NovelToon NovelToon
Dikejar Berondong Bucin

Dikejar Berondong Bucin

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Janda / Selingkuh / Cinta Terlarang / Cerai / Beda Usia
Popularitas:7.1k
Nilai: 5
Nama Author: Meymei

Anindya, seorang Ibu dengan 1 anak yang merasa sakit hati atas perlakuan suaminya, memilih untuk bercerai dan mencari pelampiasan. Siapa sangka jika pelampiasannya berakhir dengan obsesi Andra, seorang berondong yang merupakan teman satu perusahaan mantan suaminya.
“Maukah kamu menikah denganku?” Andra.
“Lupakan saja! Aku tidak akan menikah denganmu!” Anindya.
“Jauhi Andra! Sadarlah jika kamu itu janda anak satu dan Andra 8 tahun lebih muda darimu!” Rima.
Bagaimana Anindya menghadapi obsesi Andra? Apakah Anindya akan menerima Andra pada akhirnya?
.
.
.
Note: Cerita ini diadaptasi dari kisah nyata yang disamarkan! Jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita, semuanya murni kebetulan. Mohon bijak dalam membaca! Terima kasih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meymei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15. Melahirkan

Anindya ounApakah semuanya sudah semuanya?" tanya Faris.

"Sudah, Mas."

"Ayo masuk mobil! Mari, Bu." Faris memegangi tangan Anindya yang saat ini sedang hamil untuk masuk ke dalam mobil.

Anindya sudah mengajukan cuti melahirkan seminggu yang lalu dan kini ia akan berangkat ke klinik untuk melahirkan karena interval kontraksi yang ia rasakan sudah sering.

Sampai di klinik Mbak Fitri, Anindya segera ditangani beliau secara langsung dan ternyata sudah masuk pembukaan 7. Tinggal menunggu sebentar lagi sampai Anindya siap melahirkan. Mbak Fitri pun menyiapkan satu kamar pasien untuk Anindya. Faris dan Ibu Anindya pun menunggui Anindya yang merasakan sakit yang mulai membuatnya menangis.

Perawat yang ditugaskan untuk menjaga Anindya membantu memberikan pijatan di punggung bagian bawah dan telapak kaki untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan. Satu jam kemudian, Anindya telah siap melahirkan. Perawat pun memanggil Mbak Fitri dan mereka menyiapkan peralatan untuk persalinan.

Faris yang berdiri disamping Anindya, harus menahan sakit kala istrinya menggigit lengannya saat mengejan. Sedangkan Ibu Anindya duduk di sofa ruangan sambil berdzikir agar persalinan anaknya berjalan lancar. Setengah jam kemudian, suara tangisan bayi pun terdengar membuat semua orang yang ada di dalam ruangan bernafas lega. Setelah semua prosesi persalinan selesai, Anindya pun terlelap karena saat itu pukul 1 malam.

Faris yang terjaga semalam karena takut bayi yang diletakkan di dalam box itu menangis. Sampai adzan subuh berkumandang, Anindya terbangun dan melihat suaminya masih duduk ditempat semula.

"Mas tidak tidur?"

"Tidak ngantuk, Dek!" jawab Faris yang segera membantu Anindya duduk bersandar.

"Ibu mana?"

"Ibu baru saja keluar, katanya mau ke masjid dekat sini untuk sholat."

Beberapa saat kemudian, perawat masuk ke dalam ruangan dengan membawa nampan berisi makanan. Setelah meletakkan nampan, perawat tersebut mengatakan jika Anindya harus makan dan meminum obat yang telah disediakan. Jika sampai siang nanti tidak ada masalah, ia diperbolehkan pulang.

"Mau aku suapi?" tanya Faris.

"Tidak, Mas. Aku bisa." Anindya pun memakan makanan yang disiapkan untuknya dan meminum obatnya.

