Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16. masalah
"Bagaimana, apakah persiapannya sudah beres?." Vivian melihat ke arah Kris yang sedang meletakkan potongan tulang terakhir.
"Sudah. Tapi apakah kita benar-benar akan membawa tulang kerbau ini? Apa gunanya?." Kris memandang ke arah Vivian dengan heran. Dia bertanya-tanya apakah tulang masih bisa dimasak?. Pasalnya, seumur hidup Kris tidak pernah memakan tulang hewan.
"Sesampainya di apartemen aku akan membuatkan sup tulang untukmu." Vivian menghidupkan mesin kapal dan kemudian bertukar posisi dengan Kris yang ada di dek.
Di perjalanan pulang mereka kali ini, mereka tidak menghadapi banyak rintangan. Bahkan, mereka tidak menemui perampok satupun. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh hujan yang sedang turun saat ini.
Trauma masyarakat dengan badai empat hari yang lalu masih teringat jelas dalam benak setiap orang. Jadi, Vivian dan Kris untuk sementara aman dan hanya harus melewati lima hingga enam pusaran air yang tidak terlalu besar di sepanjang perjalanan.
.
.
Mendekati apartemen, Kris dan Vivian sudah bisa melihat keributan yang terjadi di apartemen dari jarak pandangnya saat ini.
"Apa yang terjadi?." Bingung, Kris merasa pertengkaran di sana cukup sengit.
"Banjir sudah merendam setengah dari lantai empat. Menurutmu, apa yang akan terjadi jika penduduk dari lantai satu hingga empat tidak punya tempat tinggal dan makanan?." Ucap Vivian dengan santai.
"Mengungsi?"
"Tepat. Tapi jika jumlah pengungsi dan makanan tidak mencukupi, maka, menurutmu apa yang akan terjadi?."
"..."
"Sekarang kamu tahu kan?, hati manusia itu tidak sebaik di masa damai. Karena di masa damai, mereka masih akan memakai topeng kepalsuan. Tapi di masa yang seperti sekarang, dimana nyawa dipertaruhkan oleh bencana dan kelaparan, apa menurutmu yang mungkin terjadi?"
"Hah..." menghela nafas. "Kapan bencana ini akan selesai?." Kris meratapi hidupnya.
Vivian melihat ke arah Kris dengan aneh.
"Selesai? Apakah menurutmu ini hanya bencana alam biasa? ini adalah bencana pemusnah. Tidak tahu kapan akan berakhir." Vivian mengingatkan Kris kembali.
.
Perlahan kapal yang dinaiki oleh Kris dan Vivian mulai mendekat ke lantai empat. Vivian pun memecahkan kaca jendela agar perahu mereka bisa masuk ke dalam gedung apartemen. Tidak mungkin mereka meninggalkan perahu di luar gedung seperti biasanya karena ketinggian air yang merendam lantai 4 sudah sedalam 2 meter.
"Kemudikan di dekat tangga darurat." perintah Vivian.
Kris mengemudikan kapalnya mendekati tangga darurat.
"Kita akan bergantian berjaga di sini. Manusia di atas pasti akan serakah dengan perbekalan yang kita bawa. Oleh karena itu, kita tidak bisa meninggalkan kapal dan perbekalan sendirian di sini."
"Aku akan naik untuk menaruh perbekalan di dalam apartemen. Kamu tunggulah di sini agar tidak lelah bolak-balik." Kris memakai ransel dan membawa beberapa lainnya di tangan.
Perkataan Kris tepat seperti apa yang Vivian pikirkan. Bagaimanapun, Vivian harus memasukkan kembali perahu nelayan itu ke dalam ruang agar tidak dicuri oleh orang lain.
"Kamu berhati-hatilah agar tidak terlibat perkelahian dengan orang-orang di atas. Jika kamu tidak bisa mengatasinya, maka, kamu dapat memperingatkan mereka dengan pistol yang aku berikan kepadamu."
"Kamu, menyuruhku untuk menembak orang yang hidup dan tidak bersalah?." Kris tercengang dengan perkataan Vivian.
"Tidak bersalah? Mencuri makanan yang kita kumpulkan dengan mengorbankan nyawa adalah perbuatan, yang tidak bersalah di matamu? kalau begitu, kamu belum siap untuk menghadapi akhir dunia. Ingat, hati manusia adalah hal yang paling susah ditebak. Lengah sedikit saja, nyawa adalah taruhannya."
"Tolong jangan menakuti ku."
"Kalau menurutmu itu hanya untuk menakut-nakuti, maka anggaplah seperti itu, agar kamu bisa lebih waspada."
.
Sepeninggal Kris, Vivian segera meletakkan barang-barang yang mereka kumpulkan ke dalam ruang beserta dengan kapal nelayan.
