Soya Pinkblack Wijaya, pewaris tunggal Wijaya Company yang berusia 18 tahun, adalah gadis ceria, cantik, dan tomboy. Setelah ibunya meninggal, Soya mengalami kesedihan mendalam dan memilih tinggal bersama dua pengasuhnya, menjauh dari rumah mewah ayahnya. Setelah satu tahun kesedihan, dengan dorongan sahabat-sahabatnya, Soya bangkit dan memulai bisnis sendiri menggunakan warisan ibunya, dengan tujuan membuktikan kemampuannya kepada ayahnya dan menghindari perjodohan. Namun, tanpa sepengetahuannya, ayah dan kerabat ibunya merencanakan perjodohan. Soya menolak, tetapi pria yang dijodohkan dengannya ternyata gigih dan tidak mudah menyerah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nancy Br Sinaga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
Di pintu keluar pesawat, pria berwibawa itu tengah berjalan menenteng tas yang tadinya bertengger cantik di tubuhnya. Namun karena merasa sedikit tidak nyaman ia melepaskan jasnya dan memilih untuk menentengnya sambil berjalan keluar menuju tempat tunggu di Bandara yang sangat tersohor di kota Jakarta, Soekarno-Hatta. Bandara yang masuk dalam wilayah kabupaten Tangerang, Provinsi Banten ini merupakan salah satu Bandara terbesar di Asia Tenggara. Bandara yang hampir setiap harinya sibuk melayani penerbangan internasional maupun domestik.
Setibanya di kursi tunggu pria yang baru saja tiba di Indonesia setelah melakukan perjalanan bisnisnya ke Dubai itu kini tengah sibuk dengan smartphone model terbaru yang baru saja ia beli belum lama ini.
Sesekali pria tampan dan matang itu melihat ke sekeliling. Menunggu sang asisten yang mengatakan jika dia akan sedikit terlambat karena ada pekerjaan di kantor yang tak bisa ditinggalkan begitu saja. Namun tak berapa lama, dari arah sebaliknya seorang pria yang mengenakan jas formal lengkap dengan dasi berwarna hitam bergaris tengah berlari menuju ke tempat pria tampan dengan status duda itu menunggu.
"Maaf, Pak! saya terlambat," tunduknya hormat.
"Bukankah itu sudah biasa kamu lakukan!" ucapnya dengan nada dingin, namun bukannya takut. Dewa sang asisten yang sering dia sebut gadungan itu terkekeh.
"Saya hanya berusaha profesional, Pak! siapa lagi yang akan menjamu tamu kita dari Jepang itu jika Anda tidak ada, Ayah Anda saja tidak mau melakukannya," ujar Dewa panjang lebar.
"Berisik! tuh bawa koper saya!" pria bernama Alex itu melenggang pergi mendahului sang asisten yang sudah membuat CEO sepertinya menunggu.
Dewa menyeret koper berukuran sedang itu mengekor tepat di belakang Alex. "Pak, apakah Nona Soya menghubungi Anda untuk mengucapkan terimakasih atas kado yang Anda kirim beberapa hari lalu?" tanya Dewa penasaran. Tapi sayangnya Alex tak mau menjawab pertanyaan yang jelas sudah pasti jawabannya. Mana mungkin seorang Soya berterimakasih karena hal kecil seperti itu
"Jangan bertanya apapun, antarkan aku langsung ke kediaman Wijaya. Ayah sedang menungguku disana," ucap Alex dan mendapat anggukan dari Dewa.
Mobil tipe MVP bernomor polisi B A L3X itu meluncur kencang menuju ke daerah Jakarta Selatan tempat dimana kediaman Wijaya berada.
Jalanan yang cukup padat membuat Alex mengisi waktu dengan melihat beberapa agenda yang harus segera ia selesaikan minggu depan. Terlihat ia sedikit mengernyit saat matanya menangkap sebuah acara sama sekali tak pernah ia ingin hadiri.
"Kenapa acara ini menjadi agenda khusus minggu depan?" tanya Alex pada Dewa.
"Maaf Pak, untuk kali ini Tuan Besar ingin Anda menghadiri acara itu. Saya sudah menjelaskan jika anda tak mungkin mau, tetapi Tuan Besar tetap pada pendiriannya." Jawab Dewa sedikit merasa tidak enak.
Agenda tahuan, tempat berkumpulnya para pengusaha yang selalu memamerkan harta sert wanita mereka miliki membuat Alex bersumpah tak ingin mengikuti acara membosankan itu seumur hidupnya. Sang Ayah yang biasanya tak pernah memaksa kini justru meminta ia untuk menghadiri acara tak berfaedah tersebut.
Tepat pukul 2 siang. Alex tiba di kediaman Wijaya, tempat dimana ayah dari calon istrinya tinggal bersama istri yang dinikahinya dua tahun selepas kepergian nyonya Asmitha.
"Selamat datang, Tuan Muda," ucap salah satu bodyguard yang telah menunggu kedatangannya.
"Dimana, Tuan Wijaya beserta Ayahku?" tanya Alex.
"Mereka sedang berbincang sore di gazebo dekat kolam renang, mereka dan Nona muda tengah menunggu Anda," mendengar nama Nona muda yang jelas pasti adalah Soya dalam benaknya membuat Alex melebarkan langkahnya agar lebih cepat sampai meninggalkan sang asisten yang termangu memandangnya.
"Sore Ayah, Tuan Hadi?" sapa Alex. Matanya berkeliling mencari seorang Nona muda yang disebut oleh bodyguard yang menyambutnya didepan tadi. Tetapi setelah beberapa kali mengelilingi area itu tak melihat Soya ada disana. Justru yang dilihatnya malah seorang wanita dewasa yang duduk berdampingan dengan ayah Soya, tuan Hadi.
"Ada apa Alex?" tanya sang Ayah. Tuan Hadi yang melihat Alex seperti kebingungan pun ikut menyimak jawaban yang akan Alex ucapkan.
"Ah, tidak apa-apa," ucap Alex merasa tertipu setelah ia tak menemukan remaja yang akan dijodohkan dengannya itu.
"Kata Ayah ada hal penting yang akan dibicarakan," tutur Alex.
"Kita ke ruang kerja saja, agar lebih leluasa. Oh ya, kenalkan dia adalah anak tiri om yang baru saja pulang dari Perancis minggu yang lalu," ujar Tuan Hadi memperkenalkan anak tirinya kepada Alex.
Sambil mengulurkan tangan perempuan yang diyakini berusia tak jauh dari Alex itu memandang takjub ke arah pria yang akan menjadi calon suami adik tirinya tersebut. "Aku Amara," ucapnya.
"Aku Alex!" jawab singkat namun cukup jelas di telinga Amara.
..."Kamu.. "...
Duh makin penasaran nih kelanjutannya.