Akibat salah bergaul dan tidak pernah mendengarkan nasehat orang tua. Vivian, baru saja duduk kelas 3 SMP mendapati dirinya tengah hamil. Vivian bertekad akan menjaga bayi tersebut tanpa ada niat sedikit untuk membuangnya. Vivian sangat menyayanginya, janin tersebut adalah darah dagingnya dan Aksel, mantan pacarnya. Disisi lain, hal yang paling Vivian hindari adalah Aksel. Vivian cukup menderita, Vivian tidak ingin Aksel masih dalam bayangnya.
Mereka masih sangat belia dan Aksel adalah anak laki-laki yang bisa menghilang seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Sedangkan Vivian seorang perempuan, yang menghadapi berbagai stigma masyarakat. Vivian memiliki tekad bahwa selagi otot yang kuat, tulang yang keras dan otak yang cerdas untuk mencukupi kebutuhan anaknya, dan yang terbaik untuk anaknya.
Lalu bagaimana Vivian melalui semua ini? Bagaimana dengan kedua orang tuanya?
Yuk ikuti kisah perjalanan, perjuangan serta tekad Vivian dalam Novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nysa Yvonne, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25- Flashback 7 (Keluarga Maximus)Pergi
Setelah pembicaraan itu, hubungan Alex dan Aisha menjadi dingin. Aisha sengaja menghukum Alex karena sudah terlalu kejam pada Olivia. Alex mengira itu terjadi juga disebabkan hasutan Olivia, namun nyatanya tidak demikian.
Pintu Apartemen itu terbuka, Alex masuk dengan tergesa-gesa ke dalam mencari keberadaan Olivia.
"Olivia! Keluar kamu!" teriak Alex, beruntung Apartemen tersebut kedap suara jadi tetangga tidak mengetahui apa yang terjadi.
Nafas Alex memburu menahan emosinya, ia membuka jas dan dasinya yang harusnya hari ini dirinya ke kantor malah harus mengurusi duri dalm rumah tangganya itu.
"I-iya mas sebentar..."teriak Olivia mengarah dari kamarnya.
Tak menunggu waktu yang lama Alex segera memasuki kamar Olivia tersebut dan menarik Olivia dengan paksa. Ia mencium kasar Olivia, Olivia yang baru saja membersihkan kamarnya terkejut dan menangis perlakuan kasar Alex padanya.
Nafas Olivia hampir habis ia menepuk-nepuk bahu lebar Alex. Namun sayang kekuatan Alex jauh diatasnya, Alex yang badannya tiga kali lebih besar dari Olivia tentu saja tidak sebanding. Olivia terus meronta dan tak lama kemudian Alex melepaskannya namun tak sampai disitu.
Alex segera melucuti pakaiannya dan Olivia, Olivia tentu saja syok dan gemetar takut. Kejadian malam itu masih segar dalam ingatannya, kini harus terjadi seperti dejavu. Alex memperlakukan Olivia dengan kasar hingga tak lama kemudian Olivia kehilangan kesadarannya dan jatuh pingsan.
Alex yang sudah sampai dipuncak dan merasa terpuaskan tanpa ia sadari, dirinya telah lama tidak bisa menyalurkan hasratnya itu pada sang istri. Aisha yang sakit membuat ia tidak tega untuk berbuat hal itu.
Alex beranjak dari ranjang itu, membiarkan Olivia tak sadarkan diri. Ia membersihkan diri. Membersihkan sisa permainannya itu, sudah lama Olivia masih tidka sadarkan diri Alex tentu saja tidak peduli. Kini dirinya di balkon Apartemen itu dan menyelesaikan beberapa pekerjaannya dari sana.
Olivia akhirnya terbangun di siang hati itu, bagian bawah dan tubunya serasa remuk. Olivia beranjak dari ranjang tersebut dengan jalan yang tertatih-tatih. Sesampainya dikamar mandi tangisnya pecah dibawah guyuran shower. Tangis yang siapapun mendengarnya sakit, pilu sekali.
"Mengapa kamu jahat sekali Mas Alex? Tidakkah kau tau aku memang merindukanmu tapi bukan begini yang aku rindukan. Sakit... Sangat sakit... Sekali..."ucapnya disela-sela tangisannya. Setelah dirasa puas dengan menangis, ia pun keluar hanya memakai kimono mandi saja. Tak ia sadari jika seseorang masih ada dalam kamar tersebut.
Olivia melepaskan kimono tersebut tak luput dari pandangan Alex. Alex berusaha menahan dan meneguk air liurnya perlahan. Tak sadar dirinya aktif tegak kembali, ia melihat lekuk tubuh yang baru saja ia kasari penuh dengan tanda. Sungguh ia tak bisa berbohong bahwa Olivia sangat cantik tidak kalah dengan Aisha. Alex yang berpikir begitu segera menggeleng kepalanya.
"Kau sudah selesai dramanya!"ucap Alex dingin sontak Olivia kaget.
"Astaga! Ma-mas Alex... Sejak kapan disana?"Olivia mengira Alex sudah pergi dari kamar ini dan ke kantor, ternyata Alex masih disini. Tak ia pungkiri traumanya terhadap Alex masih begitu nyata, sehingga ia berusaha menjaga jarak dengan Alex.
