ISTERI BAR-BAR BOS MAFIA

"Heh.. heh..,"

setelah menghajar pria itu Caroline menghela nafasnya berulang kali, dia benar-benar sangat kesal, hatinya begitu Ingin menghajar pria itu kembali.

"Nyonya kalau marah sangat luar biasa, Lihatlah dia menghajar pria itu sampai tumbang." guman Elios dalam hati.

Salah satu tangan Elios nampak mengelus dadanya, dia baru bertemu dengan seorang wanita yang benar-benar sangat luar, dia membanting si pria dengan mudah.

"Rasakan itu!" bentak Caroline sembari menginjak kaki si pria.

"Nyonya." Elios mencoba menghentikan Caroline.

"Aku pasti akan melaporkanmu ke polisi, aku akan menuntutmu!!" seru si pria.

"Tuntut saja."

Dua bola mata Caroline melotot menatap si pria, dia langsung pergi tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Heh... wanita bar-bar." ucap lirih Elios.

"Orang-orang yang ada di perusahaan ini kebanyakan tidak tahu diri, mentang-mentang mereka mempunyai jabatan jadi semena-mena."

Di salah satu tempat Caroline nampak berhenti, dia melihat beberapa karyawan dari salah satu bagian.

"Mereka sedang apa?" pemandangan yang di lihat olehnya membuat Caroline sedikit penasaran.

"Saya kurang tahu, nyonya." jawab Elios.

Salah satu bagian keamanan perusahaan datang bersama dengan beberapa temannya.

"Nyonya." panggil seorang pria.

"Kalian memanggilku?" tanya Caroline.

"Iya, ikut kami ke ruang direktur. Berani sekali kamu melakukan hal ini, kamu sudah mencelakai kepala bagian Perusahaan." jawab penjaga keamanan yang ingin menarik tangan Caroline.

"Ada apa ini?" Elios datang dari salah satu ruangan.

"Tuan Elios." penjaga keamanan perusahaan melihat Elios datang.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Elios yang mencoba menarik tangan Caroline.

"Wanita ini membuat masalah, tuan. dia habis menghajar kepala bagian keuangan." jawab penjaga keamanan.

Caroline meminta Elios untuk diam, dia ingin melihat apa yang akan terjadi padanya. Caroline di bawa ke ruang direktur perusahaan, dia akan mendapatkan sanksi atas perbuatannya.

Caroline menurut mengikuti penjaga keamanan perusahaan. Kelihatannya dia ingin sedikit bermain-main.

BRAKK!!

"Beraninya kamu melakukan hal ini!!" seru direktur.

"Memangnya apa yang sudah aku lakukan?" tanya Caroline tanpa rasa bersalah.

BRAKK!!

"Aku akan membawamu ke penjara!" seru direktur yang hendak menelfon.

"Siapa yang berani memenjarakan isteriku?!" seru Erik.

Dia begitu marah saat mendengar direktur perusahaan ingin memenjarakan Isterinya.

"Tuan Erik." direktur terkejut.

"Siapa yang berani memenjarakan isteriku?!" seru Erik.

"Maaf tuan, dia.. ah nona ini..," direktur tergagap.

"Aaa.. sakit," rintih si pria. "Tuan, wanita itu.. wanita itu menghajar saya..," pria yang di hajar Caroline di papah oleh salah satu karyawan.

"Dasar pria kurang ajar, berani sekali kamu ingin menyentuhku!!" Caroline yang tidak terima. Dia langsung berdiri hendak meninju kepala bagian keuangan.

Erik membulatkan kedua bola matanya, dia langsung menatap tajam pria yang mempunyai jabatan kepala bagian keuangan.

PLAKK!!!

Sebuah tamparan langsung diberikan Erik.

"Tuan."

"Beraninya kamu melakukan tindakan tidak senonoh kepada isteriku!!" dengan murka Erik menatap pria itu. "Seret dia keluar, jangan biarkan dia kembali kemari!''

"Baik, tuan." jawab beberapa karyawan.

"Elios, jangan biarkan dia di terima bekerja di mana saja."

"Baik, Tuan." jawab Elios.

"Ma-maaf kan saya, tu-tuan..," direktur perusahaan ketakutan.

"Buat surat pengunduran dirimu sekarang juga." pinta Erik dengan perkataan yang kesal.

"Ma-maafkan saya, tuan." ucap direktur.

Siapa yang tidak mengenal Erik, dia kejam, menakutkan bahkan benar-benar ditakuti oleh siapapun. Tangan kokoh itu mengandeng tangan isterinya, tatapan matanya menatap Caroline yang terlihat kesal.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Erik yang menatap wajah Isterinya.

"Tenang saja, aku baik-baik saja."

