Guru TK Yang Cantik
Di sebuah desa kecil di Masaran, ada sebuah TK bernama TK Pertiwi yang terkenal dengan suasana ceria dan penuh warna. Salah satu guru di sana, Bu Nadia, dikenal sebagai wanita cantik dengan senyuman yang selalu menenangkan. Dia adalah guru yang sangat sabar, meski menghadapi berbagai tingkah laku anak-anak yang sangat beragam.
Pagi hari di TK Pertiwi, Bu Nadia sedang mempersiapkan kelas. Dia mengatur meja, menyiapkan mainan, dan menyusun bahan ajar. Suara riuh anak-anak mulai terdengar di luar kelas. Saat bel berbunyi, anak-anak berlarian memasuki ruang kelas, dan Bu Nadia menyambut mereka dengan senyum hangat.
“Selamat pagi, anak-anak,” ucap Bu Nadia sambil melambaikan tangan.
“Selamat pagi, Bu Nadia,” balas anak-anak serentak, beberapa dari mereka berlari menghampiri Bu Nadia untuk berpelukan.
Hari ini, Bu Nadia memutuskan untuk mengajarkan mereka tentang warna. Dia memulai dengan ceramah singkat dan mengajak anak-anak untuk duduk melingkar.
“Siapa yang tahu warna apa ini?” tanya Bu Nadia sambil menunjukkan potongan kertas merah.
“Merah, Bu!” teriak Dinda dengan penuh semangat.
“Bagus sekali, Dinda,” puji Bu Nadia sambil tersenyum.
Tiba-tiba, Adit, salah satu murid yang dikenal nakal, berdiri dan mulai bergerak-gerak. “Bu Nadia, aku mau ke toilet,” katanya dengan wajah yang tampak cemas.
“Baik, Adit. Cepat ya,” jawab Bu Nadia sambil menunjuk ke arah toilet. Namun, Adit tidak segera bergerak. Ia malah mulai menggambar di meja dengan crayon.
“Eh, Adit! Jangan gambar di meja, ya. Nanti meja jadi kotor,” tegur Bu Nadia dengan lembut namun tegas.
Adit hanya cemberut, kemudian berlari ke toilet. Bu Nadia memandangnya dengan penuh kesabaran, mencoba menahan sabar.
Ketika Adit kembali, Bu Nadia melanjutkan pelajaran dengan bermain permainan warna. Anak-anak dibagi menjadi kelompok, dan mereka harus mencari benda-benda dengan warna yang sama.
“Yuk, kelompok merah, carilah benda berwarna merah di dalam kelas!” seru Bu Nadia dengan ceria.
Anak-anak berlarian mencari benda merah. Tak lama, mereka berhasil menemukan beberapa benda merah, termasuk sebuah balon yang tergeletak di pojok ruangan. Namun, saat balon itu dibawa ke depan, balon tersebut pecah secara tiba-tiba.
Beberapa anak terkejut, ada yang menangis, dan suasana menjadi riuh. Bu Nadia berusaha menenangkan anak-anak.
“Tenang, semuanya. Balon itu hanya pecah. Tidak apa-apa,” ucap Bu Nadia sambil menggenggam tangan anak-anak yang menangis dan memberikannya pelukan.
Setelah suasana tenang, Bu Nadia kembali ke materi pelajaran dengan cara yang lebih menyenangkan. Dia memutuskan untuk bercerita tentang warna-warni pelangi dan mengajak anak-anak menggambar pelangi besar di kertas.
Namun, di tengah keseruan itu, Tino, salah satu anak, tiba-tiba merasa sakit perut. Dia mulai meringis dan terlihat sangat tidak nyaman. Bu Nadia segera membawanya ke ruang ganti dan memberinya air hangat.
“Rasa sakitnya sudah berkurang?” tanya Bu Nadia dengan penuh perhatian.
Tino mengangguk, lalu perlahan merasa lebih baik. Dia kembali ke kelas dan melanjutkan menggambar dengan senyuman yang mengembang di wajahnya.
Hari itu berakhir dengan penuh tawa. Anak-anak menggambar, bernyanyi, dan bermain dengan riang. Bu Nadia duduk di sudut kelas, menyaksikan anak-anak dengan penuh kebanggaan. Meski dia terkadang merasa lelah, melihat anak-anak bahagia membuat semua usaha terasa sangat berharga.
Saat anak-anak mulai pulang, mereka memeluk Bu Nadia dan mengucapkan terima kasih. “Terima kasih, Bu Nadia,” ucap mereka serempak.
“Terima kasih juga untuk hari yang menyenangkan ini,” balas Bu Nadia sambil tersenyum.
Ketika semua anak meninggalkan kelas, Bu Nadia mulai membereskan barang-barang sambil bercanda dengan teman-teman gurunya. Hari yang melelahkan ini diakhiri dengan tawa dan cerita lucu tentang kejadian-kejadian lucu selama sehari penuh.
Tak lama kemudian, Bu Nadia pulang ke rumah dengan hati yang penuh kebahagiaan dan kelelahan yang terasa sangat memuaskan. Dia tahu bahwa meski hari itu penuh dengan tantangan, ia telah memberikan sesuatu yang berharga kepada anak-anaknya.
