Naomi Tias Widuri menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu rumah tangga biasa setelah menikah dengan laki-laki bernama Henda Malik Ahmad. Di persunting oleh Hendra satu tahun yang lalu, kini Naomi dan Hendra akan segera memiliki buah hati.
Naomi yang patuh kepada suami memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan nya sebagai seorang Direktur di perusahaan ayahnya, dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk melayani sang suami.
Namun ternyata kepatuhan Naomi terhadap suami tidak membuat Hendra setia terhadapnya, justru Hendra mempunyai wanita lain di saat Naomi hamil di usia tujuh bulan.
Penderitaan yang Naomi alami semakin lengkap setelah mengetahui bahwa selingkuhan suaminya tersebut adalah orang yang sangat ia kenal.
Jika kalian Penasaran siapa selingkuhan Hendra, mari kita simak bersama-sama novel ini.
Happy Reading ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Keesokan harinya Naomi sudah mulai bangkit dari keterpurukan akibat selingkuhan suaminya. Pagi ini Naomi terlihat sudah rapi menggunakan dress berwarna coklat dengan rambut di biarkan terurai. Hari ini Naomi memutuskan untuk pergi ke rumah istri Hendra yang berada di desa, tempat di mana waktu Naomi mengikuti Hendra.
Dengan langkah berhati-hati Naomi menuruni anak tangga. Di sana Naomi melihat ternyata Hilda sudah tiba di rumahnya dan sedang menunggu di ruang tamu.
"Kamu sudah siap Nom?." Hilda yang beranjak dari duduknya mendekat ke arah Naomi.
"Sudah.. maaf ya nunggu agak lama.."
"Santai aja.. yok berangkat sekarang." Hilda yang menggenggam tangan Naomi lalu berjalan keluar untuk menuju ke mobil.
Pak Wicak sudah sigap menunggu di dekat mobil, lalu membuka pintu mobil untuk Naomi dan juga Hilda. Hilda memutuskan untuk ikut menemani Naomi datang ke rumah istri Hendra, karena Hilda takut jika Naomi kenapa-kenapa datang ke sana sendirian apa lagi sedang hamil besar.
Di dalam mobil Hilda terus menggenggam tangan Naomi, agar Naomi tetap kuat dalam menjalani ujian yang ia alami sekarang.
"Aku sudah tidak apa-apa kok Hil.. aku sudah baik-baik saja. Bahkan aku sudah tidak ada rasa sakit lagi.. aku sudah tidak perduli dengan kehidupan laki-laki itu. Fokus aku hanya segera bercerai dan memberikan yang terbaik untuk anak aku nanti." ucap Naomi menatap ke arah Hilda yang duduk di sampingnya.
Hilda yang mendengar ucapan Naomi mengulum senyum. "Bagus.. lebih cepat move on lebih baik. Oh ya.. apa kamu sudah tahu, siapa istri Hendra yang ada di kampung itu?." tanya Hilda.
Naomi menggelengkan kepalanya. "Aku hanya tahu namanya saja. Namanya Maya, dan dia memiliki anak satu perempuan yang bernama Hilma."
"Dia adalah anak pak lurah di kampung itu. Keluarganya cukup terpandang, bahkan keluarga yang cukup kaya di kampung itu.."
"Kok kamu tahu? dari mana kamu tahu?."
"Hah.. aku apa sih Nom yang gak tahu. Ibunya sudah meninggal satu tahun yang lalu, dan ayahnya sudah menikah lagi tinggal tidak jauh dari rumah Maya dan Hendra. Tapi Maya sudah mendapatkan warisan tanah dan beberapa peternakan dari ayahnya. Maka dari itu dia keluarga cukup mampu. Mungkin itu yang membuat Hendra tidak mau meninggalkan perempuan itu, secara suami gila mu itu orang miskin." jelas Hilda.
"Apa mungkin Hendra menikahi ku juga hanya untuk harta saja?."
"Bisa jadi.. karena dia kan di beri kesempatan untuk mengelola perusahaan ayahmu. Tapi justru perusahaan tidak pernah berkembang setelah berada di tangan Hendra." jawab Hilda.
Naomi yang mendengar ucapan Hilda hanya menganggukkan kepalanya.
"Nah.. kita harus membuat Hendra hancur, biar dia merasakan apa yang wanita-wanita rasakan menjadi pemuas nafsunya. Enak aja dia tetap hidup bahagia setelah membuat kamu dan para wanita-wanita tersiksa karena dia.. mana adil?."
