Penikahan yang seharusnya berjalan bahagia dan penuh dengan keharmonisan untuk sepasang suami istri yang baru saja menjalankan pernikahan, tapi berbeda dengan Evan dan dewi. Pernikahan yang baru saja seumur jagung terancam kandas karena adanya kesalah pahaman antara mereka, akankah pernikahan mereka bertahan atau apakah akan berakhir bahagia. Jika penasaran baca kelanjutannya di novel ini ya, jangan lupa tinggalkan komen dan like nya… salam hangat…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_1411, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Evan.
Sore harinya Evan yang berulang kali mendapat telpon dari caca merasa kesal, dia saat ini sedang berada di jalan menuju ke bandara. Jalan yang terlihat macet karena adanya mobil yang mogok di arah jalan menuju bandara, berulang kali pula caca terlihat menghubungi Evan.
“Kenapa kamu dari dulu kamu tidak bisa berubah sih ca, tidak sabar dan manja.”
Gerutu Evan yang menekan pedal gasnya setelah melihat jalan yang terlihat longgar, segera dia parkirkan mobilnya di area parkir. Memastikan mobilnya sudah terkunci Evan segera berjalan menuju ke pintu kepulangan penumpang di bandara tersebut, Evan dapat melihat caca yang sudha menunggunya.
Melihat caca yang terlihat sangat kesal membuat Evan semakin tidak bersimpati dengan caca, dia sudha merasa bosan melihat sikap caca yang seperti anak kecil.
“Caca…”
Tegur Evan setelah berdiri di belakangnya, caca menoleh melihat Evan yang berdiri di belakangnya. Seketika rasa kesal dan dongkol ya hilang melihat wajah tampan Evan, caca segera memeluk Evan dengan sangat erat.
“Sayang… aku kangen banget sama kamu.”
Tanpa mereka sadari tingkah mereka menjadi perhatian publik, bukan dari pertemuan mereka saat ini saja. Tapi sejak Evan masuk kedalam pintu masuk tadi, style Evan dan postur tubuh Evan membuat pandangan orang orang di sana menatap Evan dengan penuh kekaguman.
Bagi Evan itu semua sudah biasa, jadi dia akan cuek dan tidak mau tahu. Evan membalas pelukan caca hanya sebagai formalitas saja, tapi berbeda dengan caca. Dia merasa jika Evan juga merindukannya, caca segera menarik lengan Evan dan berjalan keluar dari AirPort.
Tangan evan yang di tarik caca, dengan sigap menarik koper milik caca. Mereka berjalan keluar dan menuju ke parkiran, tadinya Evan menyuruh caca agar menunggunya tapi caca menolaknya dan mengikuti Evan menuju ke mobilnya.
“Sayang aku kangen sama kamu.”
Caca mendekati Evan dan segera mencium bibir Evan, dulu Evan akan segera membalas ciuman caca. Tapi kali ini Evan hanya diam dan tidak membalas ciumannya, merasa Evan yang diam caca pun melepaskan ciumannya. Dia menatap Evan dengan rasa penasarannya, tapi caca menepis pikiran buruknya.
“Apa kamu lelah sayang, maaf tadi aku terlalu kesal karena kamu lama sekali menjemputku.”
“Hmm…”
Melihat Evan masih terlihat kesal dengan tidak tahu malunya caca memeluk lengan Evan dan menyandarkan kepalanya di bahu Evan.
“Kita makan dulu yuk sayang, aku lapar.”
“Baiklah, kamu mau makan dimana…?”
“Aku ingin makan di mall, makan ramen yang pedas dan sedikit asam. Hehe… kelihatannya segar banget, kamu mau kan..?”
Evan mengangukan kepalanya, dia mengikuti apa kemauan caca. Segera dia lajukan mobilnya ke arah mall yang dewi maksud, setelah memarkirkan mobilnya Evan dan caca segera berjalan menuju ke tempat yang menjual ramen kesukaan caca.
Tanpa Evan sadari ternyata dewi juga berada di sana, melihat caca yang dengan manja menggandeng lengan Evan. Dewi yang tadinya ceria seketika berubah masam setelah melihat Evan dan caca, Sinta yang merasa aneh akan sikap dewi berusaha menegurnya.
“Hei wi, kamu kenapa…?”
“Oh.. aku…malu tidak apa apa, ayo katanya kita mau makan ramen.”
