Selamat datang di novel ku
menerima kritik dan saran
feedback & folback bisa folow instagram juga ;@namjoneya_0594
Pernikahan biasanya didasari oleh cinta namun tidak dengan Hira dan Axell/Gus Mahen. Keduanya menikah karena sebuah insiden naas menimpa calon istri Axell dan Hira berada diTKP.
Hira sebagai pengantin penganti namun setelah menikah kehidupannya penuh dengan teror, hingga membuat nya sempat mengalami gangguan kecemasan. Hingga suatu tragedi membuat nya tak bisa sadar dalam waktu lama , Sedangkan Axell tanpa sadar menyayangi istri dengan berlindung dibalik kata “Aku akan bertanggung jawab menjadi seorang suami”.
Keduanya tetap harus mencari tau siapa pelaku peneror dan pembunuhan misterius.
Dan akankah mereka menemukan pelakunya? Akan kah cinta mereka menjadi kekuatan untuk melawan segala lika-liku kehidupan atau justru malah salah satu dari mereka berhasil dibunuh lagi? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tini Timmy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
“Dia hanya berjalan-jalan di tepi danau bersama Delin,”Lanjut nya.
“Delin?”
“Iya Vin, dan aku yakin mereka belum saling kenal. Baru kali ini mereka bertemu dan itu pun karena aku terpaksa nyuruh dia, tadi ada urusan yang gak bisa aku tinggal dan Umma serta Aira juga rada sibuk jadi dia yang jaga.”
Vincent diam berfikir apa yang salah sampai kondisi Hira kembali drop dan tak sadarkan diri , untung tidak sampai koma lagi. Walaupun ia ikhlas namun ia juga tidak akan tinggal diam siapapun yang menyakiti Hira harus berhadapan dengan nya.
“Ohh ya Kak aku ada hutang penjelasan sama kakak, mari kita bicara.”Ajak Vincent.
Axell menganggukan kepala lalu berjalan ke arah balkon kamar diikuti oleh Vincent.
Axell berjalan hingga mentok dekat teralis teras sambil membelakangi tubuh Vincent,ia juga mengedarkan pandangan ke segala arah, sangat lah memanjakan mata. Senja yang mulai ingin pergi dengan malam yang hadir dan memeluk dengan sunyi.
“Soal apa Vin yang ingin kamu jelaskan?”
Vincent mensejajarkan tubuhnya dengan Axell. Menghela nafas panjang, “Soal aku dan Hira.”
Axell mengernyitkan dahinya, sebenarnya ia tak ingin tau namun tidak ada salah nya bukan jika mendengarkan penjelasan adik nya itu.
“Aku merasa tidak enak kak, kakak tau sendiri Hira hanya ingat nama ku dan lupa dengan kakak.”
“Iya, itu yang membuat ku bingung kenapa dia lupa sama suami nya sendiri sedangkan sama kamu tidak lupa. Ada hubungan apa sebelum aku dan Hira bersatu?”
“Dulu kami berkomitmen untuk ke jenjang yang serius tanpa ada kata pacaran, tunangan hanya sekedar kata komitmen ,sebelum aku kuliah di Mesir . Namun disaatku kembali tepat di hari itu juga aku ikut teman ku ke pesta ulang tahun namun saat setelah meminum jus jeruk aku tak sadar kan diri dan saat bangun ada wanita di sampingku dengan baju kami yang sudah berantakan."
"Beberapa hari setelah itu aku didatangi oleh nya serta kedua orang tuanya. Aku diminta untuk menikahi wanita itu yang entah karena apa dia berkata jika aku telah menghamili nya. Aku ingin membantah namun kalah ,ingin membela diri namun aku tidak punya bukti.”
Vincent menundukkan kepala nya, raut wajahnya nampak begitu sendu, entah ia menyesal? Atau ia belum ikhlas menerima semua ini.
Axell masih diam ia mencerna semua ucapan adiknya, apakah secara tidak langsung ia telah merebut Hira dari adiknya? Tetapi keduanya tidak dalam ikatan pertunangan ataupun pacaran. Apakah ia benar-benar salah telah menjadikan Hira pengantin pengganti nya?.
“Kakak gak marah ya? Maafin aku kak. Tapi. Aku janji akan hapus perasaan itu ke Hira. Karena sekarang kan dia kakak ipar ku dan kemungkinan aku akan pergi lagi, sudah tidak ada yang menantiku disini.”
“Aku bingung menyikapi ini semua, maafin kakak karena secara tidak langsung merebut wanita mu. Dan membuatnya menderita seperti sekarang, ini semua pasti karena kakak. Dan apa kamu benar-benar melakukan hal terlarang itu? ” Jawab Axell dengan suara yang bergetar.
