Rahasia besar dibalik persaingan dua kedai yang bertolak belakang dalam segala hal.
Saat yang nampak tidak seperti yang sesungguhnya, saat itu pula keteguhan dan ketangguhan diuji.
Akankah persaingan itu hanya sebatas bisnis usaha, atau malah berujung pada konflik yang melibatkan dua sindikat besar kelas dunia?
Bagi yang suka genre action, kriminal, mafia, dengan sentuhan drama, romansa dan komedi ringan, yuk.. langsung di klik tombol "mulai baca"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 16
Ryuu menapaki setiap anak tangga menuju lantai satu dengan perasaan gundah. Setelah lebih dari tiga tahun mengawal Akita, tak pernah sekalipun ia berhadapan dengan situasi sepelik ini.
Apa ia takut? Jelas, hanya orang bodoh yang menganggap enteng perkara menyangkut para penguasa kriminal jalanan kota New York. Apalagi kalau dia berada di daerah kekuasan mereka.
Namun, apa yang sebenarnya ia takutkan? Mati kah? Bukan, bukan sama sekali. Melainkan imej tak becus menjalankan tugas yang akan mencoreng namanya. Tapi walau bagaimanapun itu masih lebih baik ketimbang kehilangan kelingking, yang menjadi pengingat abadi tentang sebuah pengkhianatan. Hal yang tak pernah terlintas sedikitpun di kepala Ryuu.
Dia berhenti sebentar di tengah tangga, menatap ke jendela kaca di depan kedai. Sofia Genovese, sepertinya Ryuu lah yang kini perlu mewaspadai wanita itu. Bukan sebab perkara persaingan kedai, tapi menyangkut keselamatan tuannya.
"Ah, Mateo?! Ada perlu apa ke sini?", Ryuu mendapati pelayan kedai Sofia sudah berdiri di spot pemesanan.
Dia sedikit tersentak, kemudian tersenyum. Apakah malu-malu? Kenapa?
Mata Ryuu berpindah pada orang di sebelah Mateo, Nami, yang juga terlihat salah tingkah.
Ryuu mengerutkan dahinya, ada apa? Setelah menyadari apa yang terjadi, matanya pun melotot. Membuat sejoli di hadapannya ini semakin menciut.
"Kalian, pacaran?!", Ryuu bahkan tak ingin mendapat jawaban dari pertanyaan itu.
Keduanya memang tak menjawab, tapi anggukan lemah mereka sudah menjelaskan semuanya.
Ryuu merasa kakinya lemas. Ingin rasanya ia menjitak kepala Nami yang terus tersipu sambil sesekali melirik Mateo.
Ryuu hanya mengusap kasar wajahnya. Dalam hatinya ia mengutuk bangsa Italia yang telah membuat kacau semua urusannya.
Ia kemudian menuju ke dapur, memilih mengabaikan urusan Nami dan Mateo untuk sementara. Yang perlu dilakukannya sekarang adalah memastikan Akita segera pulih dari sakitnya.
********
Alex tengah berdiri di depan sebuah Islamic Center, hanya memakai pakaian casual dengan topi pet dan kacamata hitam. Ia tak ingin seorang pun mengenalinya karena itu bukan sesuatu yang bagus.
Untuk apa seseorang seperti dia berdiri di depan sebuah mesjid? Anggota mafia dan mesjid, tak ada satupun yang bisa menghubungkan keduanya. Kecuali seorang adik yang kini sedang ditunggunya dengan tak sabar.
Berkali-kali ia melirik jam mewah di tangannya. Sudah hampir lima belas menit ia menunggu. Bukannya apa-apa, ia hanya seorang diri di sini dan harus menahan tatapan penasaran setiap mata yang lewat, terutama para pria berjenggot dengan pakaian seperti orang Arab.
