluk peliharaanya” kata Bondet
“Nggak Ndet, Pariji mau diteles sama Ruslan, Dia terpesona liat dandanan mbois Pariji hari ini hehehe” sahut Tompel
Kami semua tau lantai dua ruangan pak Ruslan itu agak horor, ruangan itu ada di paling ujung, tempat yang hampir tidak pernah dilalui orang, bahkan office boy aja nggak mau ke sana kalau nggak disuruh Ruslan.
Sering office boy denger suara perempuan nangis di ruangan pak Ruslan, kadang ada suara cekikikan. Yang sering itu adalah suara orang mandi yang ada di kamar mandi sebelah ruangan Ruslan.
Hari sabtu sangat sepi, cuma kelas yang kami hadiri saja yang ramai, apalagi lantai dua, sama sekali tidak ada kehidupan disana, kecuali di ujung lorong ruangan Ruslan.
Aku menaiki tangga kampus yang letaknya di pojokan, kemudian aku berjalan di lorong yang gelap temaram, karena hampir semua lampu lorong dimatikan kalau tidak ada kegiatan di lantai dua, hanya menyisakan di atas tangga dan di ujung dekat ruangan Ruslan yang nyala. Itupun menggunakan lampu yang wattnya rendah.
Ruangan si Ruslan ada di ujung yang berlawanan dengan tangga, sehingga aku harus berjalan menyusuri lorong lantai dua.
Kanan kiriku adalah ruangan kuliah yang gelap, karena pintu tiap ruangan terbuka, tidak ada kaca yang menghadap ke lorong, kaca tiap kelas menghadap ke arah luar. Tetapi kaca-kaca itu kalau sabtu gini tertutup oleh gorden, sehingga tidak ada cahaya yang masuk ke dalam ruang kelas.
Rasanya merinding kalau melewati satu ruang kelas dan melihat melalui pintu yang terbuka, gelap sekali di dalam sana. Kadang aku merasa ada kegiatan belajar mengajar di dalam ruangan yang gelap itu.
Setelah menyusuri lorong yang horor, akhirnya aku tiba di depan pintu ruangan pak Ruslan.
“Masuk aja Ji, pintunya tidak dikunci” kata suara pak Ruslan dari dalam ruanganya.
Cuk aneh, padahal tidak ada jendela di depan ruangan dia, dan aku juga belum mengucapkan salam atau permisi, gimana dia bisa tau kalau aku udah datang.
seru ,...
mimpi yang sangat panjang ya ji.... mimpi yang nggak pernah bangun-bangun...
Hendrik dalam bahaya dong....
asal nebak hhhhh😁
operasi dimana bisa nyembul gede sana sini...???🤣