NovelToon NovelToon
Lonceng Cinta

Lonceng Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Seiring Waktu / Angst / Romansa / Slice of Life
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: Mbak Ainun

Alya harus menjalani kehidupan yang penuh dengan luka . Jatuh Bangun menjalani kehidupan rumah tangga, dengan Zain sang suami yang sangat berbeda dengan dirinya. Mampukah Alya untuk berdiri tegak di dalam pernikahan yang rumit dan penuh luka itu? Atau apakah ia bisa membuat Zain jatuh hati padanya?

Penasaran dengan cerita nya yuk langsung aja kita baca....

yuk ramaikan....

Update setiap hari....

Sebelum lanjut membaca jangan lupa follow, subscribe, like, gife, vote and komen ya...

Buat yang sudah baca lanjut terus , jangan nunggu tamat dulu baru lanjut. Dan buat yang belum ayo buruan segera merapat dan langsung aja ke cerita nya, bacanya yang beruntun ya, jangan loncat atau skip bab....

Selamat membaca....

Semoga suka dengan cerita nya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Ainun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Alya membalikkan tubuhnya melangkah meninggalkan Farah, menuju ke arah anak tangga. Meninggalkan Farah yang masih berdiri di tempat yang sama, derap langkah suara kaki menghampiri Farah. Pundak Farah ditepuk perlahan, kepala Farah menengadah menatap si empunya tangan.

"Mau ke mana, Farah? Kok sampai ajak si kampungan segala?" tanya Soraya pada sang putri.

Farah sontak saja memasang ekspresi kecewa, ia mendesah letih.

"Apakah Mama, tahu? Mbak Mira tahu kalau Mas Zain sudah menikah. Dia kayaknya kecewa banget, dan minta pertolongan aku. Untuk mempertemukan itu si kampungan dengan Mbak Mira, entah apa yang mau diomongin sama Mbak Mira sama di kampungan. Yang jelas saat ini Mbak Mira mau ketemuan sama itu orang," jawab Farah jujur pada ibunya.

"Ha? Calon menantuku tahu kalau Zain sudah nikah sama si kampungan. Astaga bagaimana ini? Terbang dong kesepakatan Mama punya menantu cantik dan kaya kayak Mira," ujar Soraya panik.

Farah dan Soraya serentak menghela napas kasar, bagaimana pun mereka harus segera mencari cara agar keduanya bisa berpisah, dan Zain bisa menikahi wanita yang selevel dengan keluarga mereka. Agar tidak membuat mereka berdua malu.

.

.

.

Netra mata Mira menatap intens ke arah gadis berhijab panjang di depannya ini, dilihat dari atas sampai bawah. Sungguh bukan tipe wanita yang disukai oleh Zain, bahkan Mira merasa penampilan Alya yang malam itu dia temuin dengan Alya yang sekarang ia temui.

Dua orang yang sangat jauh berbeda, entah karena riasan dan baju yang ia pakai yang berbeda. Hingga terlihat tak sama, yang jelas Mira merasa tak kalah saing dengan gadis di depannya ini.

Alya menghela napas kasar, sebenarnya apa yang terjadi. Hingga adik iparnya malah menyeretnya ke kafe tak jauh dari rumah keluarga Abdullah, lalu meninggalkan Alya berduaan dengan Mira.

Mantan kekasih sang suami, lantas apa yang diinginkan oleh Mira. Mereka sudah menghabiskan waktu 30 menit hanya untuk diam, tanpa ada yang membuka suara terlebih dahulu.

"Jadi ... kau bukan, sepupu Zain. Tetapi istrinya Zain? Lantas kenapa kau malah berbohong malam itu?" tanya Mira pada akhirnya wanita cantik itu yang membuka suara terlebih dahulu.

Alya menatap sekilas ke arah wanita glamor di depannya ini, dari atas sampai bawah semua mengunakan barang branded. Makeup yang terlihat begitu memukau, seakan-akan ingin ke pesta.

"Aku tidak pernah menjawab seperti itu, yang mengatakan aku adalah sepupu Mas Zain bukanlah, aku. Ku rasa aku pun tidak memiliki kewajiban untuk menjelaskan pada Nona Mira," balas Alya dengan sopan.

Mira mengerutkan dahinya, ah, benar. Yang menjawab kalau Alya adalah sepupu Zain adalah adik kandung Zain sendiri, Alya hanya diam. Mira berdehem kecil, membasahi kerongkongannya.

"Sudah berapa lama kalian menikah?" tanya Mira kembali.

"Harus kau ketahui, Zain dan aku adalah pasangan kekasih. Kami saling cinta, katanya kau dijodohkan dengan Zain. Oleh Kakek Abdullah," lanjutnya.

Iya, itu memang benar adanya, Zain dan Alya dijodohkan. Akan tetapi status mereka sah secara agama dan hukum, di mata Allah Alya adalah istri Zain. Terlepas mereka awalnya dijodohkan atau bukan, masa lalu selalu berada di belakang. Tidak pernah berada di depan, itu yang Alya mengerti.

"Kami memang dijodohkan, akan tetapi. Hubunganku dan Mas Zain, kami berdua suami-istri yang sah. Hubungan kami diakui oleh agama dan negara, lantas kenapa Nona Mira merasa resah dan gelisah. Hubungan masa lalu, yang berstatus sebagai pasangan kekasih. Telah kandas terhalang oleh buku nikah, apapun terjadi pada kami. Rasanya Nona Mira tak perlu merasa begitu gelisah, karena sudah jelas. Semuanya sudah kandas, terlepas apakah kami menikah karena perjodohan atau bukan," jawab Alya dengan berani akan tetapi masih tetap sopan.

Mira melongo, mendengarnya. Apa yang dikatakan oleh Farah tidak sama, Alya bukan gadis bodoh yang mudah pula ditekan. Gadis ini tegas dengan pemikiran yang cerdas, bisa menjawab tanpa membawa emosi yang meluap-luap menjawabnya.

"Ta-tetapi, perasan kami masih sama. Kami saling cinta, dan Zain pasti akan kembali padaku," balas Mira tergagap.

Hati Alya berdenyut pedih mendengarnya, saling cinta. Ya, Alya akui hal ini.

Kepala Alya mengangguk kecil.

"Iya, aku tahu. Namun, apakah Nona Mira pernah mendengar bahwasanya Allah maha membolak-balikkan hati. Perasaan manusia ada pada genggaman-Nya, saat ini mungkin saja Mas Zain masih mempunyai rasa pada Nona Mira. Akan tetapi tidak ada jaminan kalau rasa itu bisa bertahan lebih lama lagi, daripada Nona Mira menyakiti diri sendiri lebih jauh lagi. Lepaskan masa lalu akan jauh lebih baik. Aku doakan Nona Mira mendapatkan seorang pendamping yang sangat menyayangi Nona, menjadi imam terbaik untuk Nona Mira."

Kedua tangan Mira terkepal kuat, Mira bangkit dari posisi duduknya. Membuat kaki-kaki kursi berdecit kala bergesekan dengan lantai, Alya menengadah.

BUR!

Kedua kelopak mata Alya tertutup spontan, kala air putih di dalam gelas berpindah tempat. Pengunjung kafe langsung mengarahkan pandangan mata mereka secara serentak pada bangku Alya dan Mira, kedua sisi bahu Mira naik-turun. Bermaksud ingin membuat Alya murka, nyatanya malah kebalikan. Mira sebegitu percaya dirinya, kalau ia lebih baik dari Alya.

"Kau pikir kau siapa, hah! Hanya karena kau merebutnya. Kau pantas seperti ini padaku, kau itu gak lebih dari seorang pelakor, kau tahu!" Mira menggebu-gebu, wajah putihnya bahkan merah padam.

Kelopak mata Alya terbuka perlahan, menghela napas kasar. Sorot kamera langsung terarah ke arah mereka, Alya ikut bangkit dari posisi duduknya.

"Julukan pelakor dihadiahkan pada perempuan yang merebut suami perempuan lain, yang sah secara agama dan negara ia nikahi. Bukan dari yang hubungannya sudah kandas, Nona. Hati-hatilah dengan lidah, aku rasa Nona Mira sudah keterlaluan. Saya adalah istri sah Mas Zain, julukan itu tidak pantas disematkan padaku. Tapi pada perempuan yang sudah tahu kalau lelaki itu memiliki seorang istri tapi ingin menjadi kekasih dari suamiku," jawab Alya tetap tenang.

"KAU!"

HAP!

Pergelangan tangan Mira langsung ditahan, kala ingin melayangkan tamparan pada Alya. Keduanya sontak saja menatap si empunya tangan, lelaki itu menurunkan tangan Mira secara perlahan.

"Mohon maaf Nona-nona, kafe saya ini untuk pengunjung yang datang dan menikmati makan dan minum. Bukan untuk pertunjukan romansa yang tidak sedap untuk pandang. Tolong silakan keluar dan membayar apa yang sudah Nona cantik ini pesan," ujarnya dengan lembut.

Mira berdecak kesal, emosi sudah di ubun-ubun. Ia melangkah pergi menuju kasir, Alya menundukkan pandangan matanya.

"Maafkan, saya, Tuan. Karena sudah membuat keributan di tempat bisnis Tuan," ujar Alya tegas dan ekspresi wajah bermasalah.

Pria yang memakai kemeja hitam itu mengeleng kecil, banyak-sediknya ia mendengar pertengkaran keduanya. Bukan bermaksud mengupingnya, hanya saja suara lawan bicara gadis berjilbab satu ini begitu keras.

"Tidak apa-apa kok, seka air di wajahnya, Nona!" Pria itu mengulurkan tisu yang entah dibawa dari mana.

Alya menerimanya, mengusap wajahnya yang basah. "Terima kasih, Tuan. Sekali lagi maafkan saya," balas Alya.

***

"Semuanya karena Mbak Alya, Mas. Dia mempermalukan Mbak Mira di hadapan umum." Farah menunjuk-nunjuk wajah Alya dengan sengit.

Zain melirik Alya, sang istri hanya menunduk. Bukan lantaran Alya tidak bisa membalas perkataan Farah, membela dirinya. Bagi Alya, tidak ada gunanya bersuara dan menjelaskan tentang dirinya pada adik ipar yang sudah tidak suka padanya. Seribu kebaikan pun, tak akan pernah terlihat di mata pembenci.

1
Merah Mawar
bBgus
Merah Mawar
okeu
Annisa Rahman
Mari mari yuk mampir kesini ditinggu kedatangannya
bolu
selama baca dari chapter 1-22 jalan ceritanya sangat bagus dan fresh, tolong secepatnya update chapter ya kak ✨🌼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!