Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33- Flashback 15 (Keluarga Maximus)Dingin
Seminggu kemudian Olivia melaksanakan apa yang di perintahkan oleh Alex. Kini ia telah bersiap-siap untuk memasuki kediaman Maximus.
"Terimakasih ya Bu, baik-baik ditoko ya Bu, jaga kesehatan..."ucap Olivia dengan berat hati meninggalkan usaha yang sedang berkembang pesat dan orang-orang yang ia kasihi.
"Kamu tenang aja Oliv, ibu selalu jaga amanahmu..."jawab Bu Lastri meyakinkan Olivia.
"Begitu pun dengan kami mbak, jangan lupa kasih tau kami kalau kamu mau melahirkan ya mbak..."ucap Sinta dan Rindi bergantian. Olivia hanya mengangguk saja.
"Terimakasih semua, aku pergi dulu..."ucap Olivia dan pergi menggunakan sopir pribadi Maximus yang sudah di perintahkan oleh Alex.
Selama perjalanan Olivia merasa tidak nyaman, ada yang mengganjal dihatinya.
"Nyonya, apa anda tidak apa-apa?" tanya sopir tersebut karena dilihat dari kaca spion Olivia gelisah.
"Owh tidak pak..."Olivia berusaha menyembunyikannya.
Sesampainya dikediaman Maximus Olivia turun dan dibantu beberapa pelayan yang ada di kediaman tersebut, akhirnya Olivia pasrah dan melangkahkan kaki ke kediaman itu.
Di dalam tampak Alex sudah menunggu dengan sang putra. Keduanya tampak dingin semenjak kehilangan Aisha.
"Aksel, ini mama barumu... Yang dalam perutnya adalah adikmu... Pala harap kamu menyangi keduanya..."ucap Alex yang masih tampak kaku.
"Ngga mau, Mamaku hanya Mama Aisha. Dia siapa? Aku ngga menerima orang luar!"ucap Aksel yang sudah tidka cadel lagi, beranjak ke kamarnya.
Mendengar perkataan Aksel barusan Olivia hanya pasrah, ia ingin meluluhkan hati Aksel dikemudian hari.
"Kamu segera istirahat!"titah Alex dan berlalu meninggalkan Olivia seorang diri. Tak lama kemudian seorang pelayan menuntun Olivia untuk memasuki kamar. Dimana kamar itu nantinya ditempati Alex dan Olivia. Alex tidka ingin kamarnya dengan Aisha dulu dimasuki orang lain, akhirnya ia memutuskan untuk berpindah kamar.
"Mari Nyonya..."ucap sang pelayan dan Olivia mengikuti pelayan tersebut.
Setelah memasuki kamar yang tampak lebih luas dari apartemen yang ia tempati kala itu, kini dirinya membersihkan diri. Didalamnya barang-barang dan kebutuhan lainnya sudah tertata rapi. Di tambah dengan barang-barang lainnya yang sudah disediakan oleh Alex.
Olivia membersihkan diri, dan segera berpakaian lebih santai. Tampak cantik dengan dress khusus ibu hamil dan tampak lebih segar. Tak lama kemudian Alex pun memasuki kama ritu, tampak wajah lelah dari Alex tapi tanpa tegur sapa, Alex mengambil beberapa pakaian dan berlalu memasuki kamar mandi.
Olivia yang diperlakukan demikian hanya diam saja dan beranjak keluar kamar, karena dirinya merasa lapar.
"Ada yang perlu saya bantu Nyonya?"tanya pelayan tersebut, tampak sang nyonya berjalan ke dapur.
"Emm... Aku lapar bik, aku mau bikin mie rebus pake telur ceplok"jawab Olivia.
"Oh saya aja yang bikin ya Nyonya, Anda tunggu disini aja sebentar."ucap pelayan itu cepat dan mengantarkan Olivia ke meja makan dekat dapur tersebut.
Tanpa harus ada perlawanan Olivia duduk manis menunggu makanan yang ia inginkan.
"Ini mie Anda nyonya"makanan pun telah tersedia di depan Olivia. Olivia pun tanpa menunggu banyak waktu menyantapnya dengan lahap.
Setelah selesai makan, Olivia pun lanjut menuju kamarnya karena dirinya telah ngantuk berat. Sesampainya dikamar terlihat Alex yang fokus dengan laptopnya mengabaikan kedatangan Olivia. Olivia pun tanpa banyak bicara membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Alex tidak banyak bicara hanya melihat gerakan Olivia, hingga ia tertidur pulas. Setelah dirasa tak ada pergerakan dari Olivia, Alex ikut menyusul Olivia disampingnya.
...----------------...
Pagi itu seluruh pelayan dibuat repot oleh tingkah Aksel. Sehingga Alex sendiri pusing melihatnya.
"Aku ngga mau yang ini, tapi yang ini!"Aksel dengan tingkah bossynya memilih pakaian.
"Bik biar aku coba membujuknya."Olivia pun ikut andil.
"Aku ngga mau sama dia! Dia siapa! Udah ah aku mau berangkat."ucap Aksel kemudian berlalu begitu saja. Hati Olivia sering teriris, hari demi hari karena Alex yang dingin dan Aksel yang tidak ingin menerima dirinya. Dirinya sama saja memasukkan diri kedalam neraka.
"Sabar ya Nya... Kami selalu bersama Anda kok..."ucap salah satu pelayan disana.
"Ya ngga, aku ngga papa..."Olivia beranjak dari kamar Aksel dan kembali ke kamarnya. Ia menuju balkon dan menghabiskan waktunya didalam sana.
"Hff... Sepertinya tidak lama lagi aku bertahan... Mbak apakah kamu bisa melihatku disana?"Olivia bergumam dalam hati sambil menatap langit cerah itu.
"Sepertinya langit itu adalah kamu mbak, tapi kenapa mbak bebankan aku semua ini, aku ngga sanggup aku ingin menyerah..." tak terasa air mata Olivia jatuh begitu saja.
Olivia sejenak terdiam dan mengingat surat yang diberikan oleh Aisha waktu itu. Olivia langsung mencari surat-surat tersebut.
"Ini dia..."setelah surat tersebut ditemukan Olivia duduk di sofa dan segera membacanya. Tpai ada satu surat yang bukan untuknya melainkan Alex.
~Untukmu My King Alexander Maximus~
"Hmm sepertinya untuk Mas Alex"Olivia lalu menyimpannya. Hanya membaca bagiannya saja.
-Hai Olivia Ayla, semoga kamu sehat selalu ya... Mungkin kamu baca surat ini Aku tidak ada disampingmu... Maafkan Aku sudah menjebakmu dalam kehidupan keluargaku. Aku tau kamu orang yang tepat untuk keluargaku yang ku tinggalkan. Selama ini waktuku hanyalah persinggahan saja. Kita bahkan tidak pernah saling cerita, tapi entah apa dan bagaimana kita bisa terikat secara batin. Kamu boleh saja lelah, tapi kamu jangan menyerah ya, suatu saat Mas Alex dan putraku Aksel menerimamu dengan lapang dada.-
-Mbak ada satu butik, itu sudah mbak jadikan atas namamu. Entah kenapa bayimu saat ini mbak merasa dia seorang perempuan cantik seperti ibunya. Jadi berikanlah bisnisku kepadanya.-
-Terimakasih sudah bertahan selama ini, terimakasih banyak dan terimakasih yang selalu aku ucapkan berkali-kali. Bawalah kehidupanmu itu seperti yang engkau inginkan Oliv. Aku selalu merindukanmu, dari Mbakmu yang kau rindukan juga-
^^^~Aisha Calantha~^^^
Setelah membaca surat tersebut Olivia menangis sejadi-jadinya. Entah berapa lama Olivia menangis hingga tertidur yang menelungkup di meja dekat sofa itu.
Sore harinya Alex pulang bekerja ia tampak lelah sekali.
"Bik Olivia dimana?"tanya Alex singkat.
"Seharian ini Nyonya di dalam kamarnya Tuan."jawab pelayan dengan sopan.
"Baiklah"jawab Alex dan bergegas melihat keadaan Olivia. Walaupun sikapnya dingin kepada Olivia. Tapi dirinya sangat khawatir jika Olivia kenapa-napa.
Setelah sampai di dalam kamar Alex melihat Olivia tidur dalam keadaan yang tidak nyaman.
"Hmm... Kamu selalu saja ceroboh, tidak tau bahawa dirimu itu sedang mengandung anakku."ucapnya sambil menggendong Olivia dan memindahkannya ke ranjang.
Setelah Olivia dirasa nyaman, ia pun membersihkan diri dan beranjak ke ruang kerja. Olivia terbangun setelah beberapa menit Alex pergi dari kamarnya.
"Hmm... Sepertinya aku tidur berjalan..."gumamnya sambil mengucek mata dan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah dirasa segar, Olivia teringat dengan surat yang akan diberikan untuk Alex. Ia yakin Alex sudah pulang dan ruang kerjanya.
*Tok... Tok... Tok... Olivia mengetik pintu tersebut hingga ada sautan dari dalam.
"Hmm, ya masuk!" perintah Alex dan Olivia masuk keruangan kerja tersebut, Olivia menatap Alex dengan kagum. Kharisma seorang Alexander sangat terpancar sedang bekerja dan kaca mata bertengger di hidung mancungnya, Ditambah dirinya sedang memakai baju santai.
"Kau bicaralah Hardi, ada berita apa yang kau bawakan!" perintah Alex yang merasa bahwa Hardi lah yang datang menemuinya.
"Emm maaf mas..."ucap Olivia sedikit meringis. Mendengar itu Alex langsung menatap tajam ke arah Olivia dan penanya pun jatuh pegangannya.
"Kenapa kau masuk kesini ha!" bentak Alex menatap penuh amarah ke arah Olivia.
"Ma- maaf kan aku Mas..."ucap Olivia sedikit tergugup.
"Ruangan ini tidak boleh dimasuki siapapun kecuali hardi, kenapa kau masuk!"ucap Alex sedikit keras.
"Ma-maksud Ak-aku..."sebelum Olivia melanjutkan ucapannya Alex membentaknya terlebih dahulu.
"Apapun alasannya kamu tidak boleh masuk! Sekarang keluarlah!"teriak Alex.
"Tap-tapi..."Olivia masih saja mencoba memberikan maksud dan tujuannya.
"Keluar!"Alex yang tampak marah dan tangannya sudah menunjuk ke arah pintu, supaya Olivia keluar dari ruangan tersebut.
Olivia yang takut bercampur sedih pun keluar dari ruangan tersebut. Setelah diluar pintu dirinya bersandar di dinding dan menangis tergugu.
"Nyonya... Anda ada apa?"Hardi yang tampak buru-buru untuk menghampiri Alex melihat Olivia yang tengah menangis.
"Aku tidak apa-apa..."ucap Olivia lirih sambil sesegukan.
"Anda yakin Nyonya?"tanya Hardi kembali memastikannya.
"Iya, aku tidak apa-apa, tolong kamu berikan ini untuk Tuan Alex. Ini dari Nyonya Aisha sebelum dirinya meninggal dunia."Olivia memberikan surat tersebut dan berlalu begitu saja meninggalkan Hardi tengah kebingungan.
...----------------...
Lanjut Bab Selanjutnya👉👉
mank enak.