NovelToon NovelToon
BUKAN LELAKI CADANGAN

BUKAN LELAKI CADANGAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Identitas Tersembunyi / Wanita Karir
Popularitas:15k
Nilai: 5
Nama Author: Mama Mia

Srikandi, gadis cantik yang selalu digilai oleh setiap laki laki yang mengenalnya. karena selain cantik dan berasal dari keluarga kaya, Srikandi juga baik hati.

Srikandi memiliki seorang kekasih bernama Arjun, tetapi tanpa sepengetahuan Srikandi ternyata Arjun hanya menganggap dirinya sebagai piala yang dia menangkan dari hasil taruhan saja. Arjun tidak pernah mencintai Srikandi yang dia anggap sebagai gadis manja, yang hanya bisa mengandalkan harta orang tua.

Padahal tanpa sepengetahuan Arjun, Srikandi juga memiliki sebuah bisnis tersembunyi, yang hanya ayahnya saja yang tahu.

Saat Srikandi tahu kebusukan Arjun, Srikandi tidak marah. Srikandi bersikap santai tapi memikirkan sesuatu untuk membalas sakit hatinya. Apalagi hadirnya pria tampan yang mencintai dirinya dengan tulus. menambah lengkap rencana Srikandi.

Arjun harus merasakan juga mencintai tapi tidak di anggap. Arjun harus tahu rasanya patah hati .

ikuti kisah selengkapnya dalam
BUKAN LELAKI CADANGAN

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

16

Yudistira keluar dari ruang meeting diikuti oleh Arkan sekretarisnya. Ada banyak agenda yang dibicarakan hari ini, hingga meeting yang seharusnya dijadwalkan hanya selama satu jam, molor menjadi dua jam.

Ada banyak hal yang membuat Yudistira merasa tidak puas. Salah satunya adalah laporan dari kepala manajer keuangan. Ada indikasi adanya penyelewengan dana, dan itu membuat pria berumur dua puluh delapan tahun itu murka.

Kepala manager langsung dipecat secara tidak hormat saat itu juga. Selain itu juga diharuskan mengembalikan dana perusahaan yang telah diambil, berikut dengan dendanya. Hanya ada dua pilihan, bayar denda atau di blacklist dari seluruh perusahaan. Itu tentu ancaman yang bukan main-main. Yudistira tidak pernah bermain-main dengan keputusannya.

Mungkin sang manajer lupa, atau mungkin juga terlena. Menganggap dirinya tak akan ketahuan. Atau mungkin juga merasa bahwa Yudistira tidak akan bertindak padanya, karena statusnya yang adalah paman jauh dari sang CEO.

Sayangnya dia salah. Tidak ada nepotisme dalam kamus Yudistira.

Berjalan dengan masih menahan kesal dan kemarahannya. Yudistira segera masuk ke dalam ruangannya diikuti oleh Arkan. Dia harus meletakkan beberapa berkas yang dibawanya ke meja sang CEO.

Sesampainya Yudistira di ruang kerjanya, dia langsung duduk begitu saja di kursi kebesarannya. Tanpa menoleh ke kiri maupun ke kanan. Rasa marahnya masih menggumpal di dada. Rasanya memecat Heru Prayogo, pamannya itu tidak cukup membuatnya merasa puas.

“Saya meletakkan berkas Anda di sini, Tuan.” Arkan sang sekretaris segera menata berkas yang dia bawa dari ruang rapat ke meja Yudistira.

“Hemm,” jawab Yudistira tanpa membuka mulut.

“Saya akan menyuruh seorang OB untuk membawakan Anda teh hijau.” Arkan tahu tuannya masih berusaha menahan emosi.

“Hemm.” Lagi-lagi hanya jawaban singkat yang didapat oleh Arkan. Pria berusia dua puluh tujuh tahun kepercayaan Yudistira itu pun segera berlalu dari hadapan tuannya.

Arkan yang hampir membuka pintu dan hendak keluar menghentikan langkahnya. Tatapannya beralih ke sebuah sofa panjang di sudut ruang. Kenapa ada seorang wanita tertidur di sana. Sejak kapan ruangan ini boleh dimasuki oleh seorang wanita? Pertanyaan-pertanyaan bermunculan di dalam benaknya.

“Tuan?” Arkan kembali membalikkan badannya dan menatap ke arah Yudistira.

Yudistira yang semula bersandar sambil memejamkan matanya kembali membuka mata dan menatap ke arah sekretaris yang memanggilnya. Tatapan matanya seolah bertanya, “Ada apa?”

Arkan tidak menjawab tetapi pandangan matanya mengarahkan tuannya untuk melihat ke arah sofa.

Yudistira mengeraskan rahangnya. Dia jelas mengenal siapa yang sedang tertidur di sofa. Parwati Dewi, gadis yang gemar berlenggak lenggok memamerkan lekuk tubuhnya di atas catwalk. Membiarkan setiap mata menikmati tubuhnya. Pekerjaan yang sangat dibenci oleh Yudistira.

