"Tidak perlu Lautan dalam upaya menenggelamkanku. Cukup matamu."
-
Alice, gadis cantik dari keluarga kaya. Hidup dibawah bayang-bayang kakaknya. Tinggal di mansion mewah yang lebih terasa seperti sangkar emas.
Ia bahkan tidak bisa mengatakan apa yang benar-benar diinginkannya.
Bertanya-tanya kapankah kehidupan sesungguhnya dimulai?
Kehidupannya mulai berubah saat ia diam-diam menggantikan kakaknya disebuah kencan buta.
Ayo baca "Mind-blowing" by Nona Lavenderoof.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lavenderoof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 Tikus Dan Cinderella
"Wait, what?!" Beberapa saat ia baru tersadar dan terkejut.
"Tega sekali Daddy! Bagaimana bisa dia menjodohkan aku dengan pria jelek?! Untung saja kau yang datang!"
Alice mendongak tajam, mendengar respon kakaknya. "Kau pikir aku menangis karena dia jelek?" Alice melepaskan napas panjang, tapi air matanya masih mengalir.
Cindy menyandarkan punggungnya ke kursi dan menatap adiknya dengan ekspresi tak terbaca. "Kalau dia tidak jelek kenapa perkataan dan sikapmu seperti itu?"
Alice tidak menjawab, hanya menarik napas dan mengusap air matanya dengan tangan.
Cindy melihat itu mulai berpikir yang lain. "Apa pria itu melecehkanmu? Aku akan mendatangi dan menamparnya!"
"No, Cindy. Dia tidak keduanya." Jawab Alice menggelengkan kepala, menahan kakaknya.
Cindy mengerutkan kening, sekarang benar-benar bingung. "Lalu kenapa? Jangan bilang misi kita gagal?" Tanyanya, mulai khawatir mendengar pernyataan adiknya.
"Aku hampir mati disana."
"Hah? Kenapa bisa kau bilang begitu?" Cindy bertanya penasaran, alisnya terangkat.
Alice menunduk. "Aku salah memberikan kartu nama. Aku malah memberinya kartu nama asliku, bukan punyamu."
"WHAT?!" Cindy terkejut setengah mati. "Are you kidding me?!"
Alice menggeleng cepat. Menceritakan semua detailnya, dari awal dan akhir bagaimana kencan dirinya dan pria itu.
Cindy yang tadinya khawatir langsung meledak dalam tawa setelah mendengarnya. "Oh My Goodness, Alice Swan! Itu berarti dia benar-benar hanya datang karena formalitas saja!"
Alice memutar bola matanya. "Sepertinya begitu. Tapi tatapannya benar-benar menyeramkan. Dia seperti... membaca pikiranku. Aku bahkan sampai sulit berbicara, apalagi menunjukkan sisi burukku seperti yang kita rencanakan!"
"Bagaimana kalau dia bercerita keluarga kita setelah melihat penampilan Nona Swan yang sangat buruk? Bagaimana kalau dia membahas nama Alice Swan padahal seharusnya Cindy Swan?" Tanya Alice, ia benar-benar takut.
"Relax, Alice. Daddy tidak akan percaya begitu saja. Daddy tahu putrinya selalu tampil cantik, elegan dan sangat sopan." Jawab Cindy dengan santai.
"Lagipula, aku yakin pria itu tidak peduli sama sekali soal dirimu. Kalau dia benar-benar peduli, dia pasti sudah bilang sesuatu tadi." Cindy kembali meyakinkannya, seolah itu adalah hal sepele.
"Tapi—"
"Stop overthinking, Al" Cindy memotong, kali ini lebih serius.
"Aku yang akan hadapi kalau sampai Daddy tahu. Ini semua kan rencana aku. Kalau ada yang salah atau terjadi sesuatu buruk, aku yang tanggung jawab." Cindy mencoba menenangkan Adiknya.
“Jadi? Berarti kita berhasil, kan?”
Alice mengangguk kecil sambil melepas napas panjang. “Iya, berhasil.”
Mendengar itu, Cindy menyandarkan tubuhnya ke kursi dengan puas. Tapi tatapannya berubah ketika ia memperhatikan Alice dari ujung kepala hingga ujung kaki. Cindy mengerutkan hidungnya dengan ekspresi jijik.
“Oh My God... Sekarang mataku yang sakit karena melihat penampilanmu! Wajar sekali pria itu tidak tahan berlama-lama denganmu.”
Alice melotot ke arah kakaknya. “Kau serius? Ini adalah idemu, Cindy Swan!”
Cindy mendengus sambil memandangi penampilan dan dandanan makeup super tebal, serta tahi lalat palsu di atas bibir yang memudar. Cindy mengangkat alisnya dengan penuh dramatisasi.
“Ya, ideku, tapi aku tidak pernah membayangkan kau akan terlihat seperti itu! Bahkan pelayan istana pun tidak seburuk ini. Eh, sebenarnya, lebih tepatnya kau seperti penari gelap penghibur keluarga kerajaan!”
Alice menghela napas panjang, lalu melipat tangan di dada. “Kalau begitu, kenapa kau tidak pergi sendiri saja?”
Cindy terkekeh kecil, menatap penampilannya sendiri yang serba sempurna. Dia mengenakan gaun biru elegan, dihiasi permata kecil yang berkilauan, dan perhiasan mahal yang sudah disiapkan khusus untuk kencan itu.
Rambutnya tertata rapi dalam sanggul rendah yang membuatnya tampak seperti Cinderella yang baru saja keluar dari dongeng.
“Lihat perbedaannya,” Cindy menunjuk dirinya sendiri, lalu ke arah Alice.
"Aku benar-benar seperti seorang putri dari kerajaan. Sementara kau? Maaf ya, Al. Kau bahkan lebih buruk dari salah satu tikus kecil yang membantu Cinderella.”
Alice memutar matanya dengan kesal. “Tikus kecil itu punya peran penting, ingat? Tanpa mereka, Cinderella tidak akan pergi ke pesta.”
Cindy memutar matanya lebih dalam. Lalu tersenyum sambil menyalakan mobilnya, tapi tidak lama kemudian ia mematikannya lagi. Wajahnya tiba-tiba berubah serius.
“Oh My God, aku tidak tahan lagi. Lepas sampah itu sekarang juga!” Cindy mengarahkan jari telunjuknya ke arah Alice dengan ekspresi dramatis.
ig : lavenderoof