PEMBALASAN DAYANTI

Wajah pria itu memucat saat melihat wanita itu menyeringai dan jemari tangannya tiba-tiba berkuku panjang, lalu mencengkram perkutut Darto yang saat ini sudah sempat menegang.

"K-kau?!" pria itu terlihat ketakutan saat sosok wanita memperlihatkan wajah seseorang dengan luka yang cukup parah.

Kraaas....

Perkutut terlepas dari tempatnya, dan darah mengalir cukup deras dengan semburan yang membasahi seluruh area tersebut, tepatnya diatas tanah basah.

Sosok itu tersenyum menyeringai melihat wajah putus asa dari Darto, dan seolah tak memberi kesempatan pada pria itu, sosok wanita tersebut mengangkat tubuh pria yang sedang mabuk ke udara hingga sejajar dengan kepalanya, lalu memutarnya dan melemparkannya dengan kuat hingga membentur pohon kelapa sawit yang sudah berusia sekitar lima belas tahunan.

Suara benturan itu cukup keras, dan berhasil membuat Darto mati seketika.

Sosok itu menyeringai dengan senyum penuh dendam.

Saat bersamaan, ponsel Darto berbunyi, dan satu panggilan dari Mahardika yang terlihat sangat penting.

Panggilan terjawab, dan Mahardika menyambutnya dengan cepat. "Dar, coba lihat diafdeling empat, tadi ada laporan jika sawit dicuri,"

"Haaah!" sebuah dengusan yang cukup kuat dan membuat pria tampan itu tersentak kaget.

"Dar, Dar," panggilnya dengan cemas.

"Duuuuaaaar...,

Suara petir menyambar dengan keras dan membuat pria itu tersentak kaget. Ia memegang dadanya yang bergemuruh, dan rasa kaget yang begitu kuat membuatnya sedikit ketir.

"Si Darto kenapa, sih?" gumamnya dengan lirih.

Saat bersamaan, ia mendengar suara seseorang sedang memasak didapur dan aroma gurih tercium diindera penciumannya.

Rasa kesalnya terhadap Darto berubah menjadi rasa lapar saat mencium sesuatu yang digoreng.

Ia merasa ada yang menuntunnya menuju dapur dan berdiri diambang pintu menatap tubuh molek seseorang yang menggunakan gaun sangat tipis dan sedang memasak sesuatu.

Sontak saja naluri lelakinya bangkit seketika. Ia merasa jika wanita itu terlalu cukup menggodanya, dan tak sia-sia jika ia membohongi Sutini demi melenggangkan wanita itu untuk tinggal dirumah megahnya.

"Eheeem," Mahardika berdehem, lalu berjalan menghampiri sang wanita yang mana ia tahu jika dari lekuk tubuhnya adalah milik Dayanti dan ia mulai menghafalnya.

Tak mendapat respon, pria itu berjalan perlahan menghampirinya dan tanpa sungkan mendekap wanita tersebut dengan hasratnya yang membara.

"Kamu sedang memasak apa? Mengapa aku tidak dapat menahan gejolak gairah setiap kali bertemu denganmu?" ucapnya dengan deru nafasnya yang memburu.

Wanita itu menjawab. Ia menyelesaikan masakannya, sesuatu yang digoreng crispy dan saus sambal pedas manis.

Mahardika semakin gemas dengan sikap sang wanita. Ia melepaskan dekapannya, dan mengikuti wanita itu ke meja makan, dan menarik kursi untuk menanti apa yang akan dihidangkan oleh sang wanita.

"Makanlah, ini sangat enak." suaranya begitu lirih dan membuat Mahardika semakin menyukai wanita misterius itu.

Tanpa bertanya itu apa, pria tersebut mencicipi sesuatu yang digoreng crispy dengan tak sabar. Ia menghentikan sejenak gigitannya, lalu meresapi setiap gigitan dan kunyahannya yang lumer dilidah.

"Enak, gurih, dan dagingnya sedikit kenyal," koreksi pria itu saat mencicipi masakan yang begitu nikmat baginya.

Wanita itu hanya mengulas senyum sinis dan sangat puas saat melihat sang pria menghabiskan hidangannya.

Pria itu bersendawa dan merasa kenyang, sampai mengusap perutnya yang terasa begah.

"Kamu belum menjawabku, kamu berasal dari mana?" tanya Mahardika dengan selidik.