Pria itu bangkit dari tempat duduknya lalu mendekat ke arah sofa di mana model cantik masih tertidur pulas. Berdiri di berkacak pinggang tepat di depan sofa. Dan memandang Parwati Dewi dengan raut datarnya.

Dan entah apakah karena kelelahan, memang benar-benar mengantuk, ataukah karena begitu nyamannya ruangan Yudistira. Parwati Dewi bahkan tidak menyadari kehadiran orang dalam ruangan itu. Bahkan sama sekali tidak mendengar percakapan antara Yudistira dengan sekretarisnya.

“Ambilkan aku segayung air!” Perintah Yudistira tanpa menoleh ke arah sekretarisnya.

“Maaf, untuk apa?”

Yudistira menoleh dan menatap tajam ke arah sekretarisnya. Arkan menggaruk tengkuknya merasa telah melakukan kesalahan besar. Peraturan jika berhadapan dengan sang CEO adalah, hanya harus melakukan perintah tanpa bertanya. Dan kali ini dia salah.

“Maaf.”

Arkan pun segera melangkah menuju kamar mandi sang CEO, untuk melakukan perintah, dan beberapa saat kemudian sudah keluar dengan membawa apa yang diminta oleh atasannya itu. Walaupun bingung untuk apa tetapi dia seperti bisa menduga-duga. Segayung air untuk orang yang sedang tidur. Memangnya apalagi jika bukan untuk…

“Ini, Tuan!” Arkan mengulurkan tangannya menyerahkan apa yang telah dibawanya dari kamar mandi. Yudistira menerimanya dengan gerakan cepat sehingga ada sebagian dari air yang memenuhi gayung tercecer. Yudistira tidak peduli dan sedetik kemudian…

Byuurr…

“Aaaa…. hujan… hujan… hujan…” Parwati Dewi, si gadis model yang sedang naik daun, yang katanya terkenal hingga ke internasional. Terbangun dari tidurnya dan berteriak dengan kencang. Dia gelagapan karena segayung air menyiram wajahnya.

Arkan menerima kembali gayong yang telah kosong dari tangan atasannya, mundur beberapa langkah sambil menelan ludahnya dengan susah payah. Sebagai orang yang telah mendampingi Yudistira selama tiga tahun, dia memang sangat tahu bahwa Yudistira adalah orang yang kejam.

Seperti apa yang ada di hadapannya saat ini. Parwati Dewi adalah seorang wanita. Dan Yudistira sama sekali tidak melihat hal itu sebagai bahan pertimbangan.

Parwati Dewi terdiam saat menyadari apa yang terjadi. Mengusap wajahnya basah kuyup, sambil menatap Yudistira yang berdiri dengan raut dingin di hadapannya.

“Apa yang kau lakukan padaku?” Parwati Dewi menatap ke arah Yudistira dengan raut sedihnya. Wanita itu menggelengkan kepalanya, tidak percaya lelaki di hadapannya bisa melakukan hal seperti ini padanya.

“Bangun dan pergilah! Aku tidak suka orang yang lancang!”

Parwati Dewi menggelengkan kepalanya mendengar ucapan dingin pria di hadapannya. Kapan pria ini baru bisa bersikap manis padanya. Apa yang harus dia lakukan agar bisa menarik hati pria ini. Ini bahkan sudah bertahun-tahun. Tetapi sedikitpun dia tidak bisa menarik perhatiannya.

Parwati Dewi menoleh ke arah sekretaris Arkan yang berdiri tak jauh dari Yudistira. “Tinggalkan kami berdua, ada yang ingin aku bicarakan dengannya,” perintah Parwati. Wanita itu bahkan menebalkan muka. Yudistira benar-benar telah menjatuhkan harga dirinya bahkan dihadapan sekretarisnya. Parwati tidak mau lagi ada orang yang melihat ketidak sukaan Yudistira padanya.

Arkan bergeming dengan dua tangan terlipat di belakang punggung. Baginya yang utama adalah perintah dari sang CEO. Jika Tuan Yudistira tidak menyuruhnya untuk pergi, itu artinya dia harus tetap berada di sana.

Parwati Dewi mendengus kesal melihat sikap Arkan, tetapi bodo amat.

“Kapan kau bisa membuka hatimu untukku? Apa sedikitpun aku tidak memiliki nilai lebih di matamu?” Parwati Dewi menghiba.

“Aku bilang pergilah! Jangan menunggu ku habis kesabaran!” Yudistira tetap dengan raut dinginya.

“Kenapa? Aku datang ke sini untuk mengunjungi tunanganku. Apa itu tidak boleh?” Wanita itu bangkit, lalu berdiri tepat berhadapan dengan Yudistira. “Atau jangan-jangan kau lupa kalau kita sudah bertunangan?” Parwati Dewi berbicara sambil mengusap air matanya.

