NovelToon NovelToon
Penjaga Gerbang Semesta

Penjaga Gerbang Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Dokter Ajaib / Kultivasi Modern
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: ansus tri

**Meskipun cerita ini beberapa diantaranya ada berlatar di kota dan daerah yang nyata, namun semua karakter, kejadian, dan cerita dalam buku ini adalah hasil imajinasi penulis. Nama-nama tempat yang digunakan adalah *fiksi* dan tidak berkaitan dengan kejadian nyata.**

Di tengah kepanikan akibat wabah penyakit yang menyerang Desa Batu, Larasati dan Harry, dua anak belia, harus menelan pil pahit kehilangan orang tua dan kampung halaman. Keduanya terpisah dari keluarga saat mengungsi dan terjebak dalam kesendirian di hutan lebat.

Takdir mempertemukan mereka dalam balutan rasa takut dan kehilangan. Saling menguatkan, Larasati dan Harry memutuskan untuk bersama-sama menghadapi masa depan yang tak pasti.

Namun, takdir memiliki rencana besar bagi mereka. Pertemuan mereka bukanlah kebetulan, karena keduanya ditakdirkan untuk memikul tanggung jawab yang jauh lebih besar. Menjadi Penjaga Gerbang Semesta. Dan pelindung dunia dari kehancuran!. Selamat menikmati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ansus tri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Turnamen yang Mudah

Selesai dengan urusan Rumah Sakit Harry dan Li Hua kembali ke Hotel, Harry membuka seluruh jendela kamarnya, dia selalu berkultivasi dan memperdalam ajaran dari buku Kuno setiap saat ada waktu luang.

Namun saat bersama Li Hua  mereka berlatih disebuah taman. Harry, yang baru saja menyelesaikan latihan bela diri dengan Li Hua, terengah-engah mencari sinyal di sudut taman yang sepi. Wajahnya tampak lelah, namun senyum lebar  mengembang di bibirnya saat panggilan video dari Rina dan Larasati tersambung.

“Hai, sayangku!” sapa Rina dan Larasati serempak, wajah mereka memenuhi layar ponsel Harry. Rina mengenakan tank top seksi yang memperlihatkan bahu mulusnya, sementara Larasati mengenakan kemeja tipis yang memperlihatkan sedikit belahan dadanya.

“Kalian berdua tampak…menggiurkan,” jawab Harry, napasnya masih tersengal-sengal. “Aku merindukan kalian.”

“Kami juga merindukanmu, Sayang,” desah Larasati, matanya menatap Harry dengan penuh kerinduan. “Kapan kamu pulang? Kami sudah tidak sabar untuk…”

“Untuk apa?” tanya Harry, terpancing dengan ucapan Larasati.

Rina terkekeh pelan, “Untuk menyambutmu dengan ‘hangat’, tentu saja.”

“Oh ya?” Harry menyeringai nakal. “Kalian berdua membuatku semakin tidak sabar untuk pulang.”

“Ngomong-ngomong, bagaimana kehidupanmu di sana?” tanya Rina, mengalihkan topik pembicaraan.

“Apakah kamu bertemu dengan gadis-gadis Negeri Tirai Bambu  yang cantik?”

“Tentu saja,” jawab Harry, tanpa berusaha menyembunyikan kegugupan-nya. “Negeri ini penuh dengan wanita cantik. Tapi tenang saja, tidak ada yang bisa mengalihkan perhatianku dari kalian berdua.”

“Kami harap begitu,” sahut Larasati, nada suaranya terdengar sedikit dingin. “Ingat pesan kami, Harry. Jaga sikap dan matamu.”

“Atau lebih baik lagi,” tambah Rina, “perkenalkan dia pada kami jika kamu bertemu dengan wanita yang ‘menarik’.”

“Ya, tentu saja. Kalian tidak perlu khawatir,” jawab Harry, berusaha terdengar meyakinkan meskipun jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. “Aku akan segera menghubungi kalian lagi. Sinyalnya mulai buruk.”

“Oke, Sayang. Jaga diri baik-baik. Kami mencintaimu!” Rina dan Larasati mengirimkan ciuman virtual sebelum mengakhiri panggilan.

Harry bernafas lega dan tersenyum masam ketika panggilan itu selesai, dua kekasihnya selalu saja  menggodanya. meletakkan ponsel di bangku dan mengusap wajahnya dengan tangan “Astaga, mereka benar-benar tahu bagaimana membuatku tegang,” gumamnya.