"Kau kira kau siapa mengatur ku!"bentak Alex dan Olivia terkejut kembali mendengar suara keras tersebut. Alex kemudian mendekat ke arah Olivia yang berdiri tak jauh dari ranjangnya. Seketika Olivia ikut mundur, dan tanpa sengaja Olivia terpeleset dan jatuh kembali ke ranjang itu. Alex awalnya ingin membantu ia membiarkan begitu saja.
"Kau memang dasar murahan, mengapa kau berbaring seperti itu? Aku saat ini tidak berminat denganmu! cepat bangun!"bentak Alex dan menarik paksa Olivia agar duduk ditepi ranjang itu.
"Kau yang sudah mengadu pada istriku wanita murahan!"bentaknya lagi dan mencengkram erat pipi Olivia hingga Olivia meringis.
"Sa-sakit mass..."ucap Olivia yang nyaris tidak terdengar.
"Apa! Sakit! kau saja bahkan tidak memikirkan sakit yang diderita istriku! Kau mengerti tidak!"bentak Alex membuat Olivia tak kuasa mengeluarkan air matanya.
"Berhenti menangis, aku tau air mata buayamu itu tidak bisa menarik simpatiku."Alex menatap benci kepada Olivia.
Olivia menangis tersedu-sedu, padahal sebelumnya dirinya telah menyiapkan kado kecil untuk Alex yang tak lama lagi dirinya ulang tahun. Tapi nyatanya Alex sangat melukai harga dirinya, akhirnya ia urungkan saja niat itu.
"Ada apa mas?"Olivia bertanya dengan suara seraknya sehabis menangis.
"Apa kamu bilang! Hei wanita murahan! Apa saja yang kamu sampaikan pada istriku, sehingga dirinya membenci dirimu. Jangan pernah kau mengambil simpati istriku untuk memanfaatkanya. Aku mengetahui niat busukmu itu. Aku peringatkan kamu untuk terakhir kalinya jangan pernah merusak hubunganku dan Aisha. Kau jika ingin pergi, pergi saja kenapa kau harus mengusik rumahtangga ku. Sekali lagi kau berbuat ulah lihat saja apa yang bisa aku lakukan!"Setelah mengatakan ancaman tersebut. Alex berlalu meninggalkan Olivia begitu saja.
Olivia yang ditinggal di kamar yang sudah berantakan akibat ulah Alex, dirinya merosot ke lantai dan menangis tergugu sambil melipat kakinya.
"Mengapa?... Mengapa semua ini harus terjadi tuhan... Aku tidak sanggup lagi. Argh.... Argh..."Olivia yang terlalu lelah dadanya sesak karena terlalu banyak menangis, akhirnya kembali tak sadarkan diri.
...----------------...
Siang kemudian berganti dengan malam, akhirnya Olivia terbangun dari tidur panjangnya. Kepala terasa pusing, perutnya serasa diremas-remas. Ia mengingat bahwa dirinya belum makan. Dengan langkah gontai Olivia menuju dapur untuk mengambil makanan untuk mengganjal perutnya.
Sebenarnya dirinya tidak terlalu berselera dan semangat untuk makan. Namun demi bayi yang dikandungnya ia terpaksa harus menelan dengan paksa makanan tersebut. Setelah habis dirinya mulai membersihkan diri. Dirinya tidak ada tenaga lagi untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Membiarkan apartemennya itu berantakan.
Serasa segar, Olivia menuju balkon dan menatap kota tersebut. Tatapan sendu dan kosong, menyiratkan betapa berat dirinya menghadapi semua ini.
"Mbak Aisha, aku tidak kuat lagi. Aku tak sekuat dirimu, tapi satu yang bisa ku janjikan aku menjaga bayi ini..."gumamnya pelan sambil mengelus perutnya.
"Apa aku harus pergi saja ya mbak? Maaf aku tidak bisa memenuhi seluruh keinginanmu, aku terlalu lelah menghadapi kehidupan ini..."tak terasa air matanya jatuh kembali, jika mengingat perlakuan kasar Alex terhadap dirinya. Sekejam itu Alex tanpa bisa menanyakan hal tersebut dengan baik-baik.
"Aku memang bukan orang koya, tapi aku punya harga diri mas... Jika kamu ingin aku menjauh, baiklah aku akan menjauh dari kalian semua..."ucap Olivia dan bergegas membereskan barang-barang yang ia perlukan saja. Tak lupa diri ya meninggalkan sepucuk surat untuk Alex dan Aisha. Jika Aisha dirinya harus menitipkannya pada pos, dan Alex cukup ia taruh di nakas disebelah ranjang kamar tersebut.
"Terimakasih sudah menerimaku"ucapnya lirih dan berlalu membawa koper tersebut.
...----------------...
Lanjut Bab Selanjutnya👉👉
Note: Maaf untuk Flashback Keluarga Maximus memang lama karena ini nyambung dengan kisah Aksel dan Vivian, terimakasih sudah menikmati karya ini.
tanpa tanda koma. tanda koma sbg penghubung dua kalimat biasanya pada kata penghubung akan tetapi, meskipun, walaupun, melainkan, sedangkan dll.
harus tau penggunaan kata 'di' sbg penunjuk dan sbg kata kerja