NovelToon NovelToon
Kurebut Suami Kakak Tiriku

Kurebut Suami Kakak Tiriku

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai / Romansa
Popularitas:115.8k
Nilai: 5
Nama Author: lestari sipayung

Adara hidup dalam dendam di dalam keluarga tirinya. Ingatan masa lalu kelam terbayang di pikirannya ketika membayangkan ayahnya meninggalkan ibunya demi seorang wanita yang berprofesi sebagai model. Sayangnya kedua kakak laki-lakinya lebih memilih bersama ayah tiri dan ibu tirinya sedangkan dirinya mau tidak mau harus ikut karena ibunya mengalami gangguan kejiwaan. Melihat itu dia berniat membalaskan dendamnya dengan merebut suami kakak tirinya yang selalu dibanggakan oleh keluarga tirinya dan kedua kakak lelakinya yang lebih menyayangi kakak tirinya. Banyak sekali dendam yang dia simpan dan akan segera dia balas dengan menjalin hubungan dengan suami kakak tirinya. Tetapi di dalam perjalanan pembalasan dendamnya ternyata ada sosok misterius yang diam-diam mengamati dan ternyata berpihak kepadanya. Bagaimanakah perjalanan pembalasan dendamnya dan akhir dari hubungannya dengan suami kakak tirinya dan sosok misterius itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lestari sipayung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PESONA YANG MENIPU

Adara melangkahkan kakinya memasuki mansion keluarga dengan raut wajah lelah dan letih. Hari itu terasa begitu panjang, dan tubuhnya mulai merasakan dampak kelelahan yang mendera. Matahari mulai terbenam, memperlihatkan langit yang mulai berwarna kemerahan. Cahaya mentari yang memudar memantul di jendela besar ruang tamu, memberikan nuansa hangat yang perlahan berubah menjadi suram.

Lorong yang ia lalui tampak sepi, tak ada satu pun tanda kehidupan selain langkah kakinya yang terdengar menggema di lantai marmer yang mengkilap. Kaki Adara bergerak perlahan, hampir seperti menyeret tubuhnya menaiki anak tangga besar yang melengkung dengan megah. Di bahunya tergantung tas selempang cokelat tua, tampak penuh dengan berkas-berkas yang seolah menambah beban pada tubuhnya.

Saat Adara hendak melanjutkan langkah ke lantai atas, sebuah suara berat memecah keheningan rumah yang seperti hampa.

"Baru pulang?" tanya Leon dari arah bawah. Suaranya yang berat namun hangat menggema, membuat Adara berhenti di tengah tangga. Ia berbalik perlahan, memandang ke arah bawah. Pandangannya bertemu dengan sosok Leon yang berdiri santai, menatapnya dengan mata penuh perhatian. Gelas putih berada di tangannya, dan aroma samar kopi hangat tercium, bercampur dengan keharuman khas rumah yang mahal.

Rambut Leon yang masih basah menunjukkan bahwa ia baru saja selesai mandi. Cahaya senja yang masuk melalui jendela besar di ruang tamu menyorot rambut hitamnya yang terlihat berkilau. Leon tampak nyaman dengan pakaian santainya, kaos putih sederhana yang membalut tubuh atletisnya, menunjukkan sosoknya yang selalu terlihat menarik.

Adara tidak segera menjawab. Matanya menjelajah ke seluruh sudut rumah yang besar itu, seolah mencari sesuatu. Keheningan yang melanda mansion membuatnya merasa aneh. Ia mengerutkan kening, pikirannya penuh tanya. Ke mana semua orang?

Leon yang tampaknya mengerti arti tatapan itu hanya tersenyum kecil. "Mereka semua sedang keluar," katanya santai, menjawab pertanyaan yang bahkan belum sempat keluar dari mulut Adara. "Mama dan papa ada acara bisnis bersama Kevin dan Davin. Sementara Clarissa, dia sedang bersama teman-temannya," jelas Leon dengan nada ringan, seolah sudah terbiasa menjadi satu-satunya yang tinggal di rumah besar itu.