"Tidak perlu tahu aku darimana," jawabnya singkat, ia tak suka jika pria itu terus mendesaknya.

Mahardika mengerutkan keningnya. Ia menatap lekat wanita dihadapannya, sungguh cantik rupawan, bahkan ia tak mampu menggambarkan dengan kata bagaimana cantiknya wanita itu.

"Aku ingin menikahimu, dan melamar pada orangtuamu," ia terus mendesak sang wanita.

"Tak perlu menikahiku, kau bisa saja datang kapanpun kau mau ke kamarku." ia beranjak dari duduknya dan berjalan melewati sang pria sembari menebarkan aroma mawar yang membangkitkan gairah.

Sontak saja itu membuat sang pria merasa tersambut, dan ia mengulas senyum culas, lalu mengekori sang wanita dari arah belakang.

Setelah memakan daging kenyal goreng barusan, ia merasakan jika hasratnya semakin menggebu, dan isyarat yang diberikan oleh Dayanti merupakan sesuatu yang sangat tepat.

Sat tiba didepan pintu kamar, Mahardika celingukan, dan melihat kearah lantai atas karena berharap jika Sutini tidak terbangun saat ia dan Dayanti akan bersenang-senang.

Keduanya memasuki kamar. Pria itu tak sabar dan bergegas menyergap sang wanita dari arah belakang, lalu mencumbunya dengan mesra.

Sesaat wanita itu berubah sangat mengerikan, tetapi Mahardika tidak menyadarinya, sebab begitu larut dalam hasrat yang menggebu.

Hingga akhir pada puncaknya, pria itu mendapatkan kepuasannya dan terkulai lemah karena merasa kehabisan tenaga.

Mahardika keluar dari ruang kamar dengan sempoyongan, dan berjalan tertatih karena merasa sakit dibagian perkututnya.

Setelah pria itu pergi, Dayanti yang terbaring diatas ranjang terlihat membeliakkan kedua matanya. Lalu dua bola mata itu berubah menghitam, dan sesosok bayangan hitam keluar dari tubuh wanita tersebut dengan wajah yang berbeda dan melayang pergi dengan menembus dinding.

Seperti biaaanya, tubuh itu terkulai dengan luka yang cukup parah, dan kondisinya tampak sangat mengenaskan, namun ia hanyalah jasad tanpa nyawa.

Bayangan hitam itu berjalan tanpa menyentuh lantai. Ia menapaki anak tangga dan menuju dimana tempat pria bernama Mahardika sang istrinya yang kini sedang tertidur lelap.

Mahardika sedang berada didalam kamar mandi. Ia membersihkan tubuhnya setelah bercinta dengan wanita misterius yang kini tinggal dirumahnya.

Ia masih membayangkan betapa indahnya tubuh wanita tersebut, hingga lampu tiba-tiba mati dan ia tersentak kaget.

Pria itu berdecak geram. Lalu menyudahi lamunan kotornya dan menyiramkan air ketubuhnya yang masih penuh dengan busa sabun.

Sesaat ia merasakan aroma anyir dan juga bau busuk ketika air mengguyur tubuhnya, bahkan air tersebut terasa pekat dan juga berlendir.

Pria itu mengusap wajahnya, dan benar saja, terasa seperti darah.

"Apa, ini?" gumamnya dengan.rasa penasaran.Ia mengendusnya, dan itu benar aroma darah yang membusuk.

"Hah, darah, tapi darah siapa?" ucapnya dalam kebingungan.

Seketika perutnya terasa mual dan kepalanya merasa pusing. Ia mencoba mencari pintu dan ingin segera keluar dari kamar mandi agar dapat bernafas dengan lega, sebab ruang kamar mandi membuatnya sangat sesak.

Saat ia sibuk dengan pegangan pintu, tiba-tiba terdengar suara tangisan bayi yang berasal dari dalam bak mandi.

"Hoeeek, hoooek, hoooek," bayi perempuan itu terdengar sangat menyayat hati dan membuat Mahardika tersentak kaget.

Suara tangisannya semakin terdengar nyaring dan terlihat sesuatu mengambang diatas bal mandi dan satu sosok bayi perempuan terlihat berlumuran darah dengan kedua matanya yang memancarkan cahaya merah, lalu menatapnya dengan tatapan penuh dendam.

Detik berikutnya, lampu hidup kembali, dan