Tanpa sadar, Harry menelan ludahnya saat matanya menangkap sosok Li Hua yang berdiri beberapa meter darinya. Gadis itu baru saja selesai berlatih, rambutnya yang hitam legam kini sedikit berantakan, membingkai wajahnya yang merona karena olahraga.

Keringat membasahi kaos tipis yang dikenakannya, menampakkan lekuk tubuhnya yang indah dan ramping. Harry menatap Li Hua dengan tatapan yang sulit diartikan

---------------

 Harry menatap lapangan pertempuran yang luas di hadapannya,Energi yang kuat dan mempesona terpancar dari tubuhnya saat dia bersiap untuk menghadapi pesaing-pesaingnya.

Harry tahu bahwa lawan-lawannya akan semakin berat, setelah mereka juga memenangkan babak-babak sebelumnya dengan lawan dari berbagai negara, yang berpartisipasi dalam turnamen ini, dan dia siap untuk

menghadapi tantangan apapun yang akan dihadapi.

Para peserta lain mulai tiba di arena, masing-masing membawa gaya bela diri dan kebudayaan mereka sendiri. Ada seorang kultivator dari negara Azura yang menguasai ilmu pedang yang mematikan, sementara seorang

pembawa api dari negara Vulcan siap untuk membakar lawan-lawannya. Namun Harry melihat semuanya masih dalam tahapan Master, belum ada yang mencapai tahapan Grand Master seperti dirinya.

Serangkaian pertarungan pun dimulai, dan Harry segera menemukan dirinya berhadapan dengan seorang kultivator yang tubuhnya memancarkan aura petir yang mengancam. Lawannya, seorang pria bertubuh kekar dengan tatapan mata tajam, menyeringai sinis. “Jadi, kau yang selama ini dihebohkan memiliki kekuatan Dewa Petir ? Akan kutunjukkan padamu betapa naifnya kau!”

Tanpa aba-aba, kultivator itu melesatkan sambaran petir secepat kilat ke arah Harry. Harry, refleksnya terasah dari pertempuran sebelumnya, dengan sigap menghindar. Sambaran petir itu melenceng tipis, meninggalkan jejak hangus di tanah tempat Harry berdiri beberapa detik yang lalu.

“Hanya itu kemampuanmu?” ejek Harry, sembari mengerahkan energi elemen petirnya. Tangannya memancarkan cahaya biru yang menyilaukan. “Aku akan menunjukkan padamu kekuatan petir yang sesungguhnya!”

Pertarungan berlanjut dengan tempo yang semakin cepat dan mematikan. Setiap gerakan mereka secepat kilat, menciptakan badai petir mini di sekitar mereka. Suara gemuruh menggelegar memecah keheningan, bercampur dengan kilatan cahaya yang menyilaukan mata.

Harry, dengan lincah menghindari setiap serangan lawannya, membalas dengan serangan balik yang tak kalah dahsyatnya.

Serangan  demi serangan mereka lancarkan, menciptakan simfoni kekacauan yang mematikan. Petir menari-nari di antara mereka, terkadang beradu dan meledak dalam kilatan cahaya yang menyilaukan.

Harry, dengan insting bertarungnya yang terasah, membaca setiap gerakan lawannya. Ia menyadari bahwa kultivator itu mengandalkan kekuatan kasar dan kecepatan, mengorbankan presisi demi daya hancur.

“Kau bertarung seperti binatang buas yang tak terkendali!” teriak Harry di tengah gemuruh petir. “Kekuatan tanpa kendali hanyalah sebuah kehancuran yang sia-sia!”

Mendengar ejekan Harry, amarah kultivator itu semakin menjadi. Ia mengumpulkan seluruh energinya, menciptakan bola petir raksasa di atas kepalanya. “Kau yang meminta bocah! Rasakan ini, Sangkar Petir Maut!”

Bola petir itu meledak, meluncurkan ratusan sambaran petir ke segala arah, membentuk sangkar energi yang menjebak Harry di dalamnya.

Harry, menyadari bahwa ia tak bisa menghindari serangan ini, memfokuskan seluruh energinya. Ia membayangkan badai petir yang mengamuk di dalam dirinya, menyalurkan kekuatan Dewa Petir yang mengalir dalam nadinya.

“Aku tidak akan menyerah!” teriak Harry, suaranya bergema di antara gemuruh petir. “Tarian Dewa Petir !”

Seketika, tubuh Harry berubah menjadi pusaran petir yang berputar dengan kecepatan tinggi. Sambaran-sambaran petir menghantam Sangkar Petir Maut dari segala arah dengan kekuatan lebih dahsyat, menciptakan ledakan demi ledakan yang mengguncang arena.