Cerita di TK Pertiwi terus berlanjut, dengan Bu Nadia yang selalu sabar menghadapi segala macam situasi dan tingkah laku anak-anak, membuat setiap hari di kelas menjadi penuh warna dan makna.
Hari berikutnya di TK Pertiwi dimulai dengan semangat baru. Bu Nadia tiba lebih pagi dari biasanya, menata buku-buku cerita di rak dan menyiapkan kertas gambar serta pensil warna di setiap meja. Hari ini, ia berencana mengajak anak-anak menggambar binatang favorit mereka. Sebelum anak-anak tiba, Bu Nadia menikmati sedikit waktu tenang, memikirkan rencana kegiatan lain yang mungkin akan membuat mereka lebih antusias.
Tak lama kemudian, anak-anak mulai berdatangan. Adit, Dinda, Tino, dan teman-teman lainnya masuk dengan riuh.
Pagi, Bu! teriak Adit dari pintu sambil berlari ke arah mejanya. Ia tampak lebih semangat dari biasanya, dan Bu Nadia langsung merasa hari ini mungkin akan sedikit lebih menantang.
Pagi, Adit. Ingat, berjalan pelan ya di dalam kelas, kata Bu Nadia sambil tersenyum.
Iya, Bu. Tapi Adit nggak mau ketinggalan tempat favorit!
Seperti biasa, Dinda duduk rapi di tempatnya dan langsung memperhatikan apa yang Bu Nadia siapkan di meja. Ibu, kita menggambar hari ini?
Benar sekali, Dinda. Hari ini kita akan menggambar binatang kesukaan kalian. Siapa yang suka kucing, anjing, atau mungkin harimau?
Anak-anak berteriak menyebutkan binatang favorit mereka dengan penuh antusias. Namun, tiba-tiba suasana berubah tegang saat Adit, yang sudah menggenggam pensilnya, mulai menggaris kertas dengan cepat. Ia menggambar harimau dengan cakar besar, tetapi terlalu bersemangat hingga kertasnya robek.
Aduh, kertas Adit robek! teriaknya kesal. Teman-temannya menoleh dan beberapa mulai tertawa.
Bu Nadia segera mendekat, menenangkan Adit. Tidak apa-apa, Adit. Kita bisa mulai lagi dengan kertas baru. Terkadang, saat terlalu semangat, kita memang bisa membuat kesalahan. Yuk, coba pelan-pelan.
Tapi Adit mau menang cepat! Tino dan Dinda sudah mulai gambar! Wajah Adit mulai cemberut, tapi Bu Nadia tahu cara meredakan ketegangan.
Mau Ibu tunjukkan cara membuat harimau yang lebih besar lagi? tanya Bu Nadia sambil mengedipkan mata. Rasa cemberut di wajah Adit perlahan hilang, dan ia mengangguk.
Oke, lihat ini. Kita mulai dari kepala, garis pelan-pelan, lalu buat cakarnya sedikit lebih kecil supaya kertasnya tidak sobek lagi.
Saat Adit mulai tenang dan menggambar ulang, suasana kelas kembali ceria. Tapi kemudian, saat semua anak sibuk dengan gambar mereka, tiba-tiba terdengar suara keras dari sudut ruangan.
Tinoooo!!! Jangan makan pensil warna! teriak Dinda, terkejut melihat Tino menggigit ujung pensil birunya.
Bu Nadia segera menghampiri. Tino, pensil warna untuk menggambar, bukan untuk dimakan ya, sayang. Ayo sini, ibu bantu bersihkan tanganmu dulu.
Tino terlihat malu, tetapi Bu Nadia tertawa kecil untuk meredakan suasana. Ini hal biasa di TK, dan ia tahu betul bagaimana menghadapi situasi seperti ini dengan humor.
Setelah semua anak selesai menggambar, Bu Nadia melihat hasil karya mereka satu per satu. Wow, lihat! Harimaunya Adit sangat gagah! Dan ini, kucingnya Dinda sangat lucu. Lalu... ini gambar apa, Tino?
Tino tersenyum lebar. Ini buaya, Bu! Lalu ia menambahkan, Buaya makan pensil biru.
Semua anak tertawa mendengar lelucon spontan Tino. Bu Nadia pun tak bisa menahan tawa.
Hari itu ditutup dengan tawa ceria dan perasaan lega. Bu Nadia tersenyum puas, karena meski ada beberapa momen tegang, semuanya bisa diselesaikan dengan sabar dan kasih sayang.
Saat anak-anak bersiap pulang, Adit berbisik kepada Bu Nadia. Bu, besok kita menggambar apa lagi? Aku mau gambar kapal besar!
Bu Nadia tersenyum. Kita lihat besok, ya. Yang pasti, kita akan bersenang-senang lagi.
Hari di TK Pertiwi Masaran berakhir dengan hati yang ringan, tawa anak-anak masih terngiang di telinga Bu Nadia saat ia membereskan ruangan. Hari ini, seperti biasa, penuh warna dan kejutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments