Walaupun identitasnya adalah seorang Tuan Muda dari keluarga Dong yang terkenal di dunia kultivator, tapi Fangxuan menjalani kehidupan yang begitu sulit karena tidak memiliki jiwa martial seperti murid sekte yang lainnya.
Hidupnya terlunta-lunta seperti pengemis jalanan. Fangxuan juga sering dihina, diremehkan, bahkan dianggap sampah oleh keluarganya sendiri.
Mereka malu memiliki penerus yang tidak mempunyai bakat apapun. Padahal, keluarganya adalah keluarga terhebat nomor satu di kota Donghae.
Karena malu terhadap gunjingan orang, tetua sekte Tombak Api mengutus seorang guru untuk melenyapkan nyawa Fangxuan dengan cara membuangnya ke lembah Kematian Jianmeng.
Namun, nasib baik masih berpihak padanya. Fangxuan diselamatkan oleh seorang Petapa tua. Bukan hanya itu, Petapa tua tersebut juga mengangkatnya sebagai murid satu-satunya dan mewariskan seluruh ilmu kanuragan yang dimilikinya.
"Aku akan membalas mereka semua yang selama ini menindas ku. Tunggulah ajal kalian!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lienmachan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 16
Bab 16~Mengalahkan Monster Martial
Setelah monster martial lenyap, sebuah batu bersinar terang seperti kristal yang disebut inti monster tertinggal di sana. Chan Lee memungutnya lalu menyerahkan benda tersebut kepada Fangxuan sebelum direbut orang lain.
"Fangxuan, ini inti monster dari monster martial yang kau kalahkan tadi. Ini milikmu, ambilah!"
Fangxuan menatap benda tersebut lalu mengambilnya. "Terima kasih, Lee!"
"Apa kau masih kuat untuk berjalan?!" tanya kedua Chan cemas.
Fangxuan mengangguk lalu beranjak.
Xia Lan mencibir dengan melipat kedua tangan. "Cih, membuat orang khawatir saja. Awas nanti jika jadi beban kita semua!"
Chan Ling mengeram sembari mengepalkan tangannya. "Kau__"
Tangan Fangxuan menekan bahu gadis itu ketika Chan Ling hendak mengadu argumen. Tubuh Fangxuan maju ke depan lalu berkata, "Nona Xia, kita lihat siapa yang akan menjadi beban!"
Tangan Xia Lan mengepal lalu berbalik badan pergi terlebih dulu disusul yang lain.
Fangxuan merangkul bahu si kembar Chan dan mengajaknya pergi juga. Tak ada cara lain selain melanjutkan perjalanan. Percuma berdiam di sini, gerbangnya bahkan sudah tak ada. Lebih baik mereka berjalan secepat mungkin agar sampai di ujung terowongan ini.
Memang, pilihan tak ada lagi selain melanjutkan perjalanan menyusuri terowongan yang gelap ini. Tapi, mereka juga tak tahu makhluk apa yang ada di terowongan bawah gunung Lun tersebut.
Mungkinkah makhluk mengerikan seperti yang nampak di rintangan sebelumnya? Atau mungkin, lebih mengerikan?
Haish, sudahlah!
Semua kembali berjalan menyusuri gelapnya terowongan gunung Lun, sambil memegang erat obor di tangan. Kembali fokus menatap jalan, serta lebih berhati-hati dalam melangkah.
Mereka berjalan sudah cukup jauh, tapi belum bisa menemukan ujung terowongannya. Sebenarnya, seberapa panjang terowongan gunung Lun ini?
Para peserta kompetisi mulai kelelahan. Napasnya terengah dengan tenggorokan yang kering karena tak ada air. Mereka tak makan ataupun minum. Padahal, rintangan yang mereka lalui banyak menguras energi.
"Sialan, sudah sejauh ini kita berjalan, tapi belum menemukan ujungnya? Jangan-jangan para Tetua sengaja menjebak kita di tempat gelap ini!" gerutu Xi Anzhing kesal dengan nada tinggi.
Suaranya bahkan menimbulkan gema di lorong terowongan tersebut. Setelah gaungnya tak lagi terdengar, kini malah terdengar suara auman keras disusul langkah kaki yang berat seperti berlari menghampiri ke posisi mereka saat ini.
GROOOOOAAARRRRR ...
Sontak saja itu membuat semua orang berbalik guna mewaspadai kedatangan binatang tersebut. Namun, setiap kali mereka berbalik badan, suara itu selalu terdengar dari arah belakang tubuh mereka membuat semua kebingungan.
"Dari mana arah monster itu?!" Semua orang bertanya dengan panik.
Langkah kaki berlarian binatang itu terdengar menggema di terowongan yang gelap gulita serta panjang ini. Tapi, tak ada satupun dari mereka yang bisa menebak asal datangnya monster itu.
Entah itu dari depan atau belakang. Bahkan, suaranya juga terdengar dari samping. Sampai sesuatu muncul di balik gelapnya terowongan tersebut.
Seekor monster martial tingkat sembilan dengan tanduk yang mengkilap dan runcing, taring panjang serta kuku yang tajam, tubuhnya sangat besar menutupi sepenuhnya lubang terowongan.
