Apa pun itu, perihal patah hati selalu menjadi bagian kehidupan yang paling rumit untuk diselesaikan.
Tentang kehilangan yang sulit menemukan pengganti, tentang perasaan yang masih tertinggal pada tubuh seseorang yang sudah lama beranjak, tentang berusaha mengumpulkan rasa percaya yang sudah hancur berkeping-keping, tentang bertahan dari rindu-rindu yang menyerang setiap malam, serta tentang berjuang menemukan keikhlasan yang paling dalam.
Kamu akan tetap kebasahan bila kamu tak menghindar dari derasnya hujan dan mencari tempat berteduh. Kamu akan tetap kedinginan bila kamu tak berpindah dari bawah langit malam dan menghangatkan diri di dekat perapian. Demikian pun luka, kamu akan tetap merasa kesakitan bila kamu tak pernah meneteskan obat dan membalutnya perlahan.
Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu penawar, tapi raciklah penawarmu sendiri, Jangan menunggu orang lain datang membawakanmu kebahagiaan, tapi jemputlah kebahagiaanmu sendiri.
Kamu tak boleh terpuruk selamanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
"Kemana saja kamu selama ini, mas? Bertahun tahun kamu sama sekali tidak perduli pada Luna, tapi kenapa tiba tiba kamu perduli, aneh saja sih." Laras menatap tajam dengan wajah memerah.
"Kamu harus selidiki bagaimana laki laki itu, siapa tau dia cuma mengincar uangmu saja untuk numpang hidup enak. Aku tau kamu baru dapat warisan, jadi hati hati dalam memilih pendamping. Lebih baik kita balikan, lagian kamu sudah tau siapa aku, aku gak akan menyakiti kamu dan Luna, aku janji." Balas Bimo yang masih belum menyerah untuk meyakinkan Laras, namun Laras justru tertawa mendengar ocehan mantan suaminya yang terdengar ngawur dan sok tau. Laras semakin yakin dengan perubahan sikap Bimo yang tiba-tiba baik, ternyata memang ada maunya.
"Warisan?" Ulang Laras dengan wajah dibuat seserius mungkin, ingin tau lebih dalam apa yang ada di pikiran mantan suaminya itu.
"Aku tau kok, kamu baru dapat warisan, kan? Makanya kamu sekarang bisa tampil beda dan bisa buka usaha kos kosan juga merenovasi rumah. Kamu harus waspada pada siapapun yang mendekati kamu, apalagi urusan untuk pendamping hidup. Jangan sampai kamu menyesal nantinya jika salah pilih orang, bisa bisa hidup kamu menderita." Sambung Bimo dengan tatapan tajam, berharap kalau Laras mau mendengarkan omongannya.
"Aku tidak pernah merasa dapat warisan, lagian warisan dari mana, orang tuaku juga bukan dari keluarga berada. Dan untuk usaha kos kosan ini juga rumah yang aku tempati ini adalah milik orang lain yang kebetulan aku kenal. Karena kasihan, beliau mengijinkan aku tinggal di sini dan juga memintaku untuk bekerja menjaga usaha miliknya, kos kosan ini." Sahut Laras dengan tetap tenang dan suara datar, Bimo mengerutkan wajahnya menatap Laras seksama.
"Kamu yakin dengan apa yang kamu katakan, Ras? Jadi kamu gak dapat warisan dan kos ini bukan milikmu sendiri?" Sahut Bimo setengah tidak percaya.
"Ya, ini semua sudah jadi milik orang lain, dan aku hanya numpang dan sekedar bekerja di sini. Alhamdulillah, berkat bantuan beliau, aku dan anakku tidak terlunta lunta di jalan." Sambung Laras menahan gemuruh di dadanya yang mendadak sesak oleh rasa sakit pada kelakuan laki laki yang ada di hadapannya saat ini.
"Aku kira ini semua milikmu, dan kamu dapat warisan dari bapakmu itu. Tapi sepertinya kamu jauh lebih baik, dari pakaian dan perhiasan yang kamu pakai juga motor baru kamu, kamu sudah punya uang cukup banyak. Kalau kita balikan, aku akan bantu kamu menjaga kos kosan ini dan juga aku akan melindungi kamu sama Luna. Ibuku bisa ikut tinggal di sini, biar kamu tak kesepian. Bagaimana, kesempatan tidak akan datang dua kali, sebaiknya kamu pikirkan lagi tawaranku ini." Sambung Bimo dengan lancarnya, berharap Laras bisa goyah dan menerima ajakan rujuk darinya.
"Maaf, aku gak bisa lagi menerima kamu, mas. Aku sudah punya calon suami yang insyaallah bisa menjaga dan melindungi lahir batinku. Lebih baik kamu fokus saja sama keluarga baru kamu. Bukannya Munaroh adalah pilihan kamu dan kamu sangat mencintainya?" Sahut Laras dengan wajah datarnya, sedikitpun tidak terpengaruh dengan kata kata manis dari Bimo.
