Cintanya, harga dirinya, dan ketulusannya, telah ia berikan pada pria itu, dan bahkan sampai rela tidak menginginkan, James Sebastian, tunangan yang di jodohkan Ibunya kepadanya.
Tapi, apa yang ia dapat? Eleanor Benjamin, di tinggalkan pria itu, Richard Marvin, saat mereka akan melangsungkan pernikahan, demi wanita lain!
Hingga sebuah mobil menabraknya, dan ia meregang nyawa, Richard tidak memperdulikannya!
Eleanor berharap, seandainya ada kesempatan kedua untuknya! ia akan mendengarkan Ibunya. Dan membalikkan keadaan! membalas apa yang ia rasakan pada Ricard.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6.
Eleanor memegang kepalanya yang sakit, dan ia melihat telapak tangannya ada darah. Ternyata kepalanya terluka, akibat terbentur ke tepi meja etalase.
"Eleanor! kenapa kamu bisa begitu kejam pada Melanie! kamu sengaja membawanya berbelanja untuk mempermalukannya, kan?!" bentak Ricard memandang Eleanor, yang berusaha untuk bangkit berdiri.
Ke dua teman Melanie diam saja melihat apa yang terjadi, dan tidak berniat untuk memberi penjelasan, karena mereka lebih memihak pada Melanie, walaupun Melanie bersalah.
Eleanor memegang kepalanya yang sakit, tidak menjawab bentak kan Ricard, yang membuat ia mulai naik darah. Ia yang korban sesungguhnya, malah jadi di tuduh sebagai tersangka.
"Sampai kapan rasa cemburu mu, masih terus kamu pupuk dalam hatimu, Eleanor! apa kamu memang pura-pura tidak tahu, kalau kaki Melanie masih sakit?!" bentak Ricard lagi memandang tajam Eleanor.
Eleanor memandang Ricard, sembari memegang kepalanya yang terluka, agar darah tidak terus mengalir dari luka tersebut.
"Aku tidak ingin menjelaskan apa pun padamu! percuma aku mengatakan yang sebenarnya, kamu tidak akan pernah percaya padaku!"
Eleanor menahan emosinya, memandang wajah Ricard yang terlihat tidak menawan lagi dalam pandangan Eleanor. Ia ingin muntah melihat wajah Ricard, yang memandang tajam padanya.
"Awas!" Eleanor menepis Ricard, saat melewati dua orang yang saling menyayangi itu.
"Eleanor! berhenti! bukankah kamu seharusnya minta maaf pada Melanie!!" bentak Ricard semakin marah pada Eleanor.
Ricard meraih tangan Eleanor yang melangkah melewatinya, tapi detik berikutnya tanpa di duga Ricard, Eleanor memukul Ricard dengan tasnya.
Buk!!
"Jangan sentuh aku, brengsek!!" sentak Eleanor dengan kencang.
Mata Ricard terbelalak mendengar nada marah Eleanor, dan kata-kata kasar Eleanor padanya. Ini baru pertama kalinya Eleanor mengumpat padanya.
"Apa kamu katakan?" Ricard terpaku di tempatnya memandang Eleanor tidak percaya.
Eleanor yang masih memegang kepalanya yang terluka, tidak ingin meladeni Ricard. Ia kembali berbalik untuk pergi dari sana. Ia harus segera pergi ke rumah sakit.
"Eleanor!! berhenti! kamu... !!"
Plak!!
Eleanor melepaskan tangannya yang memegang kepalanya, dan menampar wajah Ricard dengan kencang. Darah yang ada pada tangannya menempel di wajah Ricard.
Ricard terkejut bukan main merasakan pipinya di tampar Eleanor, ia memegang pipinya yang baru saja di tampar Eleanor.
Sementara Eleanor sudah kembali melangkah meninggalkan toko tersebut. Meninggalkan Ricard yang kembali terkejut, melihat tangannya basah oleh noda darah, yang baru saja di tampar Eleanor.
Ricard pun seketika panik melihat tangannya yang merah, dan ia pun tersadar, kenapa Eleanor memegang kepala dengan tangannya.
Tadi saat melihat Melanie jatuh ke lantai, ia mendorong Eleanor tanpa sadar, dan ia tidak tahu kalau kepala Eleanor terbentur meja etalase.
"Aduh.. Ricard kaki ku sakit, aku tidak bisa berjalan, tolong aku.. " suara kesakitan Melanie menghentikan langkah Ricard, yang hendak mengejar Eleanor.
"Aku ingin melihat Eleanor sebentar, kamu di bantu dengan temanmu dulu, Eleanor terluka!!" kata Ricard panik.
"Akh.. Ricard.. tolong.. sakit sekali.. hu hu huu, aku mau kamu yang membantu aku berjalan.. " Melanie pun menangis, sembari meringis kesakitan.
Ricard yang akan mengejar Eleanor mengurungkan langkahnya, mendengar Melanie menangis dengan sedihnya, karena kakinya yang sakit.
Ricard pun membantu Melanie berdiri, dan menuntun Melanie keluar dari toko perhiasan tersebut. Bersama ke dua teman Melanie, mengikuti Ricard dan Melanie dari belakang mereka berdua.
Sementara Eleanor yang merasa kepalanya mulai sempoyongan, karena luka dan darah yang sedari menetes dari kepalanya, akhirnya sampai ke rumah sakit.
Ia mendapat tiga jahitan pada lukanya, dan ia di anjurkan Dokter di rawat satu malam, karena sempat kehilangan cairan akibat luka yang dialaminya.
Karena hari juga sudah mulai beranjak malam, Eleanor pun menuruti anjuran Dokter. Ia kemudian di tempatkan pada kamar inap sementara.
Eleanor merasa lega, setelah ia di beri infus. Ia pun meraih ponselnya, dan melihat sepuluh panggilan dari Ricard.
Ia mengabaikannya. Ia memeriksa pesan kalau ada dari Ibunya. Dan benar saja, Ibunya mengirim pesan, kalau ia telah sampai di ibukota harus segera menghubunginya, agar ia di jemput di bandara.
Bersambung.....