Sinta yang tidak ingin menanyakan keanehan dewi segera mengangukan kepala dan mengikuti dewi yang menarik tangannya, sedangkan galih dan adam yang berada di belakang dewi dan Sinta mengikuti layaknya pengawal.
Evan yang sedang menikmati ramen dengan caca di depannya seketika menghentikan gerakannya melihat dewi yang masuk bersama Sinta, tapi tiba tiba Evan mengengam erat sumpit yang berada di tangan kanannya setelah melihat galih dn temannya berjalan di belakang dewi.
Tak…
bunyi sumpit patah membuat atensi caca teralihkan melihat tangan Evan, caca yang terkejut melihat sumpit milik Evan yang patah dengan penuh perhatian mengambil tisu dan mengelap cipratan jpkuah ramen yang berceceran di meja depan Evan.
“Kamu kenapa sayang.”
“Aku… aku tidak apa apa.”
Evan yang tersadar karena ulahnya menjawab pertanyaan caca dengan nada sedikit gugup, dia tidak ingin caca mengetahui jika saat ini Evan di bakar cemburu karena melihat dewi berjalan bersama galih.
Tatapan evan hanya tertuju ke satu arah, dimana dewi sedang bergurau dengan teman temannya terutama galih. Evan memberi kesempatan untuk dewi menikmati ramennya, sebelum Evan menghampirinya.
Sepertinya dewi tidak menyadari akan keberadaan Evan di sana, terlihat jika dewi dengan leluasa bersenda gurau tanpa memperhatikan Evan yang selalu menatapnya.
“Sayang… apa kamu mendengarku.”
Ucapan caca menyadarkan Evan yang menatap dewi sejak tadi, Evan yang terkejut berusaha mengalihkan obrolannya agar caca tidak curiga.
“Kapan kamu akan kembali ke LN.”
“Mungkin minggu depan aku sudah kembali ke sana, aku tidak bisa lama lama di sini. Kamu tahu sendiri kan sebentar lagi kita juga akan skripsi, jadi aku ingin menyelesaikan semuanya dengan baik. Tapi sayang, aku mohon maaf jika setelah lulus kuliah aku sepertinya akan menetap di sana selama beberapa tahun.”
“Oh… that’s oke, aku bisa datang ke LN menemui kamu.”
Mendengar ucapan Evan sontak dewi mencegahnya kedatangan Evan menemuinya ke LN, sampai Evan penasaran dengan alasan yang di buat caca. Sepertinya ada sesuatu yang caca sembunyikan selama ini, sampai Evan tidak di perbolehkan menemuinya ke LN.
“Tidak… tidak perlu kamu menemui aku kesana, besar aku yang menemui kamu ke sini. Soalnya aku… aku di sana sangat sibuk, jadi aku tidak bisa menemuimu.”
Alasan yang sangat mencurigakan bagi Evan, tapi Evan tidak akan mempermasalahkannya. Karena Evan juga akan mengakhiri hubungannya dengan caca secepatnya, dia tidak ingin membuat dewi merasa sakit hati melihat kedekatannya dengan caca.
“Baiklah…”
Evan meletakkan sumpitnya dan kembali menatap dewi yang ternyata gilang sedang membersihkan mulut dewi dengan tisu, sontak kepala dan hati Evan merasa sangat panas di buatnya.
Evan segera berdiri dan dengan segera menghampiri dewi, melihat Evan yang tiba tiba berdiri caca pun melihat kemana Evan akan berjalan.
“Dewi…” lirih caca.
Evan segera menarik tangan dewi dengan sangat kencang, cengkraman tangan Evan membuat dewi mengaduh kesakitan.
“Kakak…”
Dewi terkejut dengan kedatangan Evan yang tiba tiba, wajah Evan penuh dengan amarah dan dewi dapat melihat itu semua. Evan menarik dewi untuk segera pergi dari sana, tanpa berkata apapun Evan pergi bersama dewi tanpa berpamitan ke caca.
Saat caca akan mengikuti Evan, seorang pelayan menghentikannya.
“Maaf kak, anda harus membayar dulu di kasir sebelum anda pergi.”
Caca merasa kesal dengan Evan yang meninggalkannya begitu saja, dengan menghentakkan kakinya caca berjalan ke arah meja kasir dan membayar makanannya.
Sedangkan Evan dan dewi saat ini sudah berada di dalam mobil Evan, suasana tegang terasa di dalam mobil Evan. Segera Evan menghidupkan mobilnya dan berjalan keluar dari mall tersebut untuk segera menuju ke arah apartemen Evan.