Selesai makan, Anindya membuka resleting pakaiannya dan pelindung dadanya. Ia mengurut payudaranya untuk memastikan ASI bisa keluar untuk menyusui anaknya karena saat Inisiasi Menyusu dini, tak ada ASI yang keluar. Payudaranya memang bengkak saat ini, tetapi tidak mengeluarkan ASI. Anindya tersenyum tatkala ia melihat ASI menetes dari payudaranya. Kini ia sudah siap untuk menyusui.

"Sudah siap menyusui?" tanya Mbak Fitri yang baru saja masuk.

Anindya pun mengangguk. Mbak Fitri berjalan kearah box bayi dan mengambil bayi secara perlahan, kemudian menyerahkannya kepada Anindya sambil memberikan tips agar nyaman saat menyusui. Anindya mengikuti tips Mbak Fitri dengan mencari posisi nyaman untuk pelekatan puting. Ia pun memilih menopang tubuh bayi dengan tangan kirinya dan mulai memancing mulut bayi agar membuka.

Begitu mulut bayi terbuka, Anindya segera memasukkan putingnya ke dalam mulut. Bayi menyambutnya dengan isapan lembut yang hanya sebentar lalu berhenti.

"Bangunkan, jangan biarkan dia tidur. Paling tidak kamu harus menyusuinya sampai 15 menit." kata Mbak Fitri.

"Baik, Mbak."

Anindya menyentuh dagu bayi dengan lembut hingga bayi mengisap kembali putingnya. Begitu terus sampai 15 menit isapan seperti kata Mbak Fitri, kemudian Mbak Fitri membantunya mengembalikan bayi ke dalam box.

"Hebat kamu, Nin! Dengan BB lahir 2,8 kg, kamu bisa melahirkannya tanpa robekan sama sekali! Apa rahasianya?" tanya Mbak Fitri.

"Pijat perineum (jaringan di sekitar vagina) saja, Mbak." jawab Anindya sambil tersipu.

"Enak ya jadi terapis!" goda Mbak Fitri.

Sedangkan Faris hanya diam, ia tidak tahu perineum itu apa. Jadi ia hanya mendengarkan pembicaraan keduanya. Kemudian Mbak Fitri bertanya apakah sudah menyiapkan nama untuk anak mereka. Nama tersebut ia butuhkan untuk mengisi buku pink dan sertifikat kelahiran guna pengurusan Akta dan KK nantinya.

"Ardio Pratama." jawab Anindya.

"Nama yang bagus. Aku akan buatkan sertifikatnya. Kamu ada keluhan?"

"Tidak ada, Mbak."

"Baiklah. Kamu boleh pulang nanti sekitar jam 2 ya. Tidak usah menungguku, nanti perawat yang akan memberikan obat dan keperluan lainnya."

"Terima kasih, Mbak."

"Sama-sama."

Tak lama setelah Mbak Fitri pergi, Ibu Anindya masuk. Beliau baru saja kembali dari masjid. Melihat Anindya yang sehat, beliau sangat bersyukur dan memeluk anak semata wayangnya. Apalagi setelah tahu nama bayi yang dilahirkan, beliau dengan semangat mengabarkan kepada suaminya lewat panggilan telepon. Faris yang lupa mengabari kedua orang tuanya pun ikut menghubungi, meninggalkan Anindya sendiri bersama bayinya.

"Mas, mengapa susah sekali menghubungimu akhir-akhir ini?" tanya Rani diujung telepon setelah Faris selesai menghubungi orang tuanya.

"Jangan hubungi aku dulu! Anindya baru saja melahirkan. Aku akan menghubungimu nanti!"

"Cuti nanti apakah mas akan pulang?"

"Sepertinya tidak. Aku tidak mungkin meninggalkan Anindya, apa kata mertuaku nanti?"

"Baiklah, aku akan mengalah. Tapi aku mau kamu menambah uang bulananku, aku ingin membeli pakaian untuk Arka. Beberapa pakaian sudah tidak muat."

"Ya, nanti aku usahakan!"

