NovelToon NovelToon
Warisan Dari Sang Kultivator

Warisan Dari Sang Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Harem / Balas Dendam
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sarif Hidayat

Seorang pemuda berusia 25 tahun, harus turun gunung setelah kepergian sang guru. Dia adalah adi saputra.. sosok oemuda yang memiliki masa lalu yang kelam, di tinggalkan oleh kedua orang tuanya ketika dirinya masih berusia lima tahun.

20 tahun yang lalu terjadi pembantaian oleh sekelompok orang tak di kenal yang menewaskan kedua orang tuanya berikut seluruh keluarga dari mendiang sang ibu menjadi korban.

Untung saja, adi yang saat itu masih berusia lima tahun di selamatkan okeh sosok misterius merawatnya dengan baik dari kecil hingga ia berusia 25 tahun. sosok misterius itu adalah guru sekaligus kakek bagi Adi saputra mengajarkan banyak hal termasuk keahliah medis dan menjadi kultivator dari jaman kuno.

lalu apa tujuan adi saputra turun gunung?

Jelasnya sebelum gurunya meninggal dunia, dia berpesan padanya untuk mencari jalan hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarif Hidayat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 Masakan rayan yang begitu nikmat

"Kak, apa yang sedang kamu masak?" tanyanya saat tiba di dapur.

Rayan yang tengah memotong daging menoleh sekilas pada gadis itu, kemudian ia berfokus kembali pada kegiatannya. Hal itu cukup membuat Maudy agak kesal. Bagaimana pun, bukankah seharusnya pemuda ini sedikit memperhatikan pakaian yang kini ia kenakan? 

Namun, aroma masakan pertanda matang membuat perhatian Maudy langsung teralihkan. Ia dengan penasaran mendekati Rayan, ingin melihat apa yang sebenarnya pemuda itu masak.

"Wah, baunya enak sekali!"

"Kak, apakah itu sudah matang?"

Melihat rentetan paha ayam bakar di atas kompor, Maudy tidak bisa tidak menelan ludahnya.

Namun, Rayan tak menjawab. Ia begitu fokus membersihkan sayuran untuk ia masak menjadi sayur asam pedas.

"Kak, apa yang bisa aku bantu?" Karena tak kunjung mendapat jawaban, Maudy langsung menawarkan dirinya untuk membantu.

"Tidak perlu, kamu tunggu saja di meja makan," jawab rayan,

"Mana bisa begitu, biarkan aku membantumu." Maudy mana mungkin hanya berdiam diri membiarkan pemuda itu memasak, biar bagaimanapun ia juga sedikit bisa memasak walau hanya sekadar memasak mie instan.

Rayan melihat ke arah gadis itu dan berkata,

"Kalau begitu kamu angkat saja ayam bakar itu dan tuangkan saus yang sudah aku bikin di dalam mangkuk itu, lalu letakkan di atas meja makan." 

Maudy tersenyum mendengarnya. "Oh, oke, baiklah!"

"Seharusnya kamu jangan memakai pakaian seperti itu jika ingin pergi ke dapur," ujar Rayan sembari memasukkan semua sayuran yang sudah ia bersihkan ke dalam panci. Ia melirik sekilas pada gadis itu dan baru menyadari bahwa gadis itu memakai piyama pendek. 

Maudy yang sedang menuangkan saus pada daging-daging itu agak terkesiap mendengarnya. Ia pikir pemuda itu tidak memperhatikan pakaiannya.

"Memangnya kenapa? Lagipula ini pakaian yang cocok untuk dipakai di malam hari," jawab Maudy, mulai memotong-motong bawang.

"Aku tahu, tapi...?" Rayan kembali melihat ke arah gadis itu. Entah kenapa, melihat Maudy mengenakan piyama tidur dengan setelan pendek seperti itu, ada desiran aneh di tubuhnya. Apalagi Maudy memang memiliki tubuh cukup bagus, ditambah dengan kulitnya yang halus nan putih, membuat kaki jenjang Maudy semakin terlihat indah di mata rayan. 

"Sial, ada apa dengan tubuhku?" Tanpa sadar rayan menatap Maudy beberapa saat.

"Kak, ada apa...?" Menyadari rayan menatapnya agak berbeda, Maudy merasa aneh.

"Hm,..Tidak ada apa-apa. Jangan lupa untuk membawa nasinya juga ke meja makan," ujar rayan. Bisa dibilang dia adalah lelaki polos yang tidak memahami perasaan aneh di tubuhnya saat melihat lekukan tubuh Maudy dengan piyama tidurnya itu.

"Oh, baiklah." Maudy pun langsung melaksanakan apa yang rayan perintahkan.

Hingga tak berselang lama, masakan rayan sudah tersaji di atas meja makan, dengan rayan dan Maudy saling berhadapan.

"Wah, wanginya enak sekali!" Maudy tak henti memandangi deretan daging ayam bakar yang sudah ditaburi saus manis pedas, juga sayur asam pedas yang sudah tersaji di mangkuk mereka masing-masing.

"Cobalah. Aku tidak tahu apakah kamu suka pedas atau tidak, tapi aku sengaja membuatnya tidak terlalu pedas," ujar rayan. Ia memang sudah terbiasa makan makanan pedas, karena selama 20 tahun tinggal bersama gurunya, ia sering kali menghabiskan puluhan biji cabai sebagai camilannya.

"Tidak apa-apa, aku juga suka pedas," ucap Maudy lalu mulai mengambil satu paha ayam dan mulai menggigitnya tanpa ragu. Dirinya sudah sangat lapar karena aroma dari makanan itu. Entah bagaimana rayan memasaknya hingga membuat aroma yang membuat perut Maudy menjadi sangat lapar.

"Mmpp... Ini...?" Tepat ketika Maudy mulai mengigit dan mengunyah ayam bakar itu, seketika matanya berbinar. 

"Bagaimana, apakah rasanya enak?" tanya rayan meski ia tahu jawabannya dari ekspresi gadis itu.

"Mmm... En-enak sekali! Bagaimana Kakak membuat ayam bakar ini begitu enak?" Maudy dengan mulut sembari mengunyah, menjawab tanpa menghentikan kegiatan mulutnya.

"Kalau begitu makanlah yang banyak," ujar rayan, juga mulai memakan makanannya. Dalam hal memasak, bahkan meski dengan bahan sederhana sekalipun, rayan tidak meragukan keahlian memasaknya sendiri.

Karena memang selain diajarkan cara berkultivasi oleh gurunya, rayan juga diberikan Keahlian Dewa Memasak oleh gurunya. 

"Astaga, sayur ini... Sayur ini bahkan juga sangat enak! Rasa asam, manis, pedas... rasanya begitu pas!"

"Kak, ap-apakah aku boleh menambah nasi lagi?" Maudy merasa baru pertama kali dirinya memakan makanan begitu enak. Bahkan dulu ia pernah makan di sebuah restoran mewah, tetapi menurutnya masakan kakak angkatnya ini bahkan tak bisa dibandingkan dengan semua makanan yang pernah ia makan. Maudy sampai tak habis pikir bagaimana bisa pemuda ini memasak ayam bakar dan sayuran begitu enak.

rayang tersenyum lucu mendengarnya. Gadis di hadapannya ini terlihat jelas begitu menikmati makan malam yang ia bikin.

"Habiskanlah, aku memang sengaja memasak cukup banyak agar kamu merasa kenyang," jawab rayan, membuat Maudy tanpa ragu langsung menambah untuk yang ketiga kalinya.

"Kak, kenapa kamu tidak membuat usaha rumah makan saja? Aku yakin pasti rumah makanmu akan sangat ramai oleh pembeli... Uhuk, uhuk..." Sembari terus mengunyah makanan di dalam mulutnya, Maudy berkata dengan kedua pipi agak mengembung, namun pada akhirnya tersedak juga.

Rayan sedikit menggelengkan kepalanya. Cara makan gadis ini hampir menyerupai seorang gadis kecil. "Jangan banyak bicara ketika sedang makan."

Rayan memberikan segelas air pada Maudy.

"Ter-terima kasih, Kak! Habis masakan Kakak ini sangat enak, aku bahkan merasa masih ingin terus memakannya."

----

Di Sebuah Perumahan Sederhana

Terdapat sepasang suami istri yang tengah dimarahi oleh seorang pria yang sedikit lebih tua dari mereka.

"Lohan, aku beri kalian waktu satu minggu untuk membawa putri kalian itu padaku. Jika dalam satu minggu kalian tidak dapat membawa gadis sialan itu, bersiaplah untuk menanggung konsekuensinya, yaitu mengembalikan semua uang yang telah aku berikan pada kalian," ucap pria yang tidak lain adalah Danu. Ia berbicara kepada Lohan dan istrinya, Dina. 

"Tuan Danu, apa yang sebenarnya terjadi? Bukankah kamu juga tahu bahwa Maudy telah pergi dari rumah tiga hari lalu, dan kami juga sedang mencarinya? Kami pasti akan langsung memberitahumu jika kami sudah menemukan gadis itu," ujar Lohan. Ia dan istrinya, Dina, merupakan orang tua angkat Maudy, dan hanya merekalah yang tahu kebenaran itu.

