"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Aku akan perjuangin kamu Zea." Kaiden
Vandra adalah kakak dari Kaiden yang diam-diam senagaja mendekati Zea agar membuat Kaiden cemburu. "Aku tahu dia mantan pacarmu Kaiden."
Situasi semakin memanas saat sebuah kebenaran identitas Zea terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Zea. Siapa yang make up in kamu?" tanya Mawar menatap penuh kagum.
Zea tersenyum lebar. "Non Vara Bu."
"Asli... kamu' buat saya pangling loh." Celetuk Mawar lagi.
"Hai tante." Sapa Nesha yang melangkah mendekat disusul Kaiden dibelakangnya.
Nesha merangkul Estiana dan cepika-cepiki. "Tante sehat?"
Estiana mengangguk. "Sehat sayang." jawab Esti sambil mengelus punggung Nesha.
"Kok' baru datang?" Mawar bertanya
Nesha tersenyum tipis. "Kaiden jemput-nya telat Tante."
"Aku sampai. Kamu-nya masih dandan kok." Sela Kaiden membela diri. Ia menatap sebal kearah kekasihnya.
Mawar tersenyum tipis melihat interaksi Nesha dan Kaiden.
"Em... kita foto dulu yuk." Mawar mengajak. Ia membuka tas dan meraih hp nya.
"Kai' bisa tolong fotoin tante sama Zea?"
Kaiden tersenyum antusias. "Bisa tante."
Kaiden mengadakan tangan dan menerima hp milik Mawar.
Mawar menggandeng lengan Zea, keduanya tersenyum lebar didepan kamera.
Cekrek
Cekrek
"Om, ikut." Haidar bangkit dari duduknya dan langsung berdiri di samping Zea. Posisinya Zea ditengah mereka.
Zea tersenyum canggung, ia menggeser tubuh dan lebih menyerong ke arah Mawar agar tidar terlalu mepet. "Jadi gini rasanya foto keluarga." batin Zea memanas.
"Oke siap ya." Kaiden memberi aba-aba.
Cekrek
"Oke. Sekarang pake gaya Tan." Pinta Kaiden didepan sana.
Mawar merangkul pinggang ramping Zea, memepet kan tubuh mereka berdua. Sementara Haidar, ia merangkul bahu sang istri. Posisi Zea yang tadinya sudah berjaga jarak, kini mereka jadi benar-benar dekat.
"Tunggu!" Seorang pemuda ber-jas hitam datang menyela.
"Apaan lo! Mau ikut?" Kaiden disana menahan geram
"Iya ikutan." Ucap pemuda itu sambil cengengesan.
Haidar tersenyum, ia menggeser tubuh dan memberi akses bagi pemuda tadi. Senyum lebar tercetak di bibir Zea karena tepat dibelakang Kaiden ada Vandra yang tersenyum tipis sambil memperhatikan nya.
Cekrek
"Oke." Kaiden melangkah memeberikan hp milik Mawar.
Mata Mawar berkaca-kaca mengelus foto yang ia lihat.
"Ibu kenapa?" tanya Zea
Mawar menggeleng, ia menatap Zea dan mengelus pipi Zea. "Gapapa."
"Dari mana saja kamu?" Haidar bertanya
Si pemuda tadi cengengesan. "Biasa Pa anak muda."
"Pacaran mulu. Huu..." ejek Nesha
"Dari pada pacaran gak dinikahin." Celetuknya yang langsung mendapat pelototan tajam Mawar.
"Oh iya Zea. Kenalin dia Ezra anak saya." Mawar memperkenalkan.
Zea berjabat tangan.
Zea
Ezra
Ezra menatap Zea dengan alis yang meliuk. "Wajahnya gak asing. Kaya pernah liat. Tapi dimana?" batin Ezra
"Ekhem." Vandra melepaskan tangan Ezra yang masih menggenggam tangan Zea.
Ezra menggaruk kepalanya. "Eh sorry bang. Gak sengaja."
Vandra mengangguk saja. "Sayang kamu laper?" tanya Vandra.
Zea mengangguk pelan ia menyembunyikan senyumnya. "Dari tadi saya laper mas."
"Duluan Pa, Ma. Tante, Om. Vandra mau makan dulu." Pamit Vandra menggandeng tangan Zea pergi menjauh.
Kaiden menatap dengan sorot mata tajam. "Ze. Kamu sengaja buat aku cemburu?" batin Kaiden.
"Bisa-bisanya kamu mau dipanggil sayang sama cowok kayak Vandra. Cih." Lanjutnya membatin.
"Vandra cocok ya sama Zea." ucap Mawar yang masih menatap punggung mereka yang sudah tertelan kerumunan.
"Cocokan lagi kalau sama aku Bun." celetuk Ezra yang mendapat pelototan tajam mata Kaiden.
"Ngapa lu? Mata lu mau copot?" Sinis Ezra menatap sengit kearah Kaiden.
"Omongan lu gak mutu. Zea gak cocok sama cowok berandal kayak Lo!" Ketus Kaiden
Sebelah alis Ezra terangkat. "Jadi cocokan sama siapa. Sama Lo?" Ezra menatap remeh kearah Kaiden.
"Sudah-sudah kalian kalau ketemu selalu saja ribut seperti ini." Lerai Mawar yang menarik tangan Ezra agar tidak mendekat kearah Kaiden.
Tangan Kaiden mengepal kuat. Menahan rasa didalam dadanya. "Awas aja Lo." ucapnya tanpa suara. Setelahnya Kaiden pergi tanpa permisi.
"Bun Ezra mau ketoilet dulu." ucapnya menatap tajam kearah Nesha.
"Tante, Nesha mau ketoilet sebentar ya." pamit Nesha yang diangguki Estiana.