Vivian lalu segera naik ke atas untuk menyusul Kris. Ia sedikit khawatir, Kris adalah orang yang belum pernah menghadapi akhir dunia. Jadi rasa empati pasti masih sangat kuat tertanam di dalam hatinya.
.
"Kamu lagi, pemuda dari lantai 21 kan? Kali ini kamu keluar untuk mencari makanan lagi?."
Bibi dari lantai empat yang dulu menghentikan Kris dan Vivian, kini kembali menghalangi perjalanan Kris saat akan naik untuk meletakkan barang-barang jarahannya.
"Bibi siapa ya?." tanya Kris.
"Apakah kamu sudah melupakanku?. Aku adalah bibi penghuni lantai empat. Dua hari yang lalu kita baru saja bertemu. Apakah kamu masih ingat?." bibi itu berkata dengan antusias sambil menggerakkan tangannya ke arah barang bawaan Kris.
Kris buru-buru menghindari tangan wanita paruh baya itu.
"Apa yang kamu lakukan bibi? tidak sopan untuk melihat barang orang lain."
Wanita paruh baya itu berkacak pinggang karena jengkel perbuatannya dihentikan oleh Kris.
"Apa salahnya kamu membantu wanita tua sepertiku?. Apakah kamu tidak tahu bahwa sekarang kita semua tidak bisa keluar?. Hanya kamu dan wanita yang berada di sampingmu itu yang berani keluar untuk mencari makanan. Lagian, aku juga tidak akan mengambilnya secara gratis. Aku akan membayar. Berapa yang kamu inginkan?." Wanita paruh baya itu mengeluarkan dompetnya.
Mendengar pembicaraan wanita paruh baya itu dengan Kris. Beberapa orang lainnya ikut bergabung untuk menanyakan perihal makanan kepada Kris.
"Anak muda. Benarkah yang bibi ini katakan? Apakah kamu sekarang memiliki makanan di dalam ranselmu?. Jika iya, maka aku juga ingin membelinya. Aku akan memberi harga dua kali lipat dari harga yang biasanya."
"aku juga."
"aku juga"
semakin banyak orang yang mengelilingi Kris yang membuat pemuda itu bingung tidak tahu harus melakukan apa.
Tiba-tiba Kris teringat akan pistol yang diberikan oleh Vivian saat hendak meninggalkan kapal untuk menaikkan barang ke dalam apartemennya .
DOR
Kris menembakkan pistolnya ke udara.
Seketika,
Ruangan yang tadinya sangat berisik, menjadi sunyi senyap.
"Aku tidak akan pernah menjualnya kepada siapapun. Jika kalian memang membutuhkan makanan, maka keluarlah untuk mencarinya sendiri!."
Kris lalu beranjak pergi meninggalkan orang-orang yang tadi mengerumuninya.
Meskipun Kris sudah mengeluarkan tembakan peringatan, masih ada seorang pria dengan badan kekar dan tato di seluruh tubuh dengan berani menghentikan kris.
Pria bertato itu menarik ransel yang dibawa oleh Kris hingga membuatnya hampir terjungkal ke belakang.
"Kamu berhentilah!. Serahkan makanan yang ada di ranselmu. Jangan khawatir, aku pasti akan membayarnya. Jika kamu tidak mau menyerahkan makanan di ranselmu, jangan salahkan aku karena bersikap kasar." Pria bertubuh penuh tato itu mencoba mengancam Kris.
Kris yang merasa diancam menjadi marah dan mendorong pria bertato itu hingga terjatuh ke lantai.
"Jika kamu menginginkan makanan. Keluarlah sendiri. Di luar masih banyak stok makanan yang belum terendam oleh banjir. Aku katakan sekali lagi, aku tidak Akan menjual makanan yang aku miliki meskipun dengan harga sepuluh kali lipat sekalipun." Ucap Kris dengan nada yang keras agar bisa di dengar oleh orang-orang lainnya.
Sementara itu, pria yang didorong oleh kris menjadi sangat marah dan kemudian bergegas untuk meninju Kris dengan keras.
Tapi,
Tinju itu ternyata dengan mudah dihalangi oleh Kris yang memiliki badan lebih kecil daripada pria bertato tersebut.
Bagaimanapun, Kris adalah manusia berkekuatan khusus. Sehingga kemampuan fisiknya saja sudah tiga kali lipat dari manusia biasa. Itulah sebabnya Kris dengan mudah menghalangi tinju pria bertato.
Kris kemudian balik meninju pria bertato itu hingga hidungnya patah.
Kris tidak berniat menggunakan pistol untuk menyakiti orang lain untuk saat ini. Tapi, itu tidak berarti dia akan diam saja jika ada orang lain yang terlebih dahulu mengganggunya.
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