Memang betul, kalau ia adalah seorang anggota sebuah sindikat kriminal yang ditakuti. Tapi dibanding para teroris yang gemar meledakkan diri sendiri, tentu saja nyalinya masih kalah jauh. Begitulah, Alex merupakan salah satu korban cuci otak terhadap sebuah agama yang dilakukan media-media besar dunia. Kesemuanya dikendalikan oleh orang-orang tak kasat mata yang mengambil keuntungan atas seluruh skenario propaganda tersebut.
Beberapa menit kemudian, terlihat beberapa orang sudah keluar dari bangunan itu. Seluruhnya laki-laki yang entah benar atau perasaan Alex saja kalau setiap mereka seperti sedang menatap tajam padanya, seolah ia adalah target mereka.
Setelah itu, barulah keluar beberapa wanita yang terlihat seperti sekumpulan bidadari di mata Alex. Setiap wajah mereka cerah dan berseri meski warna kulit mereka berbeda-beda. Dengan senyum dan tawa yang terkendali, mereka bicara dengan volume seperlunya. Bahkan sebagian dari mereka akan menutup mulut dengan telapak tangannya saat sedang tertawa.
Berbeda sekali dengan para wanita di lingkungan pergaulannya. Pakaian seadanya yang membuat kepalanya pening, riasan berlebihan dan tawa nyaring yang kadang terdengar menyebalkan. Belum lagi gaya genit mereka yang sepertinya diumbar pada setiap lelaki. Dan bagi orang seperti Alex, mereka terlalu mudah untuk dijangkau. Bahkan tak sedikit yang menyerahkan dirinya secara sukarela, demi sebuah pengakuan kalau ia pernah menghabiskan malam bersama sang pangeran Genovese. Alex membenci itu.
"Alex?", Sofia baru menyadari keberadaan saudaranya.
Sontak mata semua bidadari itu melihat padanya. Tapi hanya sebentar, seolah dia adalah sebuah barang random tak menarik yang hanya lewat di depan mereka.
Setelah mengucapkan perpisahan dengan teman-temannya, Sofia segera menghampiri Alex.
"Ada apa? Tak biasanya kau mendatangiku ke sini?", tanya Sofia penasaran.
"Ayo ikut aku", Alex menarik tangan Sofia karena sudah tak tahan lagi berlama-lama di situ.
"Tunggu! Katakan dulu ada apa, baru aku putuskan ikut atau tidak", Sofia tak mau menurut begitu saja.
"Ayolah Sofia.. masuk dulu. Nanti kuceritakan", Alex kembali meraih lengan Sofia untuk mengajaknya masuk ke mobil.
"Maaf, Nona. Apa semua baik-baik saja?", Sekumpulan pria berkulit hitam menghampiri mereka. Alex yang biasanya tak kenal takut, kini hatinya menciut. Ia seolah sedang berhadapan dengan sekelompok bodyguard tangguh yang tak segan menghabisinya bila berani mengganggu yang mereka lindungi.
"Oh, iya.. tidak apa-apa. Semua baik-baik saja. Dia abangku. Kami hanya sedikit berselisih paham", Sofia akhirnya menyadari kalau dia memang harus mengikuti Alex, agar tak terjadi salah paham.
"Oh, baiklah. Maafkan kami Tuan. Kami hanya bersikap waspada. Terkadang ada beberapa orang yang suka mengganggu saudari muslimah kami", sahut salah satunya.
"Tentu, saya paham. Saya juga minta maaf", Alex tersenyum sungkan.
"Kami permisi dulu, terima kasih", Sofia kemudian masuk ke dalam mobil, diikuti oleh Alex yang kini sudah merasa lega.
"Gila! Mereka tak membiarkanmu merasa tak nyaman sedikitpun. Sepertinya lain kali aku harus lebih berhati-hati", Alex kemudian menjalankan mobilnya.
Akita duh nasibmu terancam
Akita malah bersyukur ada goncangan di pesawat, dapat pelukan tangan...
😘😘😘
👍👍👍
😄😄😄
😅😅😅
Ryuu sudah sangat bosan dengan genre romansa, saatnya genre HOROR & Baku Hantam ...!!!
Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya...
Jadi kena juga !!!!