"Iya.. aku tidak terima di perlakukan seperti ini.. apa lagi di bohongi. Aku rela membantah kedua orang tua ku tetap menikah dengan nya. Justru dia malah mengkhianati ku."
"Kalau dia di biarkan begitu saja tanpa di beri pelajaran.. makin banyak wanita yang akan menjadi pemuas nafsunya. Hanya modal tampan aja belagu.. Coba kalau bukan uang kamu dan uang istrinya di kampung, mana punya uang tu laki!." Hilda yang benar-benar merasa kesal dengan Hendra.
Setelah perjalanan cukup jauh, akhirnya Naomi dan Hilma sudah sampai di kediaman Maya. Dari dalam mobil Hilda dan Naomi menatap ke arah rumah tersebut.
"Itu rumahnya?." Naomi yang menunjuk ke arah rumah berwarna biru.
"Pantas rumahnya yang terlihat paling mentereng di desa ini... orang tuannya aja tuan tanah." ucap Hilda.
Naomi yang mendengar ucapan Hilda seketika menoleh ke kanan dan ke kiri menatap ke arah rumah-rumah warga. Memang benar rumah Maya dan Hendra terlihat paling bagus di desa tersebut. Dindingnya sudah bertembok dan memiliki lantai dua. Bahkan halaman rumahnya cukup besar. Beda hal nya dengan rumah warga. Masih banyak menggunakan kayu dan bambu.
"Sepertinya Hendra tidak ada di rumah.. mobilnya tidak ada." ucap Hilda.
"Iya.. mungkin sedang jajan di luar.." sahut Naomi.
"Maksud kamu jajan wanita?." Hilda yang terkekeh dengan ucapan Naomi, dan Naomi pun hanya mengulum senyum.
"Suami mu itu memang suka menabur benih di mana-mana." Hilda yang kembali tertawa.
"Sudah ah ayo turun." Ajak Naomi yang sudah tidak mau menanggapi percandaan Hilda.
Mereka berdua kini sudah turun dari dalam mobil, sedangkan pak Wicak menunggu di dalam mobil. Dengan sangat berhati-hati Naomi dan Hilda melangkahkan kakinya, karena jalan cukup licin dan berlumpur.
Beberapa warga yang melihat kehadiran Hilda dan Naomi di kampung tersebut banyak yang keluar rumah. Mereka melihat ke arah Naomi dan Hilda dengan tatapan yang penuh penasaran.
"Kenapa banyak warga yang melihat ke arah kita?." tanya Naomi.
"Namanya juga di desa Nom.. orang desa itu suka kepo. Beda dengan orang kota, kalau orang kota ma elo-elo.. gua-gua.." jawab Hilda.
Kini mereka berdua sudah berdiri di depan pintu rumah. Hilda segera mengetok pintu. Beberapa kali ketokan tidak ada sahutan. Mereka berdua masih menunggu di depan rumah dengan Naomi yang sedikit kedinginan karena cuaca di desa tersebut cukup dingin apa lagi baru saja turun hujan.
"Mungkin tidak ada orang di rumah.."
"Kita tunggu dulu.." Hilda yang kembali mengetok pintu dan tidak lama akhirnya pintu pun terbuka.
Naomi dan Hilda melihat wanita masih muda mungkin hanya terpaut sedikit tua dari Naomi dan Hilda beberapa tahun saja. Naomi melihat wanita putih bersih, berambut panjang dan memiliki bulu mata yang lentik. Tidak heran jika suaminya menyukai Maya selain Maya kaya dia juga tak kalah cantik dari Naomi.
"Permisi apa benar ini rumah mbak Maya dan mas Hendra?." tanya Hilda berbasa-basi.
"Iya benar.. ada perlu apa ya? kalau mau mencari mas Hendra dia sedang tidak ada di rumah, dia masih kerja.." ucap Maya yang tidak heran karena kerap datang seorang wanita ke rumah mereka untuk mencari Hendra. Apa lagi Maya melihat Naomi sedang hamil besar. Maya pikir wanita yang berdiri di depannya ini ingin mengaku-ngaku menjadi istri Hendra.
"Kami tidak ingin bertemu dengan mas Hendra mbak.. kami ingin bertemu dengan mbak Maya sendiri." ucap Hilda lagi.
"Duh maaf mbak, saya sedang tidak mau menerima tamu.. soalnya banyak yang seperti mbaknya. Datang ke sini dengan perut besar untuk meminta pertanggung jawaban dari suami saya. Saya tidak mau keluarga saya rusak karena hanya hal seperti ini." Maya yang merasa keberatan dan menolak secara halus.
next Thor...