“Kamu. Hanya Kamu, dan bukan aku. Tidak akan pernah ada kita diantara Aku Dan Kamu. Hanya kamu yang menganggap bahwa kita sudah bertunangan. Ingatlah bahwa aku tidak pernah menerima perjodohan yang diajukan oleh ayahmu.” potong Yudistira.

“Kenapa? Berikan aku satu alasan saja. Apa yang membuat aku tak pernah bisa meraih hatimu. Kita bahkan sudah bersama sejak kecil, dan aku selalu berusaha untuk menjadi yang unggul di antara semua, hanya agar aku bisa menarik sedikit saja perhatianmu. Atau mungkin ada orang lain yang menjadi penyebab kau bersikap seperti ini padaku?”

“Tidak ada alasan apapun. Aku hanya tidak bisa menyukaimu. Dan tidak akan pernah bisa.”

“Katakan wanita mana yang membuat kau tidak bisa berpaling padaku!”

“Parwati Dewi! aku ingatkan padamu! Jangan pernah mengikut campur urusanku. Jangan pernah menguji batas sabarku." Yudistira merasa geram karena menurutnya Parwati terlalu lancang.

"Ayahmu baru saja membuat masalah di ruang meeting. Aku tidak memberikan hukuman lebih karena masih memandang kalian sebagai keluarga jauh ayahku. Apa kau ingin aku membuat kau dan keluarga kalian semua menjadi gembel?” teriaknya marah.

“Apa, Apa maksudmu? Kesalahan apa yang telah dibuat oleh ayahku?”

“Pulang dan tanyakan itu pada ayahmu! Atau kau ingin ada security yang mengantarmu?” Yudistira mundur dari tempatnya berdiri.

“Arkan! panggil security ke sini untuk menyeretnya keluar dari tempat ini!” perintahnya pada sang sekretaris.

“Baik.”

“Tunggu!” Parwati Dewi berseru sebelum Arkan benar-benar memanggil security. Dia masih punya otak. Jika dia keluar dari sini dengan diseret oleh security, maka hancurlah reputasi dia di hadapan karyawan Yudistira.

Wanita itu mengambil tisu dari tas tangannya untuk membersihkan wajahnya yang tadi disiram dengan kejam oleh Yudistira. Lalu beranjak pergi setelah merapikan diri.

“Aku tidak akan menyerah. Apapun caranya aku harus bisa bersanding dengan Yudistira,” gumam Parwati itu sepanjang perjalanannya. Gadis itu memasang senyum ceria di wajahnya. Tak ada yang boleh tahu bahwa dia baru saja diusir. Tak ada yang boleh tahu kalau Yudistira bersikap tidak baik padanya.

“Apa yang sebenarnya baru saja dilakukan oleh ayahku? Kenapa Yudistira sepertinya benar-benar marah?”

1
Nur Adam
lnju
Masfaah Emah
wah Arjun ATM berjalan nya udah gak bisa d rayu lgi😅 rasain lo cinta d jadikan taruhan
F.T Zira
cari sana cari.. malu juga ntar yg ada/Smug/
F.T Zira
kepo/Smug/
MentariSenja
calon mama mertua itu ngasihnya bunga bank, masa bunga yg gampang layu
Noey Aprilia
Diiihhh.....
S pcundang ga tau kl orng yg dia cari trnyta bos,pke nyolot sgla lg....mnta d tndang kli tu smp k laut....
Mngkn dia nyuri krna bnr2 ga pnya uang,trs mst ngsih mkn ank2nya d rmh....untng ada yudistira yg nolongin...
Cicih Sophiana
dokter Yudi emang baik...
Cicih Sophiana
Yudistira tay kaliii
Sri Elvira
suka sama ceritanya
〈⎳Mama Mia: terima kasih 😘🙏
total 1 replies
Noey Aprilia
Kaaannn....
bnrn yudistira yg jd dktr.....
Duuhh....kl srikandi jdian sm dia,bruntung bgt....udh baik,kya rya,pduli sesama jg....d jmin bkln bhgia kl hdp sm dia....
Btw,tu nnek shir msh ngeyel aja....
tar mlah blik k dri sndri....
Cicih Sophiana
cie cie cie Srikandi udah berani bilang MIss you too nih yah... awas aja lansung di datengin sama si pacar maksa😂😂
Cicih Sophiana
siapa dokter itu
Cicih Sophiana
semangat di buang kelaut Parwati...
Cicih Sophiana
Arjun klo sama cewe lain kamu yg ngeluarin duit kan...
Cicih Sophiana
menghapus jejak seperti lagu nya Aril dong 😅
Cicih Sophiana
ngenes jg yah liat lelaki cadangan 😂 namanya jg cadangan klo lg di butuhkan aja😂
Cicih Sophiana
nah loh jd ketauan deh...😂
Cicih Sophiana
ihh geer nih mama Diana... anak nya aja cowo pengeretan yg gak punya malu...
Cicih Sophiana
kamu ngeyel sih Kikan udah di kasih tau temen jg...
Cicih Sophiana
gak punya malu aja cewe sampe merendahkan diri di depan ciwo..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!