Ada rasa bersalah di hati Erik saat isterinya mendapatkan perlakuan yang tidak baik, dia berulang kali meminta maaf kepada Caroline.

Setelah kejadian hari itu para karyawan sudah tahu mengenai isteri dari bos mereka, gadis muda yang di bawa oleh bos mereka ternyata adalah Isterinya.

BEBERAPA HARI KEMUDIAN

"Erik!!!" seru manja seorang wanita yang datang ke rumah besar.

"Nyonya Adelin." beberapa pembantu yang sedang bekerja mendekati Adelin.

"Erik! Erik!!" seru Adelin yang terlihat masuk tanpa permisi.

"Maaf nyonya. Anda tidak boleh masuk." salah satu pembantu mencoba untuk menghentikan Adelin.

"Apa yang kamu lakukan, minggir. Aku mau bertemu Erik." jawab Adeline

Caroline yang berada di ruang tengah nampak dia mendengar suara keras dari seorang. dia yang ingin merangkai bunga langsung menghentikan kedua tangannya.

"Siapa yang berteriak seperti itu?" tanya Caroline.

"Saya tidak tahu, Nyonya." jawab Vivi.

"Kak Vivi, Tolong cari tahu siapa orang yang berteriak-teriak itu. tidak sopan banget melakukan hal itu." Caroline kemudian menata beberapa bunga yang dibawa dari kebun belakang.

"Nyonya Adelin." Vivi melihat Adelin sudah berada di rumah bosnya.

"Di mana tuanmu Erik?" tanya Adelin dengan suara yang benar-benar menyebalkan.

"Maaf nyonya, tuan Erik tidak ada di rumah." jawab Vivi.

"Siapa yang bertamu, kak Vivi?" tanya Caroline yang sudah berada di ruang tamu.

"Ini nyonya, ada nyonya Adelin yang datang mencari tuan besar." jawab Vivi.

"Mencarinya?" Caroline menatap sosok wanita yang mencari suaminya.

"Siapa kamu? apa kamu pembantu baru di sini?" tanya Adelin dengan nada suara yang mengejek.

"Kamu siapa?" tanya balik Caroline yang penasaran dengan wanita yang bertamu pagi ini.

"Aku adalah Adelin, aku adalah nyonya di tempat ini." jawab bangga Adelin.

"Nyonya di rumah ini?"

seketika Caroline menatap Vivi dan beberapa pekerja yang lain.

"Iya, aku adalah nyonya di rumah ini." Adelin terus mengulang jawabannya.

"Heh..," helaan nafas Caroline. "Kalau dia nyonya rumah ini, lalu aku siapa?" dua bola mata Caroline melirik orang-orang yang ada di depannya.

Deg..

"Tolong kamu ambilkan ponselku di meja tadi." pinta Caroline dengan amarah yang tertahan.

"Alamat nyonya bakal marah." guman Vivi dalam hati.

Bagaimana tidak kesal, tiba-tiba seorang wanita muncul di tempat Erik. Dia mengaku sebagai Nyonya di tempatnya. Sabtu bulan tanpa terasa Caroline sudah menjadi istri Erik, walaupun mereka belum pernah melakukan hubungan intim sama sekali. namun Caroline bukan tipe gadis yang akan membiarkan sesuatu yang sudah menjadi miliknya direbut oleh orang lain. Ingin hati Caroline langsung marah, Namun karena dia ingin mendengar jawaban dari suaminya maka dia lebih memilih untuk santai sejenak.

"Flora, Tolong kamu buatkan minuman untuk wanita ini." pinta Caroline yang kemudian melanjutkan merangkai bunga.

"Nyonya, ini ponsel yang nyonya minta." salah satu pelayan memberikan ponsel yang diminta oleh Caroline.

Dua bola mata Caroline menatap ponselnya, dalam hati dia ingin murka, dia ingin marah namun dia harus menunggu sejenak karena ada sesuatu yang ingin dia lakukan.

"Siapa wanita itu Kak Vivi?" tanya Caroline yang merangkai bunga bersama Vivi.

Seketika Vivi terdiam, dia menatap Caroline yang bertanya padanya. memang pertanyaan itu terdengar sedikit lembut tapi untuk Vivi pertanyaan itu bagaikan terkaman harimau yang siap membunuhnya.

"Kenapa diam saja kak Vivi?" tanya Caroline.

Dia melihat Vivi terdiam tidak berani menjawab pertanyaannya.

"Apakah ada sesuatu yang disembunyikan dariku? Aku tidak suka ada rahasia, jika suatu ketika aku mengetahui rahasia itu maka amarahku tidak akan bisa dibendung." ucapnya dengan sedikit mengeluarkan siulan. Caroline merangkai bunga, dia mencoba menenangkan hatinya padahal dalam hati dia benar-benar ingin marah.

**Bersambung**