Para penonton, yang tadinya menahan napas menyaksikan pertarungan sengit itu, kini bersorak sorai dengan takjub.

“Luar biasa! Kekuatan macam apa itu?”

“Tarian Dewa Petir ! ”

“Harry! Harry! Harry!”

Sangkar Petir Maut pun pecah berkeping-keping, tak mampu menahan gempuran dahsyat Tarian Dewa Petir. Kultivator itu, terhuyung mundur, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia terengah-engah, tubuhnya lemas terkuras energi.

Harry, dengan sisa-sisa energi petir yang menyelimuti tubuhnya, berjalan mendekati lawannya yang terjatuh. “Kau bertarung dengan gagah berani,” ujar Harry, suaranya kini terdengar tenang. “Tapi ingatlah, kekuatan sejati bukanlah tentang kehancuran, melainkan tentang melindungi.”

Kultivator itu, dengan tatapan mata penuh kekaguman, hanya bisa mengangguk lemah. Ia menyadari bahwa ia telah dikalahkan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga secara filosofi.

“Pemenangnya, Harry!” teriak sang wasit, suaranya menggema di seluruh arena.

Para penonton bersorak sorai lebih keras, merayakan kemenangan gemilang Harry. Harry, dengan senyum tipis, membungkuk hormat kepada para penonton dan lawannya yang telah kalah. Ia telah membuktikan bahwa ia adalah seorang kultivator yang tidak hanya kuat, tetapi juga bijaksana.

Namun, ini hanya awal dari serangkaian pertarungan yang akan dia lalui dalam babak semi final ini.

Pertempuran Melawan pemilik elemen Api Dalam pertempuran berikutnya, Harry harus berhadapan dengan seorang kultivator dari negara Vulcan yang mampu mengendalikan api dengan kekuatan batin-nya.

Lawan Harry adalah seorang wanita yang anggun dan berbahaya, dengan mata yang memancarkan intensitas api yang membara.  "Mari kita mulai," kata lawan Harry dengan suara yang tenang namun penuh keberanian.

Pertempuran pun dimulai, dengan Harry berusaha menghindari serangan api yang dilepaskan oleh lawannya. Dia melompat dan berputar di udara, menghindari serangan yang mematikan dengan keahlian dan ketangkasannya.

Namun, lawan Harry juga tidak tinggal diam. Dengan gerakan yang elegan dan mempesona, dia melepaskan serangan-serangan api yang sulit dihindari oleh Harry.

Ketika seolah-olah dia mendapat kesempatan untuk menyerang, lawan Harry dengan cepat menggunakan kekuatan api untuk melindungi dirinya sendiri.

"Kau tidak akan bisa mengalahkanku,  Harry!" seru lawannya sambil terus meluncurkan serangan-serangan

mematikan.

Harry tetap tenang dan fokus, mencari celah untuk menyerang balik. "Aku tidak akan menyerah begitu saja!" ujarnya sambil melompat ke samping untuk menghindari serangan api yang menyala-nyala. Dia kemudian menggerakkan tangannya juga melemparkan bola energi besar ke arah lawannya.

Namun, lawan Harry juga tidak tinggal diam. Dengan gerakan yang elegan dan mempesona, dia melepaskan serangan-serangan api yang sulit dihindari oleh Harry. "Kau cukup tangguh, tapi kau tidak akan bisa melawan kekuatanku!" ucap lawan Harry sambil tersenyum sinis.

Kedua pihak terus saling bertarung, menunjukkan keahlian dan kekuatan yang luar biasa. Api melintas di udara, menciptakan pemandangan yang spektakuler di tengah Arena.

"Kau harus menyerah, Harry. Aku tidak akan ragu untuk menghilangkanmu," ancam lawan Harry sambil terus melancarkan serangan mematikan. Namun, Harry tetap tegar dan tidak mau menyerah begitu saja.

"Aku tidak akan meninggalkan pertempuran ini, sebelum aku memastikan kau tidak akan bergerak lagi " sahut Harry sambil mulai mengumpulkan energi di dalam dirinya.

 Harry berhasil menemukan celah dalam pertahanan lawannya dan melancarkan serangan pamungkas.

Dengan gerakan cepat, Harry melemparkan serangan kekuatan penuh ke arah lawannya. Ledakan besar terjadi, menghancurkan sebagian Area di sekitar mereka. Kedua belah pihak terdiam, menatap satu sama lain dengan

penuh hormat.