“Aku tidak tau, aku lupa namun setelah menikah aku menceraikan nya tepat di hari Abah dan ummi meninggal dalam kecelakaan itu. Dan setelah itu kakak tau sendiri bukan aku mengalami gangguan mental dan pergi lagi ke Paris.”
Vincent menepuk pelan bahu kakaknya ia mencoba mengukir senyum hingga guratan di bibir dan pipi nya terlihat jelas dan manis.
“Enggak, ini bukan salah kakak. Aku nya aja yang pergi terlalu lama hingga membuat Hira menunggu bahkan gangguan kecemasan dia terus kambuh lagi. Aku hanya mau bilang aku ikhlas Hira sama kakak asal kakak jangan sampai sakiti dia.”
Axell menganggukan kepala dengan mantap ia memandangi mata sipit adiknya yang mulai berair, dia sangat paham pasti berat menjadi adik nya tapi menjadi dirinya juga tak kalah berat. Jika saja Ning Rea tidak pergi untuk selama-lamanya mungkin ini semua tidak akan terjadi.
“Aku janji akan bantu Hira mengingat kembali ingatan nya namun jika aku semakin sakit maka aku akan pergi lagi. Disana sudah ada rumah sakit yang menanti kedatangan ku .”
Axell langsung memeluk adik nya dengan erat, batinnya merasa sangat bersalah namun waktu itu tidak ada pilihan lain. Ingin menyesal? Percuma semua sudah terjadi dan sampai di titik sekarang. Axell menepuk pelan punggung adiknya yang terdengar seperti menangis.
“Maaf sekali lagi, kakak gak ada niat untuk memisahkan kalian berdua.”
“Gak papa. Semua ini atas kehendak Allah mungkin aku belum pantas untuk mendapatkan cinta nya Hira.”
“Vincent!” Panggilnya,membuat dua orang itu melepaskan pelukan dan mengarahkan atensi nya pada seorang wanita yang berdiri tidak jauh dari mereka.
“Hira…”Gumam keduanya.
Vincent masih diam ditempat sedangkan Axell melangkah dengan cepat menghampiri Hira.
Vincent berusaha sekuat tenaga untuk menahan air matanya agar tak jatuh saat ini juga.
Axell yang menghampiri Hira langsung mengusap kepala Hira namun sang empu dengan cepat menyingkirkan tangan Axell dan berjalan menghampiri Vincent yang masih menundukkan kepala.
“Ohh jadi selama ini, kamu gak datang-datang menemui aku karena semua alasan itu?” Pelupuk matanya mulai mengembun.
Vincent masih diam namun hatinya menangis ingin rasanya ia memeluk wanita dihadapan nya untuk sekedar melepas rindu dan memperbesar rasa cinta itu. Namun bukankah nasi sudah menjadi bubur, semua tak bisa diulang dari awal lagi.
“Setidaknya kasih kabar dan chat ku dibalas Vin, kamu tau aku selalu nunggu kamu sampai saat ini namun ternyata saat aku bangun dari tidur yang lama aku kehilangan beberapa memori dan hanya bisa mengingat kamu!” Tangan nya ingin memukul dada Vincent.
Axell dengan sigap meraih tubuh istri nya dan mendekap nya agar lebih tenang. Segala memori kenangan masa lalu berputar di kepala Hira yang semakin terasa berdenyut nyeri.
“Kenapa aku gak lupa aja sama semua kenangan, karena saat aku menunggu mu aku sangat tersiksa. Dan pada tanggal yang kamu bilang itu aku ke tempat itu, dan gak ada siapa-siapa. Hingga akhirnya aku mau bunuh diri tapi bertemu dengan Ning Rea dan aku menjadi wanita yang sekarang. Seperti yang kau mau tapi aku sudah milik kakakmu sendiri.” Ujarnya dengan tangis yang menderu.
“Maafin aku Hira, aku telah membuatmu tersiksa begitu lama…”
“Aku tau kamu kehilangan tapi setidaknya nya kabari aku. Ummi udah aku anggap seperti ibu sendiri, kamu tau saat aku datang melayat kamu tidak menemui ku sama sekali padahal kata Ning Rea kamu ada dirumah itu.”
“Sudah, sudah Hira, cukup jangan dilanjutkan lagi.” Titah Axell semakin kewalahan memegangi Hira. Sedangkan Vincent terduduk di hadapan Hira, dengan bulir bening yang terus mengalir membasahi kedua pipinya.
“Kamu tega! Kamu khianati aku, enyah kamu dari sini!”Teriaknya diiringi isakan tangis yang cukup keras.
Axell menghela nafas panjang lalu membalikkan tubuh Hira agar menghadap kepadanya. Menangkup wajah mungil Hira dengan kedua tangan nya, “Hira lihat aku!”
Hira menggelengkan kepala diiringi isakan tangis nya.