"Kenapa kamu egois sekali, Laras. Harusnya kamu lebih mikirin nasib Luna dari pada mengutamakan hawa nafsumu yang haus belaian itu, dasar perempuan murahan." Pekik Bimo dengan mata menyala, kesabarannya hanya setipis tisu untuk berpura-pura baik di hadapan mantan istrinya, setelah apa yang diinginkan tidak terwujud, sikap kasarnya kembali keluar.
"Jaga bicaramu, Bimo! Kamu memang tidak pantas di hargai, awalnya aku berusaha menerima kamu dengan tangan terbuka sebagai ayahnya Luna. Tapi dengan sikapmu yang seperti ini, sebaiknya kamu segera angkat kaki dari sini. Aku tidak sudi melihatmu lagi, pergilah. Jangan ganggu kebahagiaanku dengan Luna, urus saja hidupmu sendiri. Dan ingatlah selalu, hidup itu tabur tuai. Aku yakin, cepat atau lambat, kamu dan keluargamu akan menuai apa yang sudah kalian lakukan pada kami selama ini. Sampai detik ini, aku masih tidak iklas akan kelakuan kalian padaku juga anakku. Pergilah dan jangan pernah datang lagi di rumah ini, karena aku mengharamkan kamu dan seluruh keluargamu menginjakkan kaki dirumah ku!" Teriak Laras penuh emosi, ucapan Bimo sungguh melukai hatinya dan sangat menginjak harga dirinya sebagai wanita. Luna yang memang sudah menduga akan ada perdebatan dengan orang tuanya, sedari tadi memilih menutup telinganya dengan hansed sambil mendengarkan musik di YouTube. Sedangkan bulek Tini yang tengah menidurkan cucunya langsung beranjak untuk melihat apa yang terjadi.
"Ada apa, Ras?" Bulek Tini berjalan tergesa dan langsung mendekati Laras yang sudah gemetar seluruh tubuhnya sangking emosinya.
"Aku lelah bulek, aku benci dengan laki laki tak tau diri itu. Tolong usir dia dari rumahku, aku muak melihat wajahnya." Sahut Laras tanpa mau melihat ke arah Bimo yang langsung mengepalkan kedua tangannya.
"Jangan sombong kamu, Laras. Kamu bukan apa apa, jangan berharap semua ucapan buruk mu untuk keluargaku terwujud. Dan aku yakin, justru kamu yang akan hidup menderita selamanya, aku yakin kalau kamu sebentar lagi akan terusir dari tempat ini. Setelah kamu jadi gembel, jangan pernah mencari ku untuk memohon bantuan, gak sudi." Balas Bimo dengan wajah mengeras, bulek Tini hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar ocehan Bimo yang diluar nalar manusia yang punya hati.
"Sampai kapanpun Laras tidak akan meninggalkan rumah ini, karena ini milik Laras. Kita buktikan saja siapa yang hidupnya sengsara setelah ini. Pergilah dan jangan pernah lagi ganggu ketenangan Laras. Laras sudah sangat bahagia hidupnya tanpa kamu, pergilah." Sahut bulek Tini yang ikut kesal dengan Bimo yang tak pernah sadar akan kesalahannya.
"Rumah milik orang saja kok bangga, padahal cuma jadi babu untuk bersih bersih, dasar orang kere, tapi mimpinya sampai ujung langit, cih." Decak Bimo sambil memiringkan sudut bibirnya. Laras hanya diam saja, tak mau perduli apapun yang laki laki itu pikirkan.
"Rumah ini memang milik orang lain karena memang sudah di jual. Tapi perlu kamu tau, rumah dan kos kosan di sini adalah milik calon suaminya Laras, laki laki yang sudah menyerahkan dan mempercayakan tempat ini pada Laras sepenuhnya. Jadi, Laras adalah pemiliknya, kamu paham kan?" Sambung bulek Tini yang tidak terima dengan olokan Bimo pada keponakannya.
"Apa?" Lirih Bimo nyaris tak terdengar suaranya, wajah jumawa nya seketika lenyap setelah mendengar ucapan bulek Tini.
"Lebih baik kamu pergi dan jangan datang lagi, karena Laras maupun Luna juga susah tidak butuh kamu." Sinis bulek Tini membalas sikap angkuh Bimo. Tanpa berkata apa-apa lagi, Bimo langsung keluar menuju motornya di parkir. Laki laki itu pergi begitu saja tanpa pamit dengan membawa amarah dan kecewa di hatinya yang panas dengan hinaan yang di lontarkan mantan istrinya juga bulek Tini.
diihh .. khayalan nya terlalu tinggi pake segala ingin ibu nya tinggal disitu .. hadeuuhh .. dasar ga tau malu .. semoga aja Laras bisa melindungi diri nya dan Luna ..