 "Sekali lagi, kau memperlihatkan kekuatan yang menakjubkan, Harry. Aku harus mengakui keunggulanmu kali ini," ucap lawan Harry sambil tersenyum kecut. Mereka pun akhirnya berjabat tangan sebagai tanda

saling menghormati.

Harry pun menjadi pemenang dalam pertarungan ini, memperoleh apresiasi dan pengakuan dari penonton dan peserta lainnya.

"Terima kasih, kita berdua memiliki kekuatan yang luar biasa. Kita harus bisa memanfaatkannya untuk kebaikan," Kata Harry sambil tersenyum. Mereka pun kemudian saling bertukar pengetahuan dan keterampilan, agar kedepannya bisa lebih kuat .

Pertempuran Terakhir akhirnya tiba saatnya untuk pertarungan terakhir dalam turnamen ini, di mana Harry harus menghadapi seorang kultivator kuat dari negara Azura yang bernama Aric dia menguasai ilmu pedang yang mematikan.

Lawan Harry, Aric adalah seorang pria yang teguh dan kuat, dengan tatapan tajam yang menantang.

Pertarungan mereka dimulai dengan cepat dan agresif, kedua kultivator saling bertarung dengan pedang mereka yang mematikan.

Harry harus menggunakan semua keahliannya dalam bela diri untuk menghadapi lawannya yang tangguh dan lincah ini. Namun harry jelas unggul dalam kekuatan.

“Aku tahu kau sangat mahir dalam ilmu pedang, tapi aku tidak akan menyerah begitu saja!” ucap Harry

“Ha ha ha ..! Kau hanya seorang pemula. Aku akan menghancurkanmu.” Kata Aric

Pedang mereka bertabrakan dengan kekuatan yang mengguncangkan bumi. Debu berterbangan menutup seluruh arena pertarungan, dan kerumunan menahan napas.

Harry mengayunkan pedangnya dengan kecepatan kilat, menghindari serangan balasan. Dia merasakan darah mengalir di tangannya.

“Aku berjuang untuk orang-orang yang kucintai! Aku tidak akan menyerah!” kata Harry disela serangan-nya

“Cinta? Itu hanya akan membuatmu lebih lemah.” Lawan itu menyerang lagi, dan Harry menghindar dengan susah payah. Harry membalas Pedang Harry bersinar, dan dia menyerang dengan penuh tekad.

“Ini adalah pertempuran terakhir kita!” kata Harry dingin

Pedang Harry dan lawannya terus bertabrakan, menghasilkan percikan api dan dentuman yang mengguncangkan arena. Kerumunan penonton menahan napas, terhipnotis oleh pertarungan dua kultivator tingkat Grand Master.

Harry menyerang dengan gerakan yang lebih cepat, menghindari serangan lawannya dan menyerang balik.

“Kau… kau benar-benar keras kepala!” teriak Aric

“Arrgghh..” sebuah serangan pamungkas dari Harry dan Akhirnya tiba, pedang Harry menembus dada lawannya. Dia jatuh ke tanah, matanya memudar. Harry menatap langit, mengucapkan terima kasih pada alam  yang memberinya keberanian.

Harry merasa lega dan bersyukur atas kemenangannya. Dia tersenyum lebar sambil mengangkat pedangnya ke atas sebagai simbol kemenangannya. Penonton bersorak dan memberikan tepuk tangan bagi kemenangan

Harry.

Harry pun menjadi juara turnamen bela diri militer ini, memenangkan penghargaan dan pengakuan dari seluruh negara yang berpartisipasi dalam turnamen tersebut. Dia membuktikan bahwa dengan ketekunan, keberanian, dan keahlian, seseorang dapat mengatasi tantangan apapun yang dihadapi dalam hidupnya.

Dengan begitu, Harry meninggalkan arena sebagai pemenang yang dihormati dan diakui oleh semua orang di sekitarnya.

1
Amelia
Harry dan Larasati god job...👍👍👍
ansus tri
terima kasih.
Neng Moy
lanjutkan ceritanya seru
ansus tri: tiap hari akan update tiga bab. terimakasih 🙏
total 1 replies
Amelia
semangat aku dukung per bab ya ❤️❤️❤️
ansus tri: terimakasih atas dukungan-nya 🙏
total 1 replies
Amelia
aku mampir Thor semangat ❤️👍
💟《Pink Blood》💟
Jantung berdegup kencang.
Levi Ackerman
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Gassing Richies: itulah knp sy mlaas buka jika msih kurang stocknya....tungguin banyak dulu sekira 100an baru star
total 1 replies
yeqi_378
Gak sabar lanjut ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!