Selesai menutup teleponnya, Faris baru sadar jika gajinya bulan ini pas-pasan karena tidak ada lembur. Bagaimana ia akan menambah uang untuk Rani? Ia pun memutar otak. Ia pun ingat, jika biaya melahirkan dicover perusahaan. Ia pun menghubungi temannya dan bertanya berapa banyak uang untuk melahirkan.

Temannya menjawab jika uang melahirkan normal adalah sebesar 2,5 juta. Faris pun memiliki ide. Rincian yang diberikan bidan sebelumnya adalah 1,8 juta. Ia bisa meminta tolong agar nominalnya dinaikkan agar ia bisa mendapat uang melahirkan secara full. Yang jadi masalah adalah bagaimana menjelaskannya kepada Anindya!

Istrinya terlihat berteman baik dengan bidan yang membantunya melahirkan. Jadi, sudah pasti Anindya akan tahu jika dirinya meminta nominal dinaikkan. Alasan apa yang harus ia berikan saat Anindya bertanya nanti?

"Pikirkan nanti! Yang penting aku menerima uangnya dulu!" gumam Faris yang kemudian kembali ke ruangan Anindya.

Tepat pukul dia siang, perawat memberikan beberapa obat untuk Anindya bawa pulang termasuk pelancar ASI. Perawat juga memberikan sertifikat dan kwitansi kepada Anindya. Setelah semua beres, Anindya dan rombongan meninggalkan klinik Mbak Fitri.

Sampai di rumah, Ibu Anindya memastikan Faris sudah membayar sewa mobil dan semua perlengkapan Anindya sudah tersusun. Begitu selesai, beliau pun langsung pamit ke pasar untuk membeli bahan makanan untuk membuat selamatan kecil-kecilan atas kelahiran cucunya. Faris memberikan kunci motornya dan memberikan beberapa lembar uang ratusan kepada Ibu mertuanya.

Anindya yang ada di kamar, duduk bersandar di tembok sambil menyusui kembali bayinya. Ia telah menjadwal menyusui setiap 1,5 jam selama 15 menit agar ASI yang dihasilkannya bisa secara maksimal disusu oleh bayinya.

1
Ais Galby
sebnrnya anak nya anin itu nama nya arka apa ardio thor maaf cuma nanya aja
Meymei: Ardio kak, Arka anak Rani,, maaf typo
total 1 replies
Lee Mba Young
Kl ada lelaki suruh di teras saja, krn statusmu janda, mulut tetangga kn pedes.
Dian Rahayu
lanjut thor
Dian Rahayu
kapan nih up ya 😊
Lee Mba Young
semoga faris di pecat dr kerjaannya kl pengangguran mana mau si Rani.
orang macam faris itu sembuhnya kl jd gembel atau penyakitan
Lee Mba Young
bagus lah cerai saja tu bukti pernikahan buat jeblosin Faris ke penjara biar jd pengangguran. kl dah pengangguran mana mau tu si Rani. kl perlu viral kan jng smp km hancur sendiri, kl hancur semua juga hrs hancur termasuk Faris dan Rani.
Lee Mba Young
anindya lemah sih 😂 ntar hamil lagi repot habis enak enak ma lakinya.
kl pintar pasti cari bukti bawa ke pengadilan biar kena hukuman tu si Faris.
Alisa Erlani
duh thor kpn terbongkar nya enak bener jdi paris itu celup sana celup sini jijik banget🤑
Meymei: sabar ya kak.. 🤭
total 1 replies
Okto Mulya D.
Faris parahhh
Okto Mulya D.
piye tha..malah melirik istri orang yakkk
Okto Mulya D.
gelooo...istri dilihat orang malah dianya yang nafsuuu
Okto Mulya D.
Suaminya cuek bebek..
Okto Mulya D.
hehhh Faris, istri dianggap barang mainan..parahhhh..kasihan tohh
Okto Mulya D.
Nasibmu Anindya...
Nabilah
pengen q jambak😎
Nabilah
red flag tho!!
Nabilah
baru mulai sudah ada bau2 belut nih author!
Meymei: belut bau amis kak 🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!