"Benar apa yang dikatakan oleh suamiku, Tuan Danu. Bukankah kita juga sudah membuat kesepakatan, jika kami menyetujui putri kami menikah denganmu, kamu akan membiayai semua kebutuhan kami. Jadi, kenapa sekarang Tuan Danu malah mengancam kami untuk mengembalikan semua uang yang telah kamu berikan karena perjanjian? Bukankah itu sangat tidak masuk akal?" Dina, istri Lohan, ikut menimpali. Sejujurnya jika bukan karena terpaksa, ia juga tidak ingin memberikan Maudy kepada pria menjijikkan seperti Danu. Ia awalnya akan menjodohkan Maudy dengan seorang tuan muda kaya, hanya karena suaminya memiliki banyak hutang, jadi mau tidak mau Maudy menjadi solusinya.

"Bodoh, apakah menurut kalian perjanjian akan berlaku jika apa yang membuat perjanjian itu dibuat tidak ada?"

"Pokoknya aku beri kalian berdua waktu satu minggu untuk menemukan gadis itu. Jika tidak, bersiap saja aku akan merobohkan rumah gubuk kalian ini, dan memperkerjakan kalian seumur hidup kalian!" ucap Danu, membuat Lohan dan istrinya terkejut.

"Tu-tuan Danu, kalau begitu bagaimana kalau waktunya sekitar satu bulan? Kami berjanji akan langsung menyerahkan Maudy padamu," ucap Lohan. Dua hari ini ia telah mencari Maudy, tetapi ia masih belum menemukan gadis itu, dan Lohan sempat berpikir bahwa gadis itu telah pergi dari kawasan kota tempat ia tinggal.

"Satu minggu, ya satu minggu. Aku akan datang kembali jika kalian belum juga menyerahkan gadis itu."

Tak ingin berlama-lama di sana, usai berkata demikian, Danu langsung pergi meninggalkan Lohan dan istrinya yang kebingungan harus berbuat apa.

"Akhh, ini semua gara-gara kamu, Lohan! Jika saja kamu tidak suka bermain judi dan memiliki banyak hutang, semuanya tidak akan seperti ini!"

"Lihatlah sekarang, Maudy telah kabur dari rumah, dan Tuan Danu sudah mengancam kita. Belum lagi pria botak bandar judi itu, aku tidak tahu kapan dia akan datang menagih kembali dan menghancurkan seisi rumah!" Dina mengeluarkan keluhan atas kesalahan suaminya.

Namun, sebuah tamparan langsung didapatkan olehnya.

"Plak!"

"Berani sekali kamu menyalahkan aku! Jika bukan karena kebutuhanmu yang terlalu banyak dan ingin terlihat kaya di mata orang lain, aku juga tidak akan bermain judi demi mendapatkan uang banyak dalam waktu singkat!" maki Lohan.

"Ka-kamu, kamu berani menamparku?" Dina memegang pipinya yang membengkak. Ia menatap suaminya itu tajam, tetapi mulai berkaca-kaca.

"Ah, sudahlah. Berdebat denganmu tidak akan menyelesaikan masalah. Lebih baik sekarang kamu bantu aku bagaimana menemukan gadis sialan itu dengan cepat!" Lohan menahan kekesalannya dan langsung mengeluarkan ponselnya menghubungi seseorang. 

"Halo, Bos Robert, bisakah kamu membantuku untuk mencari seseorang?"

Kembali kepada rayan dan Maudy

Terlihat Maudy yang tengah menyandarkan tubuhnya pada kursi makan yang ia duduki. Terlihat jelas ia begitu mengantuk setelah menghabiskan makanan yang ada di atas meja.

-------

"Hoam... Kak, masakanmu membuat aku harus makan sebanyak ini! Aku bahkan merasa tidak bisa berdiri untuk pergi ke kamar. Rasanya aku sangat ngantuk sekali!"

Rayan bangkit merapikan semua wadah bekas mereka makan. Mendengar lirihan dari gadis itu, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Pergilah ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum tidur. Aku mungkin akan pergi ke luar sebentar untuk menikmati angin malam."

"Hoam! Kak, bagaimana kalau kamu menggendongku ke tempat tidur? Aku benar-benar tak bisa berdiri karena perutku sangat penuh dan berat untuk aku bawa," lirihan Maudy kembali dengan berusaha membuka kelopak matanya yang teramat ngantuk.

Rayan hanya tersenyum mendengar lirihan gadis itu dan berkata, "Gadis bodoh, cepat pergi ke kamar mandi lalu tidurlah!"

Rayan langsung berjalan keluar meninggalkan gadis itu yang masih duduk di kursi makan.

1
Jujun Adnin
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!