Kinan hanyalah gadis biasa, dirinya mengadu nasib pergi ke kota bersama temannya setelah mendapatkan informasi kalau ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, demi kebutuhan dan juga ingin mengurangi beban keluarga Kinan akhirnya pergi ke kota jakarta, Di sana Kinan harus berhadapan dengan Daniel pria tampan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Mampukah Kinan bertahan di jakarta atau memilih pulang dan melanjutkan sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembicaraan Di Ruang Keluarga
Selepas melaksanakan shalat Maghrib, Kinan dan Daniel turun untuk makan malam. Di meja makan sudah ada kedua orang tua mereka. keduanya ikut bergabung dan sibuk mengisi perut.
Bu Tari dan Pak Teo duduk di ruang keluarga untuk bersantai setelah mengisi perut, Kinan enggan ikut bergabung karena malu dan masih merasa canggung tapi Daniel memintanya untuk percaya diri mengingat sekarang Kinan sudah menjadi istrinya yang artinya menantu di rumah besar itu.
"Sini Kinan, gabung." Ajak Bu Tari. Menepuk sofa di sebelahnya.
Kinan menatap Daniel seolah memintanya untuk mengajaknya ke kamar saja.
"Ayo, kan katanya mau jadi istri yang baik," Daniel menarik Kinan lembut, mendudukkannya di samping sang bunda. Daniel sendiri duduk di samping sang ayah.
"Gimana betah tinggal di sini?" Tanya Pak Teo sembari menyeruput teh hangat.
Kinan mengangguk sembari tersenyum malu.
"Oh iya, buku nikah udah di tandatangani belum?" Bu Tari bergantian melirik Daniel dan Kinan seolah mengingatkan.
"Udah Bun," Sahut Daniel.
Kinan hanya mengangguk saja karena sudah di wakilkan oleh Daniel.
Bu Tari mengangguk pun Pak Teo.
Awalnya keadaan kembali diam, mata mereka sibuk menonton televisi, Tapi Daniel seperti mengingat sesuatu.
"Yah, Bun, Daniel mau minta saran?"
"Apa kak?" Sahut Pak Teo lantas mengalihkan pandangannya ke arah Daniel. Di ikuti Bu Tari dan Kinan.
"Alhamdulillah, restoran udah mulai berkembang, Daniel rencananya mau buka cabang lagi."
"Alhamdulillah dong, ayah dukung." Respon Pak Teo semangat mendengar Daniel ingin kembali membuka restoran baru.
"Mau buka cabang di mana Kak?" tanya Bu Tari antusias.
Daniel menggelengkan kepalanya dengan wajah bingung. Sedangkan Kinan hanya diam asik mendengarkan. Jujur Kinan masih merasa asing dengan lingkungan Daniel.
"Belum tau, Kakak lagi cari-cari refrensi dan tanya ke karyawan." Kata Daniel memberi penjelasan yang pasti terdengar belum pasti itu.
"Menurut kamu gimana Kinan? Apa Kinan punya saran?" Bu Tari menepuk lembut tangan Kinan yang mana sibuk memainkan cincin putih yang di beli Daniel beberapa hari lalu sebagai cincin kawin. Baru di beli karena waktu itu tak sempat.
Kinan tersenyum kikuk. "Kinan mana ngerti Bun?"
Daniel tertawa menggelegar, " Bunda apaan sih nanya Kinan, dia mana ngerti,"
Kinan ikut tertawa dengan canggung. Membuat Pak Teo dan Bu Tari pun ikut tertawa.
"Ya siapa tau kan, Kinan punya jiwa pebisnis." Kata Bu Tari lagi.
Kinan hanya menggeleng pelan. "Ga ada Bun."
"Udah-udah ah jangan bahas itu lagi, Mending sekarang kasih tau ayah gimana perkembangan bayi kalian." Pak Teo menatap Kinan.
"Alhamdulillah baik yah, semua baik, tapi kata dokter karena usia kandungan Kinan baru 3 Minggu jadi Kinan harus hati-hati aja." Sahut Kinan memberi penjelasan sembari mengingat ucapan dokter kandungan yang memeriksanya kala itu.
"Bunda jadi ingat -
Kinan begitu asik mendengarkan cerita ibu mertuanya itu ketika mengandung Daniel, menceritakan banyak hal tentang keluarga. Semua bergantian menggilir cerita yang terdengar asik dan hangat itu, Kinan mulai merasa nyaman ketika melihat bagaimana keluarga Daniel bersama, Begitu kompak, taat dan hangat, dalam tawanya Kinan mengingat keluarganya di kampung.
Kinan kangen mama, bapak, dan adik-adik, kalian lagi apa sekarang.
Daniel yang sibuk tertawa melihat Kinan yang murung. Untuk itu Daniel berpura-pura menguap dan melirik jam. Jam menunjukkan pukul 20:03
"Udah malam, nie, Daniel sama Kinan naik dulu ya." Daniel segera bangkit. "Yuk Kinan."
Ajakan Daniel di jawab anggukan kepala dari Kinan.
"Sebentar kak, bunda mau ngomong " Bu Tari menarik Kinan untuk tidak beranjak..
Daniel duduk kembali. "Ada apa Bun?" Tanya Daniel sedikit takut. Apalagi terlihat sang bunda nampak serius.
"Gini, kalian kan baru nikah, Bunda liat Kinan juga masih butuh waktu untuk tinggal di rumah ini, bunda sama ayah udah iklas dan mulai nerima pernikahan kalian, Sekali lagi Kinan, bunda sama ayah mau minta maaf atas perlakuan Daniel sama Kinan, mohon Kinan jangan menaruh dendam kepada Daniel. Ini udah takdir dari Allah. Bunda sama ayah ga membenarkan apa yang sudah Daniel perbuat sampe Kinan ada di sini, Bunda menaruh banyak harapan sama Daniel, tapi bunda hanya manusia biasa, bunda sama ayah ga bisa jagain Daniel. Bunda harap Kinan mau lebih terbuka dan mulai menerima semua ini, Bunda paham Kinan masih sangat muda, tapi Kinan anak baik mau belajar jadi istri dan calon ibu yang baik."
Kinan terisak sembari menunduk. Daniel pun hanya menunduk tanpa kata, wajahnya murung dan terus memejamkan mata.
"Kalian harus rukun, usia bukan patokan, Daniel udah matang secara usia, Kinan harus kamu jaga dengan baik dan di bimbing jadi istri Solehah, Daniel dengarkan apa kata ayah?" Pak Teo menepuk pundak Daniel memintanya untuk mengangkat kepala.
Daniel mengangguk dan melirik Kinan yang masih terisak.
"Daniel sama Kinan udah janji untuk jadi orang tua yang baik buat anak kita, Kinan juga udah maafin Daniel, dan berusaha buat buka hati dan lebih terbuka."
Mendengar itu Bu Tari dan pak Teo tersenyum lega. "Alhamdulillah." Seru keduanya.
"Terimakasih Kinan." Bu Tari memeluk Kinan yang masih terisak itu.
"Bunda janji bakal jagain Kinan. Bunda sama ayah udah anggap Kinan anak kami."
"Bunda, Terimakasih." Kinan menangis tersedu dan membalas pelukan bunda Tari,
Ruang keluarga itu terlihat lebih hangat dan mungkin kedepannya akan lebih baik.