"Pembantumu berasal dari mana?" Tanya Haidar pada Elias.
"Semarang."
***
Ezra baru saja keluar dari toilet. Ia menatap kesal kearah Nesha yang berdiri menyandar di dinding sambil melipat kedua tangannya didepan dada.
Tak pedulikan itu Ezra memilih mencuci tangannya. Dari kaca sini Nesha terlihat Nesha melangkah mendekat. "Apa?" Ketus Ezra membuat langkah kaki Nesha terhenti.
"Lo gak capek apa berantem mulu sama Kaiden?" ucap Nesha yang menempel kan kepalanya dengan manja.
"Nes. Stop!"
"Ezra. Aku tau kamu cinta sama aku." Nesha semakin berani memeluk tubuh Ezra dari belakang.
Ezra berbalik dan menyentak tangan Nesha dengan kuat. "Lo deketin gue karena ada maunya kan Nes! Gue Ezra. Dan gue cuman cinta sama adek Lo. Yoan!"
Ezra menggelengkan kepalanya. "Yoan. Lebih baik dari pada Lo!" ucap Ezra menuding tepat di wajah Nesha.
Nesha tersenyum sinis. "Dia bukan adik gue!"
"Sekali lagi Lo sakiti Yoan. Gue gak tinggal diam Nes!" Peringat Ezra melangkah pergi.
"Oh ya satu lagi." Ezra berbalik menatap nyalang manik mata Nesha. "Lo sakiti Yoan. Gue bongkar skandal Lo!" ancaman yang langsung membuat Nesha melotot tajam.
"Ezra." Teriak Nesha lirih.
Tak pedulikan itu. Ezra melangkah keluar meninggalkan Nesha yang syok tidak karuan.
"Mana Nesha?" Suara tegas Kaiden menghentikan langkah Ezra. Ia memutar tubuh menatap Kaiden dari atas sampai bawah.
"Bilang sama cewek Lo. Gue gak nafsu." bisik Ezra, setelahnya ia pergi meninggalkan Kaiden.
Kaiden mematung mendengar ucapan Ezra yang notabene nya lebih muda dari dirinya. Kaiden mengepalkan tangannya. Ia merogoh ponsel dan menghubungi seseorang. "Bal. Ntar kita nginep diapart Venus." Panggilan langsung Kaiden putuskan setelah mendengar kesanggupan temannya.
"Aku gak bisa seriusin kamu Nes. Kalau apa yang selama ini jadi praduga aku bener." gumamnya lirih.
***
Tak terasa jam dipergelangan tangan Vandra sudah menunjukan pukul 22.00 pm. "Ze kamu sudah mengantuk?"
Zea mengangguk. "Mas aku kenyang banget." ucapnya mengelus perut
Vandra tertawa. "Kamu sih. Semua makanan mau kamu coba. Semoga pulang dari sini perut kamu gak kenapa-kenapa deh."
"Udah bisa balik belum mas. Zea ngantuk." Zea mengangkat kepalanya, matanya menatap langit-langit ballroom. Matanya sudah menyipit, berikan saja bantal pasti Zea sudah langsung tertidur.
"Ayo kita foto terus pamitan sama pengantinnya." Vandra menggandeng tangan Zea menuju panggung pengantin.
"Van? Pacarmu?" Nadia pengantin wanita yang bertanya
Vandra mengangguk. "Selamat ya Nad." Ia menyalami sang pengantin wanita. "Selamat Yuka." selanjutnya ia menyalami pengantin pria.
"Foto dulu yuk." Ajak Nadia.
Mereka mengambil posisi masing-masing. Zea berdiri disamping Nadia, sementara Vandra berdiri disamping Yuka.
Cekrek
"Nah kalian berdua. Sini ditengah." titah Nadia menggeser tubuh. Zea membantu mengangkat gaun agar mudah berjalan.
"Nah kalian berdua ditengah."
Vandra merangkul pinggang Zea, "Slow aja jangan deg-degan." ucap Vandra yang merasakan kecanggungan Zea.
Nadia berdiri disamping Vandra. Yuka berdiri disamping Zea
"Oke satu, dua." Kameramen didepan memberi aba-aba.
Cekrek
Vandra berbisik ditelinga Yuka. "Yakin' kuat Bro! Gak capek berdiri sambil nyengir." Sindir Vandra sekenanya.
Yuka tertawa. "Gue udah minum ramuan tadi."
Vandra cengengesan. "Gas lah! Gua tunggu kabar baiknya."
Mereka berdua cepika-cepiki usai memberikan kado.
"Mau langsung pulang?" Tawar Vandra sesuai turun dari panggung.
Zea berkedip-kedip lambat. "Mas. Asli Zea ngantuk." ucap Zea serius.
Vandra yang paham langsung merangkul tubuh Zea untuk keluar dari ballroom hotel itu.
Zea berjalan hampir tersandung karena pakai heels. "Aduh."
Karena rasa kasihan, Vandra langsung menggendong Zea ala bridal style. Zea tak berbicara lagi. Karena memang dia mengantuk.
"Pak tolong bukakan pintu mobil saya." pinta Kaiden pada penjaga yang berdiri disekitar mobilnya.
Brak
Zea didudukan dengan perlahan oleh Vandra. Pandangan Vandra fokus pada ekspresi Zea yang seperti menahan sakit.
Ia berjongkok diluar pintu mobil. Membuka heels Zea. "Ya Allah Ze, ini merah banget. Kamu gak biasa ya?" Tanya Vandra khawatir.
Zea meringis menahan sakit. "Saya kira pake heels memang sesakit ini mas. Makanya saya paksain saja."
"Kita pulang sekarang ya."
Zea mengangguk mengiyakan.