Adara mengangguk kecil, tidak ingin memperpanjang pembicaraan. Jawaban Leon sudah cukup untuk menghilangkan rasa penasarannya. Ia kembali melangkahkan kakinya ke tangga, berniat langsung menuju kamarnya dan beristirahat. Namun, langkahnya kembali terhenti oleh suara Leon yang memanggilnya lagi.

"Aku baru saja selesai memasak. Kau tidak ingin mencobanya?" tanyanya dengan nada yang terdengar ragu. Leon tampak sedikit canggung, apalagi melihat ekspresi Adara yang sepertinya menunjukkan kelelahan dan rasa malas. Baginya, Adara adalah sosok yang sulit ditebak. Kadang dingin, kadang hangat. Tapi saat ini, Leon ingin mencoba mendekatinya, walau ia sendiri tidak yakin bagaimana reaksi Adara nantinya.

Adara menghentikan langkahnya sekali lagi. Ia menoleh perlahan, menatap Leon dengan ekspresi datar. Namun, di balik itu, pikirannya berputar. Kesempatan bagus, pikirnya. Ia tahu Leon adalah orang yang mudah luluh jika diberi perhatian kecil.

Senyum manis tiba-tiba terlukis di wajah Adara. Leon tertegun, terdiam beberapa saat. Dia jarang melihat senyum Adara, dan ketika itu terjadi, dia merasa senyum itu seperti sinar matahari di tengah hari mendung. Manis dan memukau.

"Tentu saja, mas Leon," jawab Adara lembut, menekan kalimat terakhir dengan nada yang terdengar sedikit manja. Leon tampak terkejut mendengar jawaban itu, senyum kecil muncul di wajahnya. Ia segera berbalik menuju dapur untuk mempersiapkan makanan yang telah ia buat.

Namun, setelah Leon pergi, senyum Adara menghilang begitu saja. Ekspresinya berubah dingin. Wajahnya kembali serius, bahkan terkesan sinis. "Dasar lelaki bodoh," gumamnya pelan sebelum melanjutkan langkahnya menuju kamar.

Sesampainya di kamar, Adara meletakkan tasnya di sofa besar di sudut ruangan. Ia menghela napas panjang, mencoba menghilangkan penat. Setelah itu, ia menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Air hangat mengalir dari shower, menghapus rasa lelah yang menempel di kulitnya.

Setelah selesai mandi, Adara berdiri di depan lemari pakaian, mencari sesuatu yang pas untuk dikenakan. Akhirnya, ia memilih pakaian tidur yang tipis dan ketat, memperlihatkan lekuk tubuhnya yang ramping. Rambut panjangnya yang masih basah ia biarkan tergerai, menambah kesan anggun sekaligus menggoda.

Adara turun ke lantai bawah dengan langkah pelan namun anggun. Kakinya yang kecil melangkah ringan di lantai marmer, suara langkahnya hampir tak terdengar. Leon, yang sudah duduk di ruang tengah sambil menunggu kedatangannya, langsung terpaku ketika melihat Adara. Matanya membesar, dan tanpa sadar ia menatap tanpa berkedip. Adara terlihat begitu berbeda, pikirnya. Bahkan, ia merasa seperti melihat seseorang yang baru.

Adara tersenyum tipis melihat reaksi Leon. "Sudah selesai mas?" tanyanya lembut, dengan nada suara yang terdengar lebih halus dari biasanya. Leon tersadar dari lamunannya, wajahnya memerah sedikit. Ia segera bangkit dan merapikan piring berisi nasi goreng spesial yang telah ia buat. Aroma harum dari nasi goreng itu memenuhi ruangan, membuat perut Adara semakin lapar.

"Ini, aku sudah mempersiapkannya khusus untuk kamu," kata Leon, menyodorkan piring itu dengan senyum kecil. Adara mengambil tempat duduk di hadapan Leon. Matanya memandangi nasi goreng itu dengan tatapan penuh antusias.

"Hem, sepertinya terlihat sangat enak," ucapnya, tangannya sudah siap mengambil sendok. Leon memperhatikan dengan penuh harap, menunggu reaksi Adara.

Adara mengambil suapan pertama. "Hemmm," gumamnya, menunjukkan bahwa ia sangat menikmati rasanya. Ia menatap Leon dengan ekspresi berbinar, membuat Leon semakin senang.

"Bagaimana rasanya?" tanya Leon tidak sabar.

"Kurang bumbu," jawab Adara datar, membuat Leon langsung terdiam. Ekspresi wajahnya berubah bingung.

"Kurang bumbu? Bumbu apa?" tanya Leon, mencoba mencari tahu apa yang dimaksud Adara.

Adara tersenyum kecil, memainkan sendoknya. "Bumbu cinta, hahaha. Lupakan saja itu," katanya sambil tertawa kecil. Leon terdiam, tapi senyum muncul di wajahnya. Ia merasa ada yang berbeda dari Adara malam ini. Tawa Adara terdengar begitu manis dan alami.

Percakapan mereka berlanjut cukup lama. Leon merasa nyaman, sementara Adara tetap menjaga sikap manisnya, meskipun ada rencana tertentu di balik itu. Namun, momen hangat mereka tiba-tiba terputus ketika suara langkah kaki terdengar mendekat.

Clarissa muncul dari arah belakang. "Kalian sedang apa?" tanyanya dengan nada penuh kecurigaan. Adara menoleh santai, sementara Leon tampak sedikit terganggu.

"Hm, terimakasih atas makanannya mas. Aku kembali dulu," ujar Adara pelan, memberikan tatapan sekilas kepada Leon sebelum pergi meninggalkan ruangan.

Leon menghela napas, lalu bangkit tanpa menjawab pertanyaan Clarissa. "Aku naik dulu," katanya, meninggalkan Clarissa yang tertegun.

Clarissa membelalak kaget. Tatapannya yang menuntut penjelasan tidak terbalas. Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka?

1
Nia Nara
Davin?
Evy
Adara kok begitu... walaupun Ayah dan saudara kandung pernah melakukan kesalahan..tapi mereka sudah berusaha untuk bisa dekat dan memperbaiki hubungan dengan baik.keras benar hati mu..
Dhewyy Aditya: mba e gk semua kesalahan bisa selesai hanya dengan kata maaf,rasa kecewa dan sakit hati yg menumpuk bertahun tahun gk akan bisa hilang hanya dalam sehari,sikap adara manusiawi, justru rasa sakit dari orang terdekat terutama keluarga yg bakalan susah dilupakan.
total 1 replies
Farika Willesden
bgus
Farika Willesden
kyknya cwok misterius itu arvan deh
Evy
lelaki misterius itu...apakah mantan pacar Clarissa.....
Evy
Beruntung nya Adara bisa menjadi bagian keluarga yang penuh cinta dan kehangatan akan kasih sayang.
Evy
Mungkin Abangnya yang menyamar untuk mendekatkan diri pada adiknya yang selalu cuek...
Evy
Ternyata Abang sulungnya tetap sayang adik perempuan nya...
Evy
Sepertinya menarik juga ceritanya...
Ninik Srikatmini
apa rencanamu dara..
Ninik Srikatmini
tega ya pk arga hrsnya jd hari yg brrsejarah utk dara ini mlah jd hari yg buruk
Ninik Srikatmini
kevin.. davin an durhska sama ibu kandung sndiri tega ngatain gila.. sdngkn sama ibu tiri bgt nurut
Bahrozi Papanya Dauzz
bagus
Bahrozi Papanya Dauzz
bagus jalan ceritanya
Ninik Srikatmini
bikin penssaran aja siapa laki2 misterius itu
Ninik Srikatmini
sahabat sahabat yg solid.. 👍
Ninik Srikatmini
pria misterius itu leon dara kakak ipar tirimu
Ninik Srikatmini
sabar ya dara.. saudara laki2 itu jahat
Tutut Srikandi
muter muter ga jelas
CB-1
Biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!