Monster martial itu menyerupai seekor banteng namun lebih mirip harimau dan sangat menyeramkan penampakkannya.
Bukan hanya ada satu binatang, tapi ada dua dan posisinya ada di depan dan juga di belakang para peserta kompetisi. Jadi, kedua binatang tersebut menghadang jalan mereka dari kedua sudut.
Monster martial itu menatap marah para peserta dengan mendengus napas dari hidungnya hingga mengeluarkan asap cukup tebal. Matanya merah menyala penuh amarah.
"Astaga. Bagaimana kita bisa melewatinya?!"
Mereka saling memeluk satu sama lain ketika melihat monster martial dengan kekuatan tinggi itu berada di sana. Bahkan, para peserta gadis menangis histeris karena ketakutan.
"Aku mau pulang!" rengek para gadis dengan menangis tersedu.
"Aku tak mau mati di sini." timpal yang lain.
Sebagian peserta menasehati peserta lain. "Tapi, kita harus bertahan agar bisa pergi dari tempat ini!" ujar yang lain.
"Tidak ... tidak! Aku tidak mau mati konyol di tempat ini. Lebih baik aku menyerah saja,"
Gadis itupun membalik jam pasir di tangannya, namun yang terjadi bukan kembali ke dunia nyata melainkan mati mendadak dengan menjadi tulang belulang. Bahkan, tulangnya hancur lebur setelah jiwanya keluar sepenuhnya dari raga.
Benar-benar mengerikan.
"Ya Dewa!"
Mereka mengurungkan niat ketika ingin membalik jam pasir tersebut.
Memang, jalan keluar dari rintangan ini ialah membalik jam pasir agar kembali ke luar ruang dimensi. Tapi, bukan ketika mereka menghadapi rintangan, melainkan saat sudah menyelesaikan rintangan. Jadi, mereka tak bisa kembali sesuka hati.
Lalu, bagaimana cara agar selamat dari monster martial berkekuatan sembilan tersebut?
GROOOOOAAAAARRRRR
Teriakannya menggema hingga para peserta spontan menutup telinga karena mendengung. Setelah berteriak keras, monster martial tersebut berlari dari kedua arah sehingga mereka saling membelakangi waspada.
"Awas di depan!"
"Awas di belakang!"
Teriak mereka serempak sembari berbalik memunggungi satu sama lain.
Pertarungan melawan monster tersebut pun terjadi. Mereka berusaha mempertahankan diri agar tidak terbunuh oleh monster martial tingkat sembilan itu.
Ternyata memang tidak mudah untuk mengalahkan monster martial di atas tingkat lima sebab mereka memiliki kemampuan khusus dan kekuatannya tak bisa dilawan oleh hanya beberapa orang. Bahkan, di antara para peserta ada yang memiliki kekuatan tubuh dan jiwa martial tingkat tiga.
Sulit bagi mereka untuk mengalahkan monster tersebut, apalagi di dalam sebuah ruang tertutup yang menyulitkan pergerakan.
Napas semua orang memburu kelelahan. Tak ada waktu untuk sekedar beristirahat sejenak. Mau tak mau mereka harus terus melawan agar bisa selamat. Tapi, segencar apapun serangan tetap tak menumbangkan kedua monster tersebut.
"Bagaimana ini?!"
"Kita gabungkan kekuatan!" seru Chan kembar sembari menyatukan pedang mereka.
Swoooosshhh
Cahaya putih bersinar terang dari gabungan pedang Chan Lee dan Chan Ling, setelah itu keduanya mengayunkan pedang secara bersamaan dengan sekuat tenaga.
Wuuuuussshhh ... Blaaaaarrrr
GROOOAAARRRR
Monster itu menjerit kesakitan tapi tak tumbang walaupun terkena tebasan dari kedua pedang gagak perak milik si kembar Chan.
Kini monster itu semakin marah karena mendapat serangan dari para manusia. Kakinya yang besar menimbulkan getaran hebat ketika berlari ke arah mereka, setelah itu ia menerjang seperti hendak menerkam para manusia tersebut.
"Awas!"
"Tidaaaaakk!"
SLASH
SRING
BAAAAAMMMM
Tiba-tiba tubuh monster martial tingkat sembilan itu teronggok tak berdaya dengan kepala sudah terpisah dari tubuhnya. Darah berwarna perak keluar dari sisa tebasan tersebut membanjiri tanah dan sebagian terciprat di wajah Fangxuan.
Setelah menggelepar cukup lama, monster martial tingkat sembilan itu pun lenyap seperti debu yang tertiup angin dan meninggalkan sebuah inti monster berwarna perak seperti darahnya.
Fangxuan berdiri dengan napas terengah, di tangannya tak ada pedang atau senjata apapun yang bisa digunakan untuk menebas monster tersebut. Tapi, mereka yakin jika Fangxuan lah yang melenyapkan monster itu sebab tangannya dilumuri darah berwarna perak.
"Bagaimana kau melakukannya?!"
"Entahlah!"
...Bersambung .......
